25

3.5K 354 47
                                    

Sambungan telfon itu langsung terputus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sambungan telfon itu langsung terputus. Yura tahu siapa dalang di balik semua ini. Ndrew―teman semasa SMAnya dulu, seseorang yang sangat terobsesi padanya dan bahkan hampir membuat nyawanya terancam. Jantung Yura berdetak kencang, tubuh mungil gadis itu langsung oleng ke sofa. Pikirannnya kalut dan cemas. Kenapa si orang itu harus dateng lagi?

Ting! Disaat yang bertepatan Lukas Dirgantra masuk dengan membawa kantung belajaannya. "Tadi-" kata Lukas dan Yura berbarengan. Dari sorot matanya, Yura tahu Lukas mungkin juga mendapat teror. Lukas Dirgantra duduk di samping Yura seraya menenangkannya.

"Apa? Dia kirim pesan sialan itu lagi?" tanya Lukas meraih hanphone Yura dan mendapati pelaku teror itu menelpon Yura. "Dia telpon?"

Yura mengangguk sambil meringkuk ketakutan. "Fuck!" guman Lukas mengelurkan hanphonenya lalu menyalin nomor tak dikenal itu. Lukas berusaha menelpon kembali pelaku terror itu namun ternyata nomor itu adalah nomor sekali pakai. "Gue tahu pelakunya," kata Yura tiba-tiba.

Dahi Lukas berkerut, "Siapa?" tanya Lukas. Seperti orang yang kesetanan Yura mengengam kedua tangan Lukas. "Luk, orang itu psycho banget Luk. Bukan cuman gue aja yang terancam tapi lo juga," kata Yura ketakutan banget.

Lukas menepuk-nepuk bahu Yura lalu merengkuh gadis itu ke dalam pelukannya. "Tenang aja, nggak ada yang bisa nyakitin lo."

2 hari berlalu...

Terror itu berhenti, tidak ada lagi pesan berantai, selama di kampus Yura juga merasa tidak ada yang mengawasinya. Pokoknya keadaan menjadi seperti semula. Tiap hari Lukas Dirgantra selalu menemani Yura Pradipta bahkan ke pergantian kelas. "Inget!-"

"Iya-iyaa... Hubungi gue kalo lo dah selesai kelas," potong Yura mengikuti gaya bicara Lukas. Lukas tersenyum tipis lalu mengusap-usap ujung kepala Yura. "Telpon kalo ada apa-apa," ucap Lukas sebelum berlalu pergi. Yura mengangguk kemudian masuk ke kelasnya.

Sementara itu Lukas Dirgantra yang sedang tidak ada kelas sedang asik bercengkrama dengan teman-teman tongkrongannya - Diskupi. Sudah lama mereka tidak berkumpul karena kesibukan masing-masing. "Eaa, calon suami mengantar calon istrinya, co cwitt," celetuk Ardhan. Lukas hanya tersenyum tipis lalu meminum kopi hitamnya.

"Uwu! Ehekm nanti bisa nggak nih kumpul nobar?" Jemmy mengintrupsi.

"Kalo gue mah sabi," balas Himawan sedikit murung entah kenapa.

"Gue ajak pacar gue ya?" tanya Ardhan langsung mendapat tatapan tajam Jemmy dan Himawan yang ternyata baru putus cinta. "Nggak usah pamer-pamer," kata mereka berdua melempar kulit kacang pada Ardhan.

"Luk? Gimana?"

Lukas menggeleng. "Oh mau jagain ibu negara, nih pasti!" ceteluk Jemmy.

"Mau jagain atau minta jatah?"

"Mulut!" guman Lukas melempar kulit kacang kepada Jemmy.

"Hai evriboday!" pekik Jeka ― salah satu anggota geng diskupi yang jarang banget nimbrung tiba-tiba datang. "Jeka! JK!" balas Ardhan heboh sendiri. Bersamaan dengan datangnya Jeka, sebuah paket teruntuk Lukas Dirgantra juga datang dan siap mengejutkan semua penonton.

