17

1.4K 149 54
                                    

Matahari pagi naik mulai menyinari. Panas hangat menyapu wajah kedua pemuda yang saling berhadapan. Posisi kuda-kuda mereka terlihat kokoh. Mata mereka saling mengamati satu sama lain.

Tidak ada yang bergerak dalam waktu 5 menit. Jelas melihat dan menilai kekuatan dan kemampuan lawan.

Melihat tidak ada yang memulai. Tang Liu memilih maju. Ternyata Lin Jiang memiliki pemikiran yang sama. Dia maju bersamaan dengan Tang Liu. Keduanya mengayunkan pedang tanpa energi spiritual. Namun benturan pedang mampu menciptakan gelombang angin yang mengoyangkan batang-batang bambu dan menjatuhkan daun~daunnya yang lebar dan berwarna hitam.

Melihat sama~sama menerima dan menyerang bersamaan, ayunan pedang selanjutnya pun sama, mereka bertarung dengan seimbang.

Ini mengejutkan Lin Jiang, bahwa ada yang mampu mengimbanginya. Wajahnya menjadi serius.

Dia menambah kecepatannya. Serangan menjadi sedikit berat, Tang Liu menerimanya dengan kelembutan dan membaliknya. Dia memanfaatkan serangan lawan untuk balik menyerang.

Melihat keahlian itu Lin Jiang mundur selangkah dan melakukan hal sama.

Adu pedang dan jurus semakin meningkat. Udara dan gelombang angin tidak berhenti. Bahkan mereka tidak bergerak dari tempat mereka sejak tadi bertarung. Tercetak kaki mereka di tanah.

Jika dilihat dengan mata telanjang gerakan mereka tidak akan terlihat, begitu cepat dan hanya udara dan angin yang menyadari bahwa mereka beradu dengan kecepatan imbang.

Meski terlihat hanya pertarungan latihan, jelas terlihat itu pertarungan antar lawan.

Pertarungan yang memakan waktu 2 jam mulai terlihat siapa yang kelelahan.

Tang Liu mulai melambat. Lin Jiang menyadari itu. Saat ayunan pedang Lin Jiang ingin mengenai Tang Liu. Tang Liu mundur beberapa langkah.

Mengatur nafas. Ini adalah jeda setelah beradu pedang yang panjang.

" saudara Lin..." ucapnya sembari mengatur nafas.

"Panggil aku Lin Jiang." Ucapnya seolah tidak terlalu suka dengan formalitas. Tang Liu hanya bisa mengangguk.

"Kalau begitu panggil aku Tang Liu." Ucapnya tegas. Seolah menghormati lawan.

"Em, baiklah. Aku kembalikan cadarmu." Ucapnya.

Tang Liu memegang wajahnya yang terlihat. Dan menatap cadar ditangan Lin Jiang. Tang Liu cukup terkejut akan itu. Dan senyum diwajahnya terlihat. Lin Jiang melihat reaksi itu, dia pikir Tang Liu akan terlihat marah. Namun reaksi itu hanya geli.

" Bibi Rouying?"

" kalau begitu aku akan mengambil milikku kembali." ucap Tang Liu. Terdengar tidak ada permusuhan disana dan lebih menghormati. Pemikiran dewasa ini mengejutkan Lin Jiang.

Mendekati Lin Jiang, tinggi mereka terlihat jelas, tapi bisa diterima.

Sementara Lin Jiang termenung mengingat sesuatu dimasa lalu

"Bagaimana kalau istirahat. berbicara adalah hal yang baik bukan." Ucap Tang Liu. Saat melihat matahari mulai tinggi. " apa kau suka daging?" Tanyanya. Mengenakan kembali cadarnya. Dan berpikir untuk memperkuat cadar segera agar tidak mudah lepas.

"Aku bisa memakannya." Ucapnya acuh. Melihat Tang Liu mengenakan kembali cadarnya.

"Baguslah, aku memiliki beberapa ayam hutan. Kurasa itu cukup untuk makan pagi.".

Tang Liu mendekati batang bambu yang tumbang dan memotongnya menjadi beberapa bagian. Dia menancapkan batang dan membuat lubang diujung batang bambu, begitu pula dengan sisi satunya. Hingga dua potong batang bambu tertancap kokoh. Dia meraih sisa cabang bambu dan mengumpulkannya menaruhnya ditengah-tengah. Dan menyalakan api mengunakan api hitamnya. Cabang bambu hitam terbakar dengan baik.

[Original story] Kultivator api dan esWhere stories live. Discover now