16. Come Back Home?

518 37 11
                                    

Pesawat yang ditumpangi oleh Raizel, Frankenstein, Atika, dan Regis kini sudah hampir mendekati Lukedonia. 

Frankenstein yang bertanggung jawab sebagai pilot kini mengganti mode terbang yang semula manual menjadi auto-pilot, dan setelahnya ia menghampiri Raizel yang masih setia menjadi sandaran bagi Atika yang sedang tertidur. 

"Tuan, kita akan segera sampai." ucap Frankenstein pada Raizel dengan sopan. Sebagai jawabannya, Raizel mengangguk lalu dengan lembut ia membangunkan Atika. 

Regis yang mendengar jika mereka akan segera sampai pun mengencangkan sabuk pengamannya. Alis Frankenstein berkerut ketika melihat Regis. "Kenapa kau mengencangkan sabuk pengamanmu?" tanya Frankenstein.

Regis memiringkan kepalanya bingung. "Bukankah kalau pesawat mendarat kita mengencangkan sabuk pengamannya?" tanya Regis.

Frankenstein mengeluarkan smirk-nya. "Mendarat? hahaha...kita akan melompat." jawab Frankenstein.

"HAH?!!" begitulah respon Atika dan Regis diwaktu yang sangat kompak bagaikan paduan suara.

Atika yang nyawanya belum benar-benar terkumpul langsung melocat ketika ia mendengar perkataan Frankenstein, sedangkan Regis sudah banjir keringat dingin. Sejak ia lahir hingga saat ini, baru kali ini ia disuruh untuk melompat dari pesawat. selain cepat, tingginya pun bukan main. Bagaimana kalau ia tidak bisa melompat karena gugup? ha...ha...ha....membayangkannya saja sudah ngeri. 

"Kenapa tidak mendarat saja di laut yang dekat Lukedonia? kenapa harus melompat? Kalau begitu bukankah lebih baik aku berteleportasi saja ke Lukedonia?!!" protes Atika.

Frankenstein menghela napas lelah. Dua bocah tukang rusuh itu mulai beraksi lagi.

"Kalau kau mau ditangkap oleh UNION ya...silahkan, aku tidak akan melarang. Aku hanya bisa memberi saran kalau kekuatanmu itu belum sepenuhnya menyatu dengan tubuhmu, dan kau sudah sering menggunakan kekuatanmu bahkan untuk hal-hal yang sepele." Sindir Frankenstein.

Atika terdiam. Emang bener sih apa yang dia omongin, cuma seumur-umur gue belum pernah loncat dari pesawat. Kalo metong gimana cyin? ih, amit-amit deeehhh....gue masih mau nikah sama Raizel, gerutu Atika dalam hati.

"Ayo kita bersiap." Ajak Raizel dengan nada yang lembut.

Atika memasang wajah masamnya lalu mengaktifkan kekuatannya.

Segera setelah semua bersiap, Frankenstein segera membuka pintu pesawat.

Angin kencang langsung menghantam tubuh mereka. Setelahnya pesawat mulai menukik dengan tajam dan akhirnya mereka melompat.

Di sisi lain pesawat, ada tiga penyusup yang saling bertatapan.

"Kenapa pesawatnya berguncang?" Tanya Tao sambil menutup laptopnya.

M-21 mengangkat bahunya acuh tak acuh, "Mungkin kita akan mendarat?"

Takio diam, ia sedang berkonsentrasi pada suara disekitarnya.

"Teman-teman," panggil Takio. "Sepertinya pesawatnya akan jatuh." Imbuhnya.

Ketiganya berpandangan satu sama lain.

Satu detik.

Dua detik.

Tiga detik.

.
.
.
.

"AAAPAAAA?!!!"

Ketiganya berteriak dengan panik.

M-21 yang masih memiliki sisa kewarasannya bertanya pada Takio. "Hei, Takio. Apa kopermu bisa mengapung di laut?"

NOBLESSE : ReturnWhere stories live. Discover now