Bab. XXVII. Pressure

360 73 105
                                    

Sesampainya di rumah, Leona langsung naik ke kamar kedua orang tuanya. Ia tahu di mana sekiranya ayahnya akan menyimpan dokumen-dokumen tentang kasusnya.

Aku yakin sekali... Leona memeriksa kolong dan benar. Terdapat sebuah kardus yang bertuliskan namanya. Ia segera mengambilnya lalu membuka tanpa membuang waktu lagi.

Di dalamnya, semua hasil penyelidikan tentang kecelakaan dirinya dan kematian pamannya. Semua tercatat dengan rapi, bahkan termasuk foto para tersangka, yakni Kwon dan seorang pria bernama bernama Fujie Takato.

"Pembunuhnya orang Jepang? Kwon orang Korea," gumam Leona pelan.

Lalu, terdapat foto Leona yang masih bayi, di mana ia tertidur dalam balutan selimut. Namun ada yang aneh dari foto itu. Ada sebuah tanda tangan di pojok kiri bawah dan Leona tidak tahu itu tanda tangan siapa.

"Apa maksudnya?" Leona bertanya sendiri.

"Lucunya dirimu! Aku pun penasaran dengan tanda tangan siapa itu." Sang api tampak ikut memperhatikan foto itu.

Leona membalikkan foto itu dan terkejut. Ada tulisan tangan ayahnya di sana dengan bahasa Indonesia. Tulisan itu masih tampak jelas sehingga mudah bagi Leona untuk membacanya.

"Apa yang sudah ditakdirkan harus dijalani. Kau adalah mukjizat bagi keluarga kita. Sedih rasanya harus melepasmu nanti tapi harus dilakukan demi menjaga kekuatanmu. Kami tetap menyayangimu. Ayah." Leona menutup mulutnya seolah tidak percaya.

Jadi selama ini, ayahnya tahu bahwa ia memiliki kekuatan api. Padahal ia tidak pernah berniat memberitahunya. Jika begitu, sudah pasti ibunya tahu. Entah kenapa mereka tidak memberitahu Leona dan mereka sudah tahu tentang kekuatan Leona sejak Leona masih bayi.

"Apa... yang harus kulakukan sekarang?" Tangis Leona pun pecah.

Awalnya ia diam agar kedua orang tuanya tidak khawatir. Namun selama ini, tidak ada hasilnya. Apalagi mengingat tabrakan saat ia masih kecil ditambah Kwon penabraknya, sudah pasti bangsa Kegelapan ada hubungannya.

Mungkinkah... yang harusnya mati adalah aku? Leona memejamkan matanya. Ia merasa tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

"Aku tahu kau sedih, tapi ada baiknya kau tidak membiarkannya berlarut-larut. Mereka tidak menyesal melahirkanmu dan juga takdir itu harus dipenuhi. Mereka menyayangimu, itu yang pasti."

Leona terdiam, menyimak apa yang dikatakan api. Ia sedikit iri karena api hanyalah benda dan ia sendiri adalah manusia. Namun api selalu bisa menyemangatinya dalam situasi apapun.

"Apa yang harus kulakukan?" tanya Leona pelan.

"Ayo cari bukti lain! Kau ingin mencari tahu siapa yang menabrak ayahmu, 'kan?"

"Sudah pasti bangsa Kegelapan." Leona menyeka air matanya. "Dan itu semua karena ayah menyelidiki orang-orang yang menabrakku. Kwon adalah salah satu penabraknya yang kurasa sudah pasti ada hubungannya dengan bangsa Kegelapan."

Tangan Leona terhenti saat melihat selembar kertas kusam yang bertuliskan huruf hangeul. Di antara dokumen dan kertas yang lain, hanya kertas itulah yang berhuruf hangeul. Ia pun membacanya.

"Surat perjanjian?" Kening Leona mengerut.

"Apa itu?"

"E-entahlah. Semacam surat perjanjian." Leona pun membaca dan bergumam, "Perjanjian perlindungan?"

"Perjanjian untuk perlindungan terhadap sesuatu atau seseorang."

Leona terdiam. Apa?!

Loctus : The Owner Of The Fire - [4]Where stories live. Discover now