"Ad paket buat lo nih, Luk," kata Jeka mengulurkan sebuah kotak berwarna coklat. Lukas menatap uluran paketan itu dengan dahi yang berkerut. "Dari siapa?" tanya Lukas menaruh putung rokok ke dalam gelas kopi yang sudah kosong lalu meraih paket misterius itu.

Jeka menaikan bahunya, "tadi ada orang yang nyetop gue terus mohon-mohon buat ngasihin ini ke lo," jawab Jeka.

"Ah! Lukas mah, itu dari fans lu pasti," ucap Jemmy menebak.

"Fans? Lo beken juga ya Luk, tadi yang ngasih cowok btw," balas Jeka.

Mendengar hal itu Lukas langsung membuka bungkus paket itu dan betapa terkejutnya ia dan semua teman-temannya yang ada disitu.

"What the fuck!" kata Ardhan dan Jemmy sambil melongo. Himawan sampai terjungkir menahan muntah dan Jeka yang tak mengedipkan matanya gara-gara melihat penampakan bangkai tikus berlumuran darah. Dibalik tubuh tikus itu ada secarik pesan. Lukas menarik kertas itu dengan hati-hati. Dalam kertas itu tertuliskan, she's mine. Tulisan itu di tuliskan dengan darah.

"Luk! Ini apa-apaan coba?" tanya Jeka.

Lukas awalnya cuman terdiam dan enggan menceritakan semuanya namun karena desakan temannya ia terpaksa membuka suara.

Sore hari ini Yura sih inginnya tenang-tenang saja mengerjakan proyeknya di ruang tengah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sore hari ini Yura sih inginnya tenang-tenang saja mengerjakan proyeknya di ruang tengah. Namun tiba-tiba saja bel pintu apartemennya berbunyi berkali-kali. Anjir siapa sih!? Batin Yura bangkit berdiri dan beranjak menuju pintu. Saat Yura ingin membuka pintu tiba-tiba Lukas datang dan menariknya.

"Stt! Gue udah bilang kan, mulai sekarang gue yang buka pintu tiap ada tamu," kata Lukas menarik Yura supaya berdiri di belakangnya. Bel terus berbunyi, sambil membawa tongkat baseball Lukas membuka pintu apartemnnya. Dan tada!

"Woah! Easy man!" pekik Jemmy menyundul tongkat baseball Lukas dan nyelonong masuk. Ternyata itu diskupi, mereka mau nongkrong di apartemen Lukas sekalian jagain Yura. "Kalian?" tanya Yura dari balik pungung Lukas.

"Yura! Astaga lama nggak ketemu jeng!" pekik Ardhan paling heboh kalo ketemu Yura. Ardhan memeluk Yura namun baru beberapa detik Lukas malah mendorong Ardhan supaya menjauh. "Dhan, jangan main peluk pacar orang, pacar lo liatin lo dari tadi," ucap Lukas merangkul Yura seraya menujuk seorang gadis yang sedang tersenyum canggung di pojokan. Ardhan langsung menepuk jidatnya lalu segera menghampiri gadisnya. "Teman-teman kenalin ini pacar gue, Violet," kata Ardhan pamer.

Jelas saja Himawan dan Jemmy yang tidak memiliki pasangan langsung menatap Ardhan tajam. "Nggak usah pamer!" kata mereka kompak.

Malem ini apartemen Yura dan Lukas rame banget. Tongkrongan diskupi yang lagi ngelakuin tradisi nobar bareng emang selalu bikin suasana heboh. Namun kehebohan itu tak bertahan lama saat telpon Yura berdering. Awalnya Yura biasa saja tapi saat melihat telpon itu berasal dari nomor tak dikenal, Yura langsung keringat dingin.

"Nomor nggak dikenal lagi," kata Yura duduk di tengah-tengah mereka. Semuanya langsung terdiam. Mereka semua lansung berkumpul di tengah, mengelilingi Yura. Mereka penasaran dengan teror yang sedang menganggu Yura Pradipta. "Angkat, terus speaker!" perintah Lukas langsung dituruti Yura.

Yura mengangkat telpon itu. Didetik-detik pertama tidak ada suara. "Hallo?"

[]

:::
Nah ambyar.

LUKAS DIRGANTRA : COLD ROOMMATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang