iii. hope

173 107 368
                                    

— lembaran ketiga.

—☁️☁️☁️—


27 April 2O2O.

Pagi-pagi sekali Kalana dikejutkan dengan kehadiran Gavabel yang ada di depan rumahnya sembari menaiki sepeda motor, tumben sekali Gavabel naik sepeda motor. Perihal kemarin, sepertinya Gavabel sangat serius untuk menjadi dekat dengan Kalana. Namun hubungannya masih tidak jelas.

Gavabel tersenyum lebar ketika Kalana sudah berada di depannya. Kalana yang baru saja bangun tidur itu menatap Gavabel kesal.

"Kamu kenapa pagi-pagi gini udah dateng ke rumahku?" tanya Kalana kesal.

"Mau barengan berangkat sekolahnya," jawab Gavabel.

Kalana menguap, faktor karena baru saja bangun tidur. Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya sekilas lalu berkata, "Ini masih jam setengah enam ya, Gav."

Gavabel hanya tertawa.

"Ya udah tungguin, aku mau mandi dulu," kata Kalana.

"Tidak usah mandi juga tidak apa-apa. Kamu sudah cantik," kata Gavabel.

Kalana mendengus kesal. "Jorok ih. Udahlah kamu jangan kebanyakan ngegombal. Basi "

"Bilang saja kamu baper," kata Gavabel.

"Enggak!" Kalana memukul lengan Gavabel saking kesalnya. Lelaki itu hanya tertawa gemas melihat wajah Kalana yang tampak memerah.

Kalana masuk ke dalam rumahnya untuk membersihkan diri. Beberapa saat kemudian, Kalana muncul dari balik pintu dengan keadaan sudah rapi sembari menenteng tas. Tangannya nampak memegang roti selai strawberry. 

Kalana menyodorkan roti yang ia pegang kepada Gavabel dan berkata, "Makan."

"Tidak usah."

Tanpa menghiraukan Gavabel, Kalana langsung menyuapkan roti ke mulut Gavabel hingga pemuda itu terkejut karena perlakuannya yang tiba-tiba

"Saya sudah bilang tidak usah," kata Gavabel dengan mulut dipenuhi roti. Gavabel menelan roti yang telah hancur di mulutnya, kemudian menjitak pelan dahi Kalana.

"Sakit, ih," keluh Kalana.

Gavabel sedikit berjongkok untuk menyetarakan tingginya dengan Kalana dan berkata, "Mana yang sakit, hm?"

Kalana menunjuk kearah dahinya. Jantungnya berdegup kencang melihat Gavabel yang sekarang berada tepat dihadapannya. Sialan, Gavabel membuatnya jadi salah tingkah.

Sedangkan sang pelaku tampak meniup dahi Kalana agar mengurangi rasa sakitnya. "Maaf, ya," katanya.

Kalana mendorong pelan Gavabel agar sedikit menjauhkan posisinya saat ini. "Aku bisa baper," kata Kalana.

"Saya bisa bertanggung jawab jika kamu baper."

"Ah sudahlah, ayo kita berangkat!"

Gavabel memberikan helm ke Kalana. Setelah memakai helm itu, Kalana naik ke jok belakang sepeda motor Gavabel dengan perasaan berdebar-debar.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 26, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

kanvasWhere stories live. Discover now