7. God's?

68 29 46
                                    

"Manusia itu di ibaratkann seperti daun kering. Hidup, tumbuh, muda, tua dan Hingga akhirnya mati."

***

"Naik Lamia." suruh Jayden kepada Lamia ketika hendak menyalakan motornya.

Lamia pun tanpa babibu langsung naik keatas sambil berpegang bahu untuk membantunya naik.

"Jayden, Lamia tadi tanya." ujar Lamia lagi karena tidak mendapat jawaban.

Jayden melajukan motornya tanpa menjawab pertanyaan Lamia sebelumnya. Hening. Tidak ada percakapan antara keduanya. Lamia memandangi jalan dari arah sebelah kiri sedangkan Jayden fokus mengemudi.

Karena hari ini hari minggu itulah Jayden mengajak Lamia kesini. Bazar seni, yang tiap bulan juni diadakan. Sudah sekitar 3-4 tahun belakangan ini diadakan untuk merangkul kaum milenial era sekarang.

"Lamia gak nyangka bakal diajak Jayden kesini." ujar Lamia antusias. Lamia sedari dulu memang diracuni hal - hal yang berbau seperti ini baik itu dari temannya dulu atau abangnya sendiri. Selain suka memotret Algib, abangnya juga suka mengoleksi beberapa lukisan bernilai seni culture indonesia dikamarnya.

Ini adalah kali pertamanya Lamia diajak ketempat seperti ini dan bisa melihat langsung.

Keduanya berkeliling melihat pameran - pameran di setiap langkah mereka pasti ada hal yang bermacam - macam.

Lamia tertarik terhadap sebuah lukisan berukuran sedang yang terpajang pinggir sebelah Jayden.

"Itu lukisan dewa?" tanya Lamia menoleh ke arah Jayden, sambil menuju mendekati lukisan itu.

"Dewa ini Tuhan ya, bagi mereka," ujarnya lagi sambil mengamati lukisan itu begitupun dengan Jayden bedanya dia mengamati Lamia.

"Lamia tidak pernah tau bentuk, rupa bahkan kelamin Tuhanku."

"Tapi Tuhan bisa dirasakan dari sini," kata Jayden sambil menunjuk hatinya. "Dan, bisa berbicara dengan kita dari sini." lanjutnya menunjuk kepala maksud arti menunjuk otak.

Mereka berdua kemudian melanjutkan kelilingnya berjalan berdua dan sempat berhenti di salah satu bangku besi berwarna hitam. Lamia mengajak Jayden untuk duduk disana karena dia lelah katanya kepada Jayden, bulir keringat turun dari pelipis Lamia bibirnya yang berwarna merah muda tadi berubah menjadi sedikit warna pucat.

"Duduk dulu ya." pinta Lamia kepada Jayden.

Jayden mengangguk menuruti.

"Lamia tadi nanya agama Jayden kan?" tanya Jayden mengingat pertanyaan yang terlontar dari Lamia tadi.

Lamia mengangguk dan segera menjawab, "kalau Jayden keberatan, gak usah jawab gapapa."

Jayden terkekeh.

Hening tercipta kembali Jayden dan Lamia diam keduanya hanya memperhatikan keadaan sekitar seperti layaknya orang melamun.

"Jayden pernah solat." ungkap Jayden sambil menatap lurus ketanah aspal.

Lamia hanya diam mendengarkan dan berharap menunggu kelanjutan cerita.

Jayden berjalan dan berjongkok untuk mengambil daun kering yang berjatuhan sebesar telapak tangan miliknya.

Lamia hanya memperhatikan gerak geriknya saja.

Jayden kembali duduk disamping Lamia sambil memegang daun kering tersebut. "Manusia itu diibaratkan seperti daun kering. Hidup, tumbuh, muda, tua dan akhirnya mati." ujar Jayden.

"Ya, Lamia setuju."

"Jayden merasa seperti daun ini," ucap nya sambil mengangkat daun tersebut tepat didepan wajahnya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JAYDENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang