3 - Janji

1.8K 288 13
                                    

Bisa dipastikan, menginjak bangku SMP, tentu saja Jeongguk dan Taehyung satu sekolah lagi. Dan nggak tahu memang takdir atau gimana, mereka selalu sekelas.

Lain dengan tahun-tahun sebelumnya, memasuki masa SMP, ada yang beda. Jeongguk yang beda.

"Jeongguk! Belakang lo!"

Gercep, begitu dengar seruan Taehyung, Jeongguk langsung balik badan dan habisi lawan di belakangnya sampai tumbang. Kembali waspada, hajar lawan yang hampir pukul Taehyung-hingga jatuh.

"Taehyung, ayo!" genggam kuat tangan si Kim, Jeongguk lari dari sana sebelum gerombolan anak-anak itu nyamperin tambah banyak. Mereka berdua udah cukup bonyok pagi-pagi begini. Keringat menetes dan luka yang masih basah jadi pembuka. Taehyung udah ngos-ngosan, tapi dia tetap lari dengan bantuan Jeongguk.

Alhasil keduanya telat sampai sekolah. Gerbang udah ditutup. Terpaksa manjat tembok belakang. Tenang, udah pro, kok.

Step awal, manjat pohon dulu. Iya, udah kayak monyet kembar. Terus baru, deh, loncat ke temboknya. Karena berdua, jadi lebih gampang. Jeongguk sampai duluan ke balik tembok dan bantu Taehyung buat turun.

"Mau ke UKS dulu?" tanya Jeongguk kala mendapati Taehyung yang bertumpu pada lutut, napas ngos-ngosan dan memar di mana-mana. Bahkan seragam mereka udah nggak terpasang benar, padahal masih pagi. Kalau ketahuan guru, yakin mereka bakal berakhir di ruang BK lagi.

Taehyung geleng. "Lo... punya minum?"

Ngangguk, Jeongguk rogoh isi tasnya dan serahkan sebotol minum pada Taehyung—yang langsung ditegak hampir setengah. Nggak masalah, Jeongguk bisa beli lagi. Yang penting Taehyung nggak pingsan gara-gara dehidrasi aja. Masa dia mau nyeret Taehyung sendirian ke UKS?

"Hahh..." Taehyung hela napas, kembalikan botol minum Jeongguk yang langsung diterima. "Ngapain, sih, anak buahnya Daniel tiba-tiba nyerang nggak lihat waktu?! Gabut bener," berdecak, Taehyung menegakkan badannya, berjalan menuju kelas beriringan dengan Jeongguk, muka ditekuk bersungut-sungut.

"Aturan kalau ngajak tawuran, mah, pulang sekolah, kek. Pada gila masih jam tujuh udah dihadang aja kita."

Jeongguk mendengus, terkekeh oleh gerutuan sahabatnya. "Ya lo kemaren pakai matahin kakinya Daniel, sih. Gimana anak buahnya nggak pada ngamuk?" ia berucap santai sambil naikin tasnya.

Taehyung melotot. "Nggak gue patahin! Orang cuma keseleo doang lebay amat. Lagian salah sendiri ambil langkah nggak lihat-lihat. Kesandung, kan. Lo juga ikut-ikutan, ya, bukan gue doang!"

Ngangguk-ngangguk, Jeongguk rangkul Taehyung mendekat dan bawa tubuh mereka melipir, takut-takut ada guru pas udah dekat lorong kelas. "Sshht, jangan keras-keras, bego."

Taehyung berdecih, memutar bola matanya jengah. "Ini masih jamnya Pak Memet, Guk. Serem. Bisa ditebas kita kalau masuk sekarang."

Mengerjap, Jeongguk menatap Taehyung dengan tatapan oh iya juga ya.

"Yeu tolol," Taehyung hampir menggeplak kepala Jeongguk kala tiba-tiba suara keroncong dari perut si Jeon menggema dahsyat. Sempat diam sejenak, hingga akhirnya Taehyung semburkan tawa, buat Jeongguk kesal setengah mampus.

"Euluh euluh, ada yang laper," Taehyung menepuk-nepuk perut Jeongguk main-main, gantian merangkul si Jeon dan mengusak rambutnya gemas dengan tawa yang masih mengembang, bawa Jeongguk buat putar balik menuju kantin alih-alih ke kelas. "Belum sarapan lo, ya?"

Jeongguk berdecak, mukanya memerah sementara dia hampir mendorong Taehyung menjauh—tapi nggak jadi. Tinggi mereka sudah hampir sama sekarang, jadi Jeongguk nggak perlu kecekik banget sama rangkulan si Kim.

17 | kvWhere stories live. Discover now