E M P A T

43 10 1
                                    

Selamat Membaca 🍀

Jam telah menunjukkan pukul 06:30. Seyna berdiri dipinggir jalan sama seperti hari-hari sebelumnya, menunggu angkutan umum yang menjadi langganannya.

Gadis itu melirik jam tangannya, dalam hati ia berharap tidak terlambat ke sekolah.

Seyna mulai panik saat angkot yang ia tunggui tidak kunjung lewat. Ia takut kesingan.

Saat sedang mengedarkan pandangannya mencari angkot lain, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara klakson motor.

Seyna menoleh dengan wajah kaget yang sangat jelas. "Sialan! Ngagetin aja lo!" rutuk Seyna sambil mengusap dadanya.

"Lo ngapain masih dipinggir jalan? Belum berangkat? Bentar lagi bel,"

"Berisik lo! Gue lagi nunggu angkot, dari tadi gak ada yang lewat," jawab Seyna.

Orang yang mengagetkannya adalah Galen. Pemuda itu melepaskan helmnya. "Abang angkotnya engga narik, lagi cuti katanya," balas Galen asal.

Seyna menyerit. "Tau dari mana lo?"

"Ah, lo mana tau. Tadi abangnya chat gue, katanya hari ini dia gak narik soalnya ada sodara dia yang nikah dan semua angkot di booking sam dia," jawab Galen ngawur.

Seyna nampak berpikir. Mana mungkin Galen punya nomor abang angkotnya, secarakan Galen baru pindah ke Indonesia.

"Diam aja," cibir Galen. "Lo mau bareng gue engga?" tawarnya.

Kalau gue gak bareng Galen, bisa kesiangan gue. Duh, malas banget gue kalau pake acara dihukum, batin Seyna.

"Kelamaan mikir lo! Kalau gak mau ikut yaudah, tapi siap-siap aja lo dihukum karena kesiangan," Galen kembali mengenakan helmnya dan bersiap pergi meninggalkan Seyna.

"Eh, tunggu! Gue ikut!" seru Seyna.

Tanpa membuang waktu lebih lama, Seyna langsung naik ke atas motor Galen.

"Woy! Jalan!" ucap Seyna saat Galen belum juga menjalankan motonya.

"Jalan, Len! Nanti kesiangan," ucap Seyna lagi sambil menepuk pundaknya.

Galen menyodorkan helm pada gadis yang duduk dibelakanganya. "Pake helm dulu, nanti lo kenapa-napa lagi,"

Seyna menerima helm tersebut kemudian mengenakannya.

Saat ditengah perjalanan Seyna meraih ponsel yang berada disaku bajunya. Tangannya menari-nari diatas layar, memberi tau Reanna kalau ia akan sedikit terlambat ke sekolah.

Diam-diam Galen memperhatikan Seyna dari kaca spion. Ide jahil muncul dikepalanya.

Dengan sengaja, Galen menekan rem motornya.

Seyna tersentak kaget, untung saja ponselnya tidak jatuh. Wajahnya merengut kesal.

"Aduh! Kenapa sih? Lo kalau bawa motor hati-hati dong! Hampir aja hape gue jatuh!" protes Seyna.

Galen tersenyum tanpa dosa sambil melajukan kembali motornya. "Salah lo kalau hape lo jatuh. Makanya kalau dijalan jangan main hape,"

"Suka-suka gue lah!"

Mendengar balasan dari Seyna membuat Galen melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Galen menarik kedua sudut bibirnya saat merasakan tangan Seyna berada dipinggangnya.

"GALEN! BAWANYA PELAN-PELAN AJA, GUE TAKUT JATUH!!" teriak Seyna namun Galen malah berpura-pura tidak mendengarnya.

Akhirnya mereka tiba di sekolah dalam keadaan tangan Seyna yang masih berada dipinggang Galen. Mereka menjadi pusat perhatian, terutama para kakak kelas yang melemparkan tatapan tajam.

Perfect Stranger (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang