2. Saya Lamia

150 80 83
                                    

***

Lamia Taleeta Aneska seorang murid pindahan yang baru saja 3 hari yang lalu bersekolah di Cendana.

Dia adalah tipe orang yang sulit bersosialisasi. Mungkin butuh waktu lama untuk dirinya mencari seorang teman di sekolahan baru ini. Namun, jika sudah berteman dia akan berubah menjadi sosok yang menyenangkan.

Lamia sekarang sedang berjalan menuju toilet dengan wajah tanpa ekspresi dia hanya fokus ke jalan menuju ke toilet.

Menurut info yang dia dapatkan, toilet untuk kelas 12 di Cendana ini terletak tepat di ujung kelasnya. Dia pun hanya mengikuti kata hatinya untuk berjalan menujunya.

"Oh, disini!" tutur Lamia saat sudah sampai.

"Ngapain lo masuk kesini?" ujar pria tersebut sambil baru saja menaikan resletingnya hendak keluar.

"Ah? Maaf, saya gak maksud, saya anak baru. Saya salah mau masuk, untung ada kamu jadi belum sempat masuk kedalam." ucap Lamia memejamkan mata karena sedikit terkejut untung saja dia belum sempat masuk kedalam. Karena toilet perempuan ada disampingnya lagi.

Jayden merasa aneh dengan logat perempuan didepannya ini. Mengapa terdengar kaku seperti kata baku di pelajaran Bahasa Indonesia Bu Risma.

"Eh, lo cewek badak itu kan?" ucap Jayden langsung mengingat dia yakin perempuan ini adalah perempuan yang kemarin membisikkan badan kepadanya kemarin.

"Badak? Maksudnya?" tanya Lamia bingung dengan pertanyaan Jayden.

"Jawabannya Badak," ucap Jayden mempraktekkan perkataan Lamia kemarin dengan menye - menye yang membuat bentuk bibirnya aneh.

"Saya mau pergi, mau masuk kelas." ucap Lamia sambil berbalik badan.

"Saya gak ngizinin, saya marah sama kamu karena gara - gara kamu saya kemarin kena marah sama Bu Emi." ungkap Jayden meniru gaya bicara Lamia.

Lamia tersenyum dan tertawa singkat. "Saya gak nyangka kalau kamu sebodoh itu." ucap Lamia terang - terangan.

"Saya minta maaf." pinta Lamia.

Jayden yang tengah memutar otaknya untuk melakukan gencatan senjata membuat suasana antara keduanya sedikit sunyi.

Baru saja hendak Lamia ingin pergi meninggalkan tangan Jayden pun dengan cepat menghadang melarangnya.

"Saya mau ke kelas." kata Lamia.

"Minta maafnya diterima kalau," ucap Jayden "di barter sama nomor hape gimana?" Jayden menawar.

Lamia hanya memandang Jayden setia dengan wajah tanpa ekspresinya. Dia bingung dari mana datangnya sosok pria ini bisa bertemu dengannya.

"Saya gak terima barteran itu."

"Kalau ini gimana? Aku kasih kamu cinta kamu barter dengan nomor hape gimana?" Jayden masih berusaha menawar - nawar.

"Emang buat apa?" tanya Lamia.

Jayden nampak berpikir untuk menjawab agar tepat sasaran, "berteman? Iya, buat temenan kamu anak baru kan?"

"Iya, saya baru pindah."

Jayden menyodorkan ponsel berwarna hitam tersebut kepada Lamia agar mengetikkan nomor telepon nya.

"Berteman harus punya nomor hape?"

Jayden mengangguk, "iya biar deket." jawab Jayden.

Lamia tampak berpikir karena dia belum memberikan nomor pribadinya kepada siapapun di sekolah barunya ini. Hanya Bu Emi wali kelasnya saja yang baru mempunyai.

JAYDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang