BERTENGKAR (lima)

64 62 23
                                    

"Apa ayah hanya akan membicarakan itu saja?" tanya Arsinta jenggah dengan segala omongan sang ayah.

"Tidak, ada hal yang jauh lebih penting yang harus ayah sampaikan sama kamu" jawab ayah.

"Apa?" tanya Arsinta.

"Ayah memiliki seorang teman, beliau ini memiliki seorang anak laki laki yang nantinya akan menjadi pewaris tunggal perusahaannya" ucap ayah memberi tahu.

"Apa urusannya dengan Sinta?" tanya Arsinta heran.

"Ayah berencana ingin menjodohkan kamu dengan anaknya" jelas ayah.

"Mas, kamu gila!" bentak ibu tak terima jika hidup putrinya harus diatur oleh ayahnya yang selama ini selalu memberi luka.

"Apa maksud kamu, HAH" bentak ayah balik, "aku melakukan ini demi kebaikan hidup putri semata wayang kita, aku ingin yang terbaik untuk nya" jelas ayah berdiri menatap tajam manik mata ibu.

"Arsinta masih terlalu dini, aku gak akan membiarkan siapapun merusak masa mudanya" jawab ibu tak kalah gentar dari ayah dan balik menatap mata ayah.

"Aku bukan orang tua yang gila yang akan merusak masa muda anak ku sendiri, justru kaulah yang merusak masa muda Arsinta kau mengambil keuntungan darinya dengan menyuruhnya berjualan kue murahan seperti ini" ucap ayah menendang wadah kue yang berada di samping kaki Arsinta.

"Arsinta tidak merasa di manfaatkan oleh ibu, ibu tidak pernah mengambil keuntungan apapun dari Arsinta, justru ayah lah yang ingin mengambil keuntungan dari Arsinta dengan cara menjodohkan Arsinta dengan anak teman ayah agar perusahaan ayah semakin maju iakan?" tebak Arsinta tepat sekali dengan rencana busuk sang ayah.

"Ngaco kamu ini, kau pikir ayah sekejam itu ayah hanya mengiginkan yang terbaik untuk anak ayah, lagi pula perjodohan itu tak akan langsung diselengarakan dengan pernikahan cukup kalian tunangan saja dulu dan setelah usia kamu cukup barulah"

"CUKUP" bentak ibu memotong ucapan ayah, sedang Arsinta mengajak Arsyad untuk pergi kekamarnya agar tak melihat kedua orang tuanya bertengkar.

Didalam kamar Arsinta dan Arsyad saling berpelukan tak kuasa mendengar teriakkan dari kedua orang tuanya, Arsinta menutup telinga sang adik dengan kedua tangannya berharap agar Arsyad tak mendengarnya, sedang Arsinta jelas mendengar segala perdebatan orang tuanya itu.

"Arsyad ga dengar apa apakan?" tanya Arsinta meyakinkan Arsyad mendengarnya atau tidak setelah teriak dari kedua orang tuanya berhenti, Arsyad pun mengeleng.

"Sepertinya ayah sudah pulang" ucap Arsinta mengajak Arsyad keluar dari kamar, dan benar saja ayah mereka sudah tidak ada, dan hanya tinggal ibu seorang diri yang sedang terduduk di atas kursi sambil menangis.

"Ibu" ucap Arsinta dan Arsyad memeluk ibunya dengan penuh kasih.

"Maaf" ucap ibu lirih.

"Ibu nga salah, ayah lah yang salah" ucap Arsinta mengelus lembut punggung ibunya.

Setelah semua merasa sudah baikan mereka segera merapikan rumahnya, Arsinta pun kembali kekamarnya untuk menganti bajunya, dan menghampiri ibunya didapur yang tengah membuat kue.

Arsinta dan Arsyad pun membantu ibunya membuat kue untuk berjualan besok, hingga waktu menunjukan waktu asar mereka baru selesai dan segera keair untuk mengambil wudhu dan melaksana solat bersama dengan di imami oleh sang ibu, karna hingga saat ini Arsinta dan Arsyad tak pernah merasakan solat dengan diimami oleh sang ayah.

Setelah selesai solat dan berdoa,  Arsinta langsung merapikan mukenanya dan disela sela ia merapikan mukenanya Arsinta dengan jailnya meledek Arsyad yang hingga saat ini selalu tak mau jika harus menjadi imam solat untuk ibu dan Arsinta selaku kakak nya.

"Dek kapan mau ngimamin kita" rayu Arsinta pada Arsyad.

"Arsyad belum siap ka" jawab Arsyad jujur.

"Kapan siapnya, kamukan laki laki kamu harus menjadi imam yang baik untuk keluarga kamu nanti" ucap Arsinta sembari merasa iba pada nasib keluarganya ini.

"Arsyad janji akan menjadi imam yang baik ga akan seperti ayah" bisik Arsyad ditelinga Arsinta, mereka pun tersenyum lalu saling menyemagati satu sama lain.

Ibu yang melihat hanya tersenyum sembari melangkah keluar dari tempat solat yang ada didalam rumahnya ini.
Sedang Arsinta dan Arsyad masih terduduk ditempatnya masing masing, Arsyad mengajak pada Arsinta untuk mengaji bersama agar rasa kesal yang masih tersisa segera menghilang.

"Kali ini ka Sinta mau Arsyad baca surah An-Najm" titah Arsinta pada Arsyad,
Segera Arsyad pun membaca ayat demi ayat surah tersebut dan Arsinta mendengarkan apa sudah benar atau masih salah bacaan adiknya tersebut. Setelah surah tersebut selesai Arsyad baca mereka segera menuju kamar masing masing untuk mengerjakan tugas sekolah mereka.

Dihari libur yang cerah ini Arsinta memutuskan untuk keluar rumah dan pergi menuju toko buku bersama Arsyad, agar keduanya bisa membaca buku dan belajar bersama disana, dan sebagai tanda ucapan terima kasih karna sudah diizinkan untuk membaca buku yang sudah lama tak terjual dan sudah sedikit usang tersebut, Arsinta selalu memberikan kue pada sipemilik toko tersebut.

"Sini dek komik ini bagus deh" ajak Arsinta pada Arsyad lalu memberikan sebuah komik kepada Arsyad.

"Boleh dibawa pulang ka?" tanya Arsyad.

"Gaboleh lah" jawab Arsinta tersenyum manis kearah Arsyad agar Arsyad tak tersinggung.

"Cantik" ucap Anggara yang tiba tiba datang menghampiri Arsinta dan Arsyad.

"Siapa kakak pria ini ka?" tanya Arsyad.

"Orang Gila" jawab Arsinta singkat.

"Dipuji ko malah menghina" ucap Anggara "lo ko nga pernah senyum manis gitu kegue?" rayu Anggara pada Arsinta.

"Karna senyumku hanya untuk orang yang ku sayang" jawab Arsinta sambil tersenyum lucu.

"Kalo gitu gue mau dong jadi orang yang lo sayang" ucap Anggara menatap Arsinta yang tengah sibuk mencari novel.

"Apaan sih, ga ada yah temen yang merayu temannya sendiri" jawab Arsinta ketus.

Anggara pun tertawa melihat wajah kesal Arsinta, sedang Arsyad hanya tersenyum karna baru pertama kalinya melihat kakaknya di ganguin oleh seorang pria dan ternyata begitu ekspresi kesal sang kakak pada pria yang menganggunya.

"Arsyad kau jangan contoh sifat jelek orang macam dia, tetap jadi laki laki yang baik yang selalu menghargai wanita, MEMGERTI" ucap Arsinta pada Arsyad lalu membawanya menjauh dari Anggara karna takut kepolosan sang adik akan ternoda oleh Anggara.

"Wanita ingin dihargai, maka iapun harus hormat pada pria" jawab Anggara.

"Tentu dalam sebuah pernikahan wanita akan menghormati suaminya dan patuh pada suaminya tapi dalam hal kebaikan, jika seandainya hormat seorang wanita malah dibalas dengan luka apa pantas seorang pria tetap menjadi pemimpin dalam sebuah keluarga" jawab Arsinta seolah ia berada diposisi wanita yang dilukai oleh suami nya.

Dan prok prok prok Anggara bertepuk tangan bangga dengan jawaban dari Arsinta.

"Kau terlalu dewasa dari usiamu" ucap Anggara pada Arsinta.

Sendu Menjadi SyahduWhere stories live. Discover now