A Whole New World

18.1K 2K 82
                                    

Menikah berarti memasuki dunia baru yang sama asing, tak peduli berapa lamanya seseorang sudah bersama dengan pasangannya. Marsha pernah membaca kalimat itu meski dia lupa entah di mana. Kini, dia mengamini kata-kata tersebut. Jangan salah paham! Marsha tidak menyesal karena sudah menikah. Dia hanya makin memahami bahwa pernikahan adalah hubungan yang berbeda jauh dengan pacaran.

Tidak ada lagi yang bisa disembunyikan demi menampilkan image sempurna. Di depan pasangan, seseorang tak bisa lagi berlindung di balik apa pun. Untung saja hal ini tidak membuat Marsha gentar. Karena sejak awal bertemu Vincent, dia tak pernah berpura-pura. Marsha menunjukkan kepribadiannya apa adanya. Percaya atau tidak, hal itu memudahkan perempuan itu menyesuaikan diri dengan dunia pernikahan.

Satu hal yang mengejutkan Marsha, dia tidak pernah tahu jika akan menyukai aktivitas istimewa mereka di atas ranjang. Karena terbiasa mengungkapkan isi pikirannya di depan Vincent, Marsha melisankan hal itu terang-terangan.

"Vin, aku demen bercinta. Rasanya luar biasa," gumam Marsha sembari memeluk suaminya dengan tangan kanan. Dia berbaring miring. Kepala Marsha berbantalkan lengan kanan Vincent. Sebagian punggung telanjang perempuan itu hanya ditutupi oleh selimut tipis.

Saat itu sudah pukul setengah satu dini hari. Tadi, mereka makan malam di rumah Hugo bersama keluarga Taura. Vincent dan Marsha baru sampai di rumah sekitar pukul sebelas malam karena keasyikan mengobrol.

"Aku tau, Sha," sahut Vincent sambil tertawa kecil. Lelaki itu menelentang dengan bertelanjang dada, hanya mengenakan celana pendek. "Kamu kira aku nggak suka? Kayaknya, aku malah udah kecanduan, Sha."

Marsha tertawa mendengar ucapan suaminya. Lalu, dia menyadari jika wajah Vincent memerah setelah itu. "Vin, apa masih perlu tersipu-sipu gitu? Masa kalah sama aku, sih? Ngomong demen bercinta nggak pakai malu-malu. Ih, kamu bikin gemes aja." Marsha mengangkat tubuh dan bertumpu pada kedua lengannya. "Tuh, kan! Jadinya pengin nyium."

Vincent mendahului Marsha, menarik perempuan itu ke dalam dekapannya sebelum mencium bibirnya dengan mesra. Marsha pun menyadari bahwa suaminya lebih ahli bicara dengan bahasa cinta. Puluhan menit kemudian, mereka berbaring menelentang dengan napas yang mulai teratur. Jari-jari keduanya bertautan.

"Untungnya besok libur. Bisa bangun siang setelah olahraga tengah malam ya, Vin," canda Marsha. Dia menoleh ke kiri untuk menatap suaminya. "Omong-omong, cuma penasaran. Kalau kayak di film-film itu, kira-kira seru nggak, ya?"

"Kayak gimana maksudnya?" Vincent tak mengerti.

"Kan sering tuh, ada adegan tokoh-tokohnya nggak sabar untuk bercinta. Masuk ke rumah, heboh ciuman sambil sobek-sobekan baju. Trus bajunya berantakan dari ruang tamu sampai ke kamar."

Vincent terbahak-bahak hingga wajahnya memerah. "Aku nggak tau tingkat keseruannya, Sha. Nantilah kita coba."

"Ide yang bagus," puji Marsha. Perempuan itu menguap. Namun, dia memaksakan diri untuk beranjak dari ranjang dan menuju kamar mandi.

Vincent adalah suami yang diidamkan oleh banyak perempuan. Tidak pernah menuntut ini-itu, dewasa, serta sabar. Tidak pernah ada masalah berarti selama mereka berumah tangga selama hampir lima bulan perjalanan cinta yang menakjubkan itu. Namun, tetap ada yang agak membuat Marsha terusik. Yaitu, dia mulai menghitung kekurangan dirinya sendiri. Yang paling mencolok, ketidakmampuannya memasak dengan baik. Karena itu, hampir setiap hari mereka membeli makanan.

"Vin, kamu nggak keberatan punya istri yang nggak bisa masak?" tanya Marsha beberapa menit kemudian.

"Nggak, Sha. Karena aku nggak pernah berniat nyari koki. Aku penginnya punya istri," sahut Vincent. Kini, giliran lelaki itu yang melenggang ke arah kamar mandi. Marsha memperhatikan punggung suaminya menjauh. Vincent menjaga kebugarannya dengan joging keliling kompleks setiap pagi. Marsha mengikuti kebiasaan baik suaminya itu.

Born To Love You [Terbit 28 Juni 2023]Where stories live. Discover now