40. Make Peace

29.1K 2.7K 1.1K
                                    

Menangis semalaman, ditambah dia tak tertidur sama sekali. Wajah Jennie tampak amat berantakan. Terlebih sampai saat ini dia masih duduk dengan lemas di lantai ruangannya. Bersandar pada kaki mejanya.

"Tidak. Ini semua salah," lirih Jennie yang seakan baru kembali mendapatkan akal sehatnya.

Dia menggeleng pelan, berusaha berdiri karena dia baru merasa jika tubuhnya amat sakit. Dan setelah berhasil berdiri tegak, gadis berpipi mandu itu berlari keluar dari ruangan.

Kalimat-kalimat yang Jisoo lontarkan padanya tadi malam sungguh menyiksa Jennie. Terlebih ketika mengingat kembali bagaimana rasa sakit menggerogoti tubuh adik bungsu mereka. Jennie marasa sudah melakukan hal yang begitu bodoh.

Napas gadis itu memburu ketika sampai di depan meja resepsionis. Dia bahkan harus memejamkan mata untuk meredakan napasnya itu agar bisa berbicara dengan lancar pada pegawainya.

"Nona Jennie? Ada yang bisa kami lakukan untukmu?" salah satu pegawai di sana tersadar akan keberadaan Jennie. Dan sebenarnya dia agak merasa aneh karena penampilan Jennie saat ini sangatlah berantakan. Terlebih pakaian yang dikenakan atasannya itu adalah pakaian kemarin.

"Operasi donor paru untuk pasien Kim Yeri... Tolong batalkan sekarang juga." Ujar Jennie yang membuat beberapa pegawai disana menegang.

"Nona Jennie, maaf. Tapi operasinya sudah berjalan sekitar 30 menit yang lalu."

Seketika tubuh Jennie terasa lemas bukan main. Perlahan air matanya meluruh dengan rasa sakit di hatinya yang tak terkira. Dalam hari terus berteriak. Kenapa? Kenapa dia sangat bodoh? Jika sudah begini, bagaimana dia bisa membuat Lisanya sembuh?

"Untuk apa kau menangis, Unnie?" suara dingin itu mampu membuat Jennie menoleh. Menatap sendu pada Rosé yang seakan tak memiliki kehangatan di sorot matanya lagi.

"Bukankah seharusnya kau bahagia? Orang yang kau sayangi... Akan segera sembuh." Kalimat Rosé sungguh membuat Jennie ketakutan sekarang. Dia takut, jika Rosé benar-benar membencinya. Karena melepaskan kesempatan Lisa untuk hidup lebih lama.

"Cheng--"

"Kau tahu apa yang paling ku benci di dunia ini?" tanya Rosé dengan mata berkaca-kaca. Seumur hidup, ini adalah rasa sakit yang tak akan mudah hilang di dalam hati Rosé.

"Rosé-ya, maaf. Unnie tidak--"

"Kata maaf." Suara tajam adiknya mampu membuat Jennie bungkam. Bibirnya tak mampu lagi berucap.

"Seseorang terkadang tak tahu dengan arti kata maaf yang dia ucapkan. Karena nyatanya, seseorang yang sudah mengatakan kata maaf. Bisa dengan mudah mengulangi kesalahannya lagi."

Rosé tak akan pernah lupa, dimana ketika dia memergoki Jennie yang sedang berbincang persama Yeri di bangku taman. Dimana kakaknya itu terus mengucapkan kata maaf padanya. Yang benar-benar tak ada artinya lagi sekarang.

"Sebenarnya, aku ingin sekali membencimu. Mencacimu. Dan membuatmu tak menganggapku adik lagi. Tapi... Bukankah Lisa sangat baik? Saat Jisoo Unnie terus menyalahkanmu, Lisa pun terus membelamu." Ujar Rosé dengan sorot kesakitan di matanya.

"Apa... Kau benar-benar ingin melepaskan malaikat sebaik Lisa, Unnie?" kalimat itu lirih, dan setelah mengucapkannya pun Rosé langsung beranjak pergi dari sana. Dia ingin meninggalkan Rumah Sakit sejenak. Kepalanya ingin pecah dengan kenyataan yang baru dia terima.

.......

Senyum Lisa mengembang amat lebar saat sosok Jennie muncul dari balik pintu ruang rawatnya. Ingin mengucapkan sapaan hangat di pagi hari, namun kakaknya itu justru langsung berlari kearahnya. Memeluknya dan menangis kencang. Bahkan tubuh Lisa ikut bergetar dibuatnya.

Hey, Lisa 2 ✔ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang