11th - Cinta Tak Harus Memiliki

35 5 22
                                    

.
.
.
.
.

Pagi telah tiba, dan seperti apa yang telah dibayangkan sebelumnya, Seoyoung terbangun dengan wajah lesu dan kantung mata yang menghitam karena ia baru tidur 3 jam lamanya.

Dan kini ia harus bersiap untuk pergi ke sekolah dengan keadaan mengantuk. Sungguh Seoyoung malas sekali bersekolah hari ini. Namun, ia harus sekolah jika tidak ibunya akan marah. Lagipula, tidak ada ruginya ia pergi kesekolah ia bisa melihat Jeno walau dari jauh.

Seoyoung datang kesekolah 5 menit sebelum bel masuk dibunyikan. Karena begadang semalam ia jadi telat untuk bangun pagi. Ditambah lagi ketika ia sampai di sekolah temannya mengingatkannya tentang pekerjaan rumah yang lupa ia kerjakan.

Dan disinilah Seoyoung sekarang, berada didepan kelas dengan ponsel yang berada di tangannya. Ia tidak boleh mengikuti pelajaran karena lupa mengerjakan pekerjaan rumahnya.

Seoyoung sangat bosan berada di depan kelas, sendirian, hanya dengan ponselnya yang tidak dimainkan. Seoyoung terlalu bosan untuk memainkan ponselnya, karena hampir setiap hari ia memegang dan memainkan ponselnya.

Dan sekarang Seoyoung hanya diam saja, sembari memikirkan seseorang. Ya, dia memikirkan Lee Jeno, lagi, lagi, dan lagi jika ia memiliki waktu luang.

Kejadian kemarin membuatnya pusing, tidak ada saksi yang mendengarnya, ia takut salah dengar. Tapi, di sisi lain Seoyoung malah berkhayal, jika Jeno benar menyukainya lalu mereka menjadi sepasang kekasih, Seoyoung bahkan tersenyum sendiri memikirkan hal itu.

Namun, jika ia berpikir lebih dalam lagi, otaknya selalu overthinking, entah yang positif maupun yang negatif, seperti sekarang. Baru saja ia berkhayal menjadi kekasih Jeno, ada saja hal yang selalu mematahkan khayalannya.

Entah tentang dirinya yang salah mendengar ucapan Jeno tempo hari, entah dirinya yang merasa tidak pantas, maupun tentang sahabatnya yang juga sahabat Jeno, semua membuatnya pusing dan mensugesti pada dirinya sendiri agar tidak berharap lebih. Pokoknya jangan berharap lebih.

Seoyoung lelah berpikir seperti ini terus, semua aktivitasnya terganggu hanya karena cinta, sungguh lucu, bahkan ia menertawakan dirinya sendiri.

Berharap tinggi sekali, lalu dijatuhkan oleh kenyataan yang baru saja ia sadari. Namun, ia berharap lagi padahal baru saja sadar oleh kenyataan dengan membawa harapan baru.

'Kak Jeno suka aku gak sih? Kemarin salah dengar gak sih? Pasti salah dengar aku budeg fix. Tapi masa iya salah denger, orang itu nyata banget kok. Gak tau ahh, pusing'

'Kayaknya gak salah dengar deh, beneran itu nyata banget kok suaranya. Tapi, kok aku rasanya aneh kayak melayang gitu diingatan aku? Kayaknya halu deh ini atau mimpi. Kyknya aku mimpi nih makanya aneh gitu ingatannya'

'Tapi, masa mimpi sih? Beneran kok dia tepuk bahu aku, kerasa kok tepukannya. Tapi kalo nyata, kenapa kak Jeno gak chat aku sama sekali? Dia kan deket sama Seora tinggal minta nomor telponku ke Seora'

'Atau jangan-jangan kak Jeno sukanya sama Seora, mereka kan sahabatan lama. Kayaknya bener dehh'

Ucapan itu terus terulang dalam hati Seoyoung, hingga merubah ekspresinya dari yang tadinya tersenyum menjadi cemberut.

Saat ini Seoyoung berharap agar bel istirahat segera dibunyikan, agar ia bisa memikirkan hal lain atau mengobrol hal lain dengan temannya. Karena ia sudah bosan sendiri berpikir tentang Jeno, Jeno, Jeno, dan Jeno lagi.

Kriiiiiingggg!!! Kriiiiiingggg!!!

Akhirnya waktu yang Seoyoung tunggu-tunggu tiba, akhirnya ia bisa terbebas dari hukuman dna kembali mengobrol dengan teman-temannya.

You're The ReasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang