Dua Belas

1K 138 226
                                    

HAI, PILSA COME BACK💞

Happy Reading

"Tuhkan Ma, suara Pilsa bagus. Buktinya ini Pilsa dapet juara satu," ujar Filza dengan tersenyum bangga. Sedari tadi gadis itu memegang kotak berbungkus kertas payung yang ternyata adalah hadiah lomba.

Kanaya dan Ridwan hanya tersenyum geli melihat tingkah putri mereka. Filza menang bukan karena suaranya yang bagus, tapi kehebohannya dalam menyanyi hingga membuat penonton tertawa terpingkal-pingkal.

"Emang kamu doang Za, yang menang?" Kanaya mengangkat sebelah alisnya.

"Mama sama Papa kan juga menang, Za," sambung Ridwan sembari terkekeh.

Filza melihat sebuah bungkusan hadiah yang lebih besar dari miliknya. Gadis itu mencebikkan bibirnya sebal, "Kok hadiah Mama sama Papa lebih gede dari punya Pilsa, sih?"

"Iya, dong. Kamu kan cuma lomba nyanyi, Za. Kalo Papa kan tadi lomba gendong Mama," balas Ridwan sambil mengedipkan sebelah matanya pada Kanaya. Istrinya itu memukul pelan lengan Ridwan.

Tadi setelah pekerjaannya selesai Ridwan memang menyusul Kanaya dan Filza. Begitu sampai sana, ia disuruh salah satu warga untuk ikut memeriahkan lomba Suami Menggendong Istri. Ridwan melakukan negoisasi dengan pihak panitia. Mau mengikuti lomba asalkan menggendong ala bridal style, bukan menggendong belakang. Permintaan Ridwan pun disetujui. Dan akhirnya, Ridwan dan Kanaya memenangkan perlombaan tersebut.

"Mama berat nggak, Pa?" tanya Filza.

"Berat banget, Za. Kaya gendong beras satu kwintal." Ridwan tertawa pelan. Kedua matanya melirik Kanaya yang terlihat tidak terima dengan ucapannya barusan.

"Kalo emang berat, ngapain tadi repot-repot gendong," sebal Kanaya. Ia langsung menampilkan raut wajah yang masam.

"Mama-mu ngambek tuh, Za," goda Ridwan. Filza terkikik, gadis itu memperhatikan Kanaya yang sedang sok sibuk berkutat dengan ponsel.

Karena merasa Kanaya benar-benar merajuk, Ridwan langsung mencubit gemas pipi istrinya. "Gak boleh ngambek. Nanti saya tambah gemes."

Walaupun sedikit sakit, tapi Kanaya tak bisa menahan senyum akibat ucapan Ridwan barusan. Wanita dua anak itu meletakkan ponselnya dan menatap Ridwan dengan senyum merona. "Ini nih yang bikin aku gak bisa lama-lama ngambek sama kamu," ucapnya.

Ridwan terkekeh, "Gak boleh ngambekan. Ntar hidungnya tambah panjang."

"Ih, apa hubungannya?" protes Kanaya.

Ridwan mengendikkan bahu, "Nggak tau. Yang penting cinta saya akan selalu terhubung sama kamu."

"Kok tambah ngaco, sih?"

Ridwan menetralkan wajahnya, lalu membuang napas pelan, "Saya tau, saya itu nggak bakat ngegombal."

"Bagus dong, semoga aja nurun ke Rafka. Biar gedenya nggak jadi buaya ntar," kekeh Kanaya.

"Buaya?!" pekik Filza tiba-tiba yang membuat Ridwan dan Kanaya langsung beristighfar karena kaget mendengar suara legend putri mereka.

"Rumput Jepang jadi buaya? Pilsa juga mau dong jadi lele," sahut Filza tak nyambung. "Eh, enggak ding. Pilsa kan bidadari," lanjutnya.

Ridwan dan Kanaya kembali tertawa.

"Papa, Papa pernah main sama temen, nggak?" tanya Filza tiba-tiba, gadis kecil itu turun dari sofa dan menuju ke pangkuan Ridwan untuk duduk di sana.

"Pernah, dong. Sama temen-temen Papa dulu," jawab Ridwan, tangannya mengelus puncak kepala Filza yang terbalut khimar instan.

"Kok sekarang nggak main lagi? Papa lagi musuhan ya sama temen-temen Papa?" tanya Filza dengan polosnya. Tangannya yang usil menoel-noel pipi gembul Rafka yang kini sedang tertidur pulas di pangkuan Kanaya.

Pangeran untuk FilzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang