ke-16

273 53 6
                                    

ℙℛⅈℕℂℰ ℳᗅՏK



Dengan jari yang sesekali memetik, Jin bersenandung kecil di dapur. Kini pria jangkung itu sibuk memberi selai pada beberapa roti, hingga ia beralih ke kompor, menatap air yang saat ini terlihat sudah mendidih. Dua cangkir terisi dengan masing-masing itu segera di tuangkannya dengan air mendidih, lalu ia mengaduknya bersemangat hingga mengetuk sendok itu tepat pada ujung cangkir, sesudah siap.

Sorot matanya berpindah segera pada pintu kamar Jeongyeon yang sedari tadi tertutup. Melihat itu Jin segera mengerutkan keningnya bingung, "anak itu belum bangun juga ya? Dasar Jeongyeon." Gumamnya kini menggeleng tidak percaya. Bagaimana tidak? Jika jam saja sudah menunjukkan pukul sepuluh, yang artinya hampir siang hari.

Nampan yang sebelumnya ia siapkan itu segera dibawanya ke kamar Jeongyeon. Kini ia mengetuk pintu itu sembari menunggu dengan tangan yang sibuk menyeimbangkan berat nampan karena terdapat benda kaca di atasnya. "Jeong, buka pintunya... Kau tahu ini sudah jam berapa?" Panggilnya dengan nada sedikit tinggi agar di dengar oleh sang pemilik kamar.

Sedikit menunggu, masih belum terdapat suara juga dari dalam sana sehingga Jin memutuskan masuk tanpa harus mempedulikan adiknya itu.

"Jeong, isi perut mu dulu!" Teriaknya saat membuka pintu, hingga ia dapat melihat sang adik yang masih menutup dirinya dengan selimut. Jin sedikit membelalakkan matanya saat melihat itu, kini ia menggelengkan kepala tidak percaya sembari menghela napas sejenak.

Pria itu segera menghampiri adik kesayangannya tersebut, lalu menaruh nampan yang ia bawa ke atas nakas. Kini ia terduduk di samping Jeongyeon, menatap gadis yang kini bagaikan kepompong. Tertidur sembari menutupi dirinya dengan selimut. Melihat itu ia terkekeh kecil, lalu menepuk pelan puncak kepala Jeongyeon. "Bangun dong, tidak malu apa? Masa di samperin sama Oppanya, sih."

Jeongyeon yang mendengar itu segera membelakangi Jin. Ia mengabaikan ucapan sang kakak, memilih untuk kembali tertidur dan menikmati kenyamanannya. Pria itu segera menarik selimut adiknya yang sedang bermalas-malasan, "bangun tidak! Ini sudah siang!" Peringat Jin hingga selimut itu terlepas dari Jeongyeon.

Sedikit kesal dengan sang kakak, Jeongyeon berteriak kesal di sana. "Oppa?! Kenapa? Ah... Jangan ganggu!" Setelah mengucapkan itu, ia bangkit, lalu menatapi Jin tajam.

"Jam mu saja sedari tadi berbunyi, apa kau tidak mendengarkannya? Aku saja tidak betah mendengar itu dari dapur, tadi."

"Jeong masih ngantuk, Oppa."

"Sebagai seorang gadis, tidak baik bangun di siang hari." Peringat Jin kembali sambil menunjuk dengan jarinya.

Mendengar ucapan itu, Jeongyeon sedikit menghentakkan kakinya kesal. Ia menghela napas panjang dengan nasehat Jin tersebut yang mulai menyerupai eomma mereka. Lagi-lagi Jin di buatnya terkekeh, hingga ia menyuruh gadis itu segera duduk di sampingnya.

"Kemari, duduk di sampingku."

Dengan kesal, Gadis itu menurut. Ia beranjak dari tempatnya hingga terduduk di samping Jin. Dengan mata yang masih terasa berat itu, Jeongyeon memperhatikan sang kakak. Kini ia mengerutkan keningnya heran sambil menatap nampan yang kini berada di atas pangkuannya, Jin yang baru menaruh itu segera membalas tatapan Jeongyeon dengan senyum mengembang. "Sarapan, Oppa tau kalau kau semalam tidak makan."

"Mengapa tidak memberitahu, kalau Oppa akan pergi? Pulang terlambat, wajar kan kalau Jeong tidak tidur semaleman hanya untuk menunggu?"

"Oppa sedikit sibuk di restoran. Oppa ingin memeriksa keadaan disana," jelas Jin masih mencari alasan lainnya. "Ternyata semuanya baik-baik saja. Tidak ada yang perlu di khawatirkan, karena Jisoo sudah mengendalikannya dengan sangat baik selama ini."

PRINCE MASK Where stories live. Discover now