Berjam-jam menunggu dan kini pesawat yang Zahra tumpangi baru saja mendarat. Sekarang Zahra baru saja keluar dari bandara tersebut dengan tas bawaanya.
Ia menarik napas panjang.
Bertahun-tahun lamanya akhirnya ia kembali ke Indonesia.
Tanah kelahirannya.
Walau hanya sendiri.
Ia akan sangat merindukan Palestina. Kenangan indah yang dibumbui air mata di sana. Dan itu sangat menyedihkan.
Zahra menoleh ke kiri dan kanan. Berharap ada taxi yang ia temui.
Baru saja ia mencari, ia melihat taxi tersebut berjalan yang ingin melewatinya. Zahra pun lekas melambaikan tangannya pada taxi tersebut, hingga taxi itupun berhenti dan Zahra lekas masuk ke dalam.
***
Terdengar suara pintu mobil yang baru saja ditutup oleh Zahra. Tak lupa bayar kepada sopirnya.
Kini ia berjalan melewati rumah-rumah yang sebagian masih sama seperti dulu.
Zahra berhenti berjalan.
Rumah itu.
Ia melihat rumah sahabatnya yang terlihat mulai hancur.
Zahra tersenyum kecil. Kenangan manis kecilnya teringat kembali saat ia bersama Humaira. Sahabat terbaiknya.
Air matanya keluar begitu saja, namun dengan lekas ia menghapusnya lalu memutuskan untuk kembali berjalan.
Zahra kembali berhenti berjalan. Ia menoleh ke tempat main dulunya saat bersama teman lelakinya. Sekarang, tempat mainnya itu digantikan oleh anak-anak kecil yang seumuran sepertinya dulu.
Entah kemana teman-temannya sekarang.
"Assalamualaikum."
Zahra terkejut dan lekas menoleh ke asal suara tersebut. Terlihat seorang wanita muslimah seumurannya yang wajahnya hampir mirip seperti temannya dulu.
"Kau ..." Zahra dan wanita itu sama-sama menunjuk tepat pada wajah.
"Siti!" tebak Zahra dengan senyumnya.
"Zahra!" Siti lekas memeluk Zahra erat. Tak percaya dengan apa yang ia lihat. "Ini Zahra, kan? Bukan hantu?"
"Astagfirullah, Siti! Emang aku terlihat seperti hantu?" geram Zahra.
Siti terkekeh sembari melepaskan pelukannya. Ia menatap wajah Zahra. "Wajah kamu seperti panda. Kamu habis nangis? Barusan aku dengar kabar kalau—"
"Mereka telah pergi." Zahra menunduk sambil menahan tangisnya. Ia tak mau terlihat lemah jika berhadap dengan temannya.
Wajah Siti terlihat sendu. Sebenarnya ia hanya mengetahui kejadian tahun dulu saat di mana hari Zahra dan sekeluarganya pergi ke Palestina lalu ada tragedi yang menggemparkan warga dunia, begitu juga dengan kabar yang sekarang terjadi karena ia baru saja membuka berita di internet. Tak tahu jika keluarganya telah pergi meninggalkannya.
Sebenarnya ia ingin menanyakan lebih pada Zahra. Kenapa, mengapa, dan bagaimana. Tapi ia sadar, ia tak mau membuat Zahra semakin sedih jika ia menceritakan tentang itu padanya.
YOU ARE READING
Kerudung Zahra
SpiritualIni tentang kekeluargaan, persahabatan, pertemanan, pertemuan, dan juga perpisahan. Sebuah kisah remaja yang kerjanya hanya suka membantah, keras kepala, tepatnya ... sifatnya yang jauh dari kata baik. Pada suatu hari, Zahra beserta keluarganya berk...