LUPA AKAN LUKA (delapan belas)

37 38 7
                                    

"Ya Allah aku ingin menjadi sayap untuk suamiku terbang menuju surgamu" doa Arsinta dalam hatinya, mereka saling membalas doa satu sama lain dalam hatinya.

Karna besok adalah hari libur Arsinta dan Alif memutuskan untuk menginap satu hari dirumah ibunya begitupun Zahra.

Arsyad yang kedatanganya di tunggu tunggu oleh Arsinta akhirnya ia pulang.

"Arsyad!" Arsinta bahagia saat melihat Arsyad pulang, Arsinta langsung berlari menghambur kepelukan adiknya tersebut, Arsyad yang badannya jauh lebih besar dari Arsinta ia pun mengangkat tubuh kakanya dan memutarnya seperti baling baling.

"Astagfirullah kalian ini apa apaan!" teriak ibu lalu berlari dan memukul mukul Arsyad agar berhenti memutar mutar tubuh Arsinta.

"Ibu ini kenapa, Arsyad kangen sama ka Sinta" ucap Arsyad lalu menurunkan Arsinta.

"Kaka mu sedang hamil!" bentak ibu pada Arsyad lagi dan memukul siku Arsyad.

"Hah!" kaget Arsyad lalu memeluk Arsinta dan mengendong kakaknya sembari teriak, "Ka Alif terima kasih, akhirnya gue mau punya ponakan!" ucap Arsyad membuat Alif langsung menghampiri dan tertawa melihat kekonyolan dua saudara tersebut.

"Kapan situ nyusul kita?" ucap Alif membuat Arsinta tertawa secara umurnya Arsyad kan masih terlalu muda.

"Bocah nikah" ucap Arsinta dengan gelak tawanya membuat Arsyad cemberut.

"Imut" kata Zahra melihat wajah  Arsyad.

"Ekhh kamu ini" ucap Alif pada Zahra.

"Anak kecil juga tau lah kalo Arsyad memang imut dan tampan" pede Arsyad yang membuat semua tertawa.

Yang memang Arsyad sangatlah tampan dengan tinggi dan badan yang sangat ideal, dan wajahnya yang seperti pemuda timur tengah yang membuat nya menjadi idola di kampusnya namun Arsyad selalu memghindar dari para akhwat yang mendekat kepadanya, ia tau batasan dalam bergaul.
Sebelas dua belas lah kalo sama Alif, tapi tetap Arsyad nomor satu dan Alif yang kedua.

"Udah tau belum si dede bayinya perempuan atau laki laki?" tanya Arsyad.

"Belum Syad baru juga dua minggu" jawab Alif.

Mereka pun menebak nebak jenis kelamin janin yang ada didalam perut Arsinta.

"Mau perempuan ataupun laki laki asalkan selamat dan diberi kesehatan" ucap Arsinta, melarai keributan Arsyad dan Alif juga Zahra yang tengah ribut menebak nebak si jabang bayi.

"Iya benar, ayo bubar ini sudah malam kasihan Zahra sama bumil kita" ucap ibu menyudahi sesi obrolan dan akhirnya bubar masuk kekamar masin masing.

Pagi hari Arsinta sudah membuat seisi rumah riweh karna ia berteriak didalam kamar mandi, membuat semua langsung menghampiri Arsinta mengedor gedor pintu namun Arsinta tak membukanya malah teriak.

"Lama, awas!" titah Arsyad lalu langsung mendobrak pintu kamar mandi yang berada di kamar Arsinta.

"Kecowa!" teriak Arsinta membuat semuanya menepuk jidat dan malah tertawa melihat kekonyolan Arsinta yang berdiri di atas wc duduk.

"Astagfirullah, ayo turun" Arsyad langsung mengendong Arsinta dan menyerahkannya kepada Alif.

"Cuma kecowa si imut ini" ucap Arsyad lalu membuang nya ke kloset.

"Kecowa yang malang, gara gara Umi nasibnya berakhir di kloset" ucap Zahra membuat tawa semakin pecah, benar benar hari yang dipenuhi tawa.

"Cek, yasudah ayo cepat kita ke meja makan Umi sudah masak seperti yang bumil kita minta semur jengkol dan ikan asin juga lalapan tak lupa sambalnya" ucap ibu membuat Arsinta semangat, sedang Alif langsung ciut secara ia tak suka dengan aroma jengkol.

"Yeyy makan makan" ucap Arsinta seperti bocah ia langsung melahap makanannya.

"Zahra mau?" ucap Arsinta langsung menyuapi Zahra semur jengkol.

"Emm, Enak" ucap Zahra yang akhirnya ikut makan semur jengkol.

"Lohh ko ka Alif gak makan?" tanya Arsyad heran melihat Alif hanya menatap saja.

"Ya Allah aku lupa mas Alif gak suka sama jengkol, maaf ya mas" ucap Arsinta lalu ia malah menyodorkan jengkol kedepan mulut Alif.

"Aku kayanya ngidam pengen liat mas makan jengkol, ayo buka mulutnya Aaa" titah Arsinta membuat Alif malah kabur.

"Ikhh ko kabur sih" ucap Arsinta melihat Alif lari.

"Abi takut jengkol" tawa Zahra.

"Aku udah ahh, kasihan mas Alif" Arsinta langsung pergi menuju kamar mandi mengosok giginya dan memakan permen lalu kembali lagi ke meja makan dan memgambilkan nasi dan juga temannya untuk ia berikan pada Alif yang tengah duduk di halaman rumah.

"Mas ayo makan" ucap Arsinta memberikan piring pada Alif.

"Ko ngak bau sih?" tanya Alif.

"Ya ngak lah yaudah ini makan yah" titah Arsinta.

"Suapin" manja Alif, Arsinta pun akhirnya menyuapi Alif.

Arsyad dan Zahra tengah memperhatikan dibalik jendela.

"Kaya bayi disuapin" ucap Zahra.

"Itu mah sweet, nanti Zahra akan seromantis itu" goda Arsyad.

"Masya Allah, ya Allah berkahi selalu keluarga kakak hamba" ucap Arsyad.

"Aamiin" kata Zahra mengaminkan.

Arsinta sadar ada mata yang mengintai ia segera berbalik dan menunjuk kearah jendela yang masih ada Arsyad dan Zahra yang tengah mengintip.

"Wahh gawat, mas liat tuh" ucap Arsinta menunjuk kearah jendela.

"Bocah itu, awas yah" ancam Alif langsung berdiri dan menghampiri Arsyad dan Zahra.

Cekcok pun tak bisa dihindari suasana rumah kembali penuh tawa lenyap sudah rasa sedih dalam hati ibu melihat anak anaknya tertawa lepas yang sedang bahagia.

Hingga Arsinta pun akhirnya pulang kembali kerumah Alif, mereka hanya menginap satu hari dan sekarang Arsinta sudah berada dirumah Alif lagi sedang bermain bersama Zahra sembari menunggu Alif pulang dari kantornya. Orang tua Alif yang sudah tahu Arsinta tengah hamil mereka yang menetap di Turky dan sedang mengurusi salah satu perusahaannya yang disana hampir setiap minggu nya akan menelponi Arsinta hanya untuk sekedar menanyakan kabar Arsinta dan kandungannya.

"Zahra tunggu disini yah Umi harus minum vitamin dulu" ucap Arsinta lalu pergi kekamarnya mengambil vitaminnya dan meminumnya.

Arsinta merasa pusing dan mual hingga ia akhirnya memutuskan untuk istirahat dan menyuruh si mbok untuk menemani Zahra bermain.

Gadis usia 6 tahun lebih itu riang berlari lari dan bermain boneka sampai sampai ia terjatuh sontak simbok langsung menghampiri dan mengendong Zahra yang menangis kencang karna kakinya lecet.

"Astagfirullah, Zahra!" Arsinta langsung berlari menghampiri Zahra yang tengah menangis.

"Maaf buk, mbok tadi lagi beresin mainan non Zahra" ucap simbok.

"Iya mbok, saya minta tolong rapikan mainan Zahra biar saya obati lukanya" ucap Arsinta langsung mengendong Zahra dan menenangkan nya.

"Cup cup, udah sayang jangan nangiskan udah Umi obatin udah yah" lirih Arsinta sembari mengelus gelus lembut Zahra agar tak menangis.

Sampai Zahra tertidur dipangkuan Arsinta, Arsinta yang ikut mengantuk akhirnya tertidur di atas sofa diruang tengah.

"Assalamualaikum" salam Alif langsung masuk dan melihat dua bidadarinya yang tengah tertidur.

Tak ingin membangunkan Arsinta dan Zahra, Alif langsung menuju kamarnya untuk membersihkan dirinya dan makan sendiri di meja makan.

"Mas ko udah pulang?" heran Arsinta yang tak melihat kedatangan Alif dan tiba tiba sudah berada di meja makan dengan mengenakan kaos oblong berwarna hitam.

"Maaf mas tadi gak bangunin kamu" ucap Alif saat Arsinta menghampiri Alif dan mencium punggung tangannya.

Arsinta dan Zahra pun akhirnya ikut gabung dan makan bersama.

Biar tambah semanggat jangan lupa untuk komen dan sarannya, vote dan follow yah kakak👼✌

Sendu Menjadi SyahduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang