30. Ritual

550 52 0
                                    

Ruangan hitam pekat itu tampak menyeramkan, di tambah lagi dengan wewangian bunga yang menyengat hidung, asap yang mengepul tipis menyayat mata.. menimbulkan rasa perih

Katanya, entah seberapa banyak alasanmu untuk memulai sebuah tindakan yang sudah sangat jelas itu salah, maka tak akan ada pengampunan untuk mu.
Katanya, seberapa besarpun kau berusaha untuk memutus lingkaran setan yang telah menyatu dengan darah, maka itu akan sangat sia-sia.
Katanya, itu akan menjadi karmamu hingga akhir, hingga tak ada lagi darah keturunan mu

Itu yang tengah Sanjana pikirkan sekarang, di tengah ruangan dengan penerangan temaram ini. Ia merenungkan segala perbuatannya, segala hal yang telah dia lakukan hingga akhir, hingga nanti maut menghampiri.. mungkin itu akan terjadi dalam waktu satu jam lagi

Semuanya sudah terlalu terlambat untuk memutuskan, terlalu terlambat untuk memutus rantai budak dilehernya, terlalu terlambat untuk memutus karma jahat yang telah ia buat. Maka apapun nanti karmanya akan ia bawa hingga liang lahat

Sanjana tak pernah sadar, hidupnya terlalu hampa tanpa rasa, terlalu gelap tanpa warna, terlalu kelam tanpa cahaya, terlalu sunyi tanpa suara. Ia juga tak sadar hatinya tengah menjerit penuh penyesalan. Bulir halus itu jatuh di pipinya hingga menetes ke lantai dingin yang terasa kotor

Dadanya sesak, kepalanya pusing seolah semua hal yang dia perbuat datang beruntun hari ini, menerornya dengan suara teriakan dan umpatan kasar yang menekankan telinga. Sanjana berdiri dari duduknya, membakar dupa yang telah habis termakan bara. Suara langkah kaki di ujung pintu itu membuatnya reflek  menjauh dari gambar bintang yang sedari tadi ia susun dengan batu

 Suara langkah kaki di ujung pintu itu membuatnya reflek  menjauh dari gambar bintang yang sedari tadi ia susun dengan batu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lalu menyalakan lilin yang membentuk lingkaran di bagian luarnya

Makhluk besar itu meletakkan tubuh gadis lemah itu di tengahnya lalu menggeram seperti suara auman yang sangat besar. Kukunya berubah membesar, menghitam, lalu menajam. Matanya merah darah, dahinya mengeluarkan tanduk besar yang menghitam, giginya mengeluarkan taring, lidah nya terjulur sangat panjang hingga ke lantai, tubuhnya meninggi, tulang punggung membesar mengeluarkan tanduk hingga menembus kulit, kemudian tulang ekornya membentuk ekor yang panjang melilit gadis itu dengan kasar

Sanjana hanya melihatnya dengan tatapan datar, kemudian mengalihkan pandangannya saat makhluk itu berusaha menjilat tubuh gadis malang itu

"Sudah saatnya sanjana"

Suara berat dalam itu memecahkan lamunannya, lantas ia mengambil sebatang lilin merah menyala, lalu membiarkan apinya membakar bunga yang berada dalam nampan besar, tangan kanannya telah bersiap mengambil pisau, menyayat pelan tangannya meneteskannya ke dalam bakaran bunga itu
Lalu di teteskan nya lagi ke dalam mulut Gadis itu, Lana

Lagi-lagi makhluk besar itu mengaum, memekarkan kuku-kuku jari nya seolah menahan sakit yang menusuk hingga tulang.

Sanjana telah siap dengan mantranya, tapi suara teriakan tiba-tiba dari Kalana sungguh mengejutkan, ia terbangun dengan dada sesak, nafas berat dan terisak

"Kumohon lepaskan aku! Apa yang kalian lakukan?"

"Kakek bersekutu dengan setan! Kakek tau itu salah kek! Lepaskan Lana! Kumohon, Lana gak mau terjerumus ke dalam lubang ini"

Air mata gadis itu sudah mengucur deras, di tambah tatapan memohon yang menyayat hati, Ingin rasanya Lana pergi dari tempat itu, tapi ia tertahan oleh rantai sialan ini yang mengikat tubuhnya. Sanjana yang mendengar itu hanya terdiam

"Kakek! Lana mohon"

"DIAM KAMU!"
Gertakan itu membuat Lana terkejut bukan main, seolah ia tau ia harus berhenti untuk terisak

"Kamu gak tau apa-apa! Kamu gak pernah kan ngerasain apa yang saya rasain?! Saya capek miskin, saya capek dihina! Cuma mereka yang bisa membuat saya dengan cepat menjadi kaya tanpa harus susah-susah usaha. Dan asal kamu tau, saya gak pernah menyesali ini, walau saya harus kehilangan keluarga saya sekalipun!"

"Istri saya mati, anak-anak saya mati karena mereka itu goblok! Mereka gak mau nurutin apa yang saya bilang, karena apa? Karena mereka sok suci! Orang-orang tolol itu, mereka akan selamat dan hidup kaya raya seperti saya jika mereka nurut"

BOHONG! Sanjana berbohong, jauh dalam hatinya dia sangat menyesal atas apa yang dia perbuat, atas karma yang telah dia terima semasa hidupnya, Sanjana ini menangis sekarang rasanya, terduduk sendiri di ruangan ini. Mengulang kembali dimasa semua ini belum ada, hanya ada keluarga kecil bahagia tanpa duka

"Aku gak yakin kakek gak menyesal, mata gak akan pernah berbohong kakek, Lana tau kakek gak mau seperti ini kan? Tapi SETAN-SETAN ITU SIALAN ITU!"

"DIAM KAMU!"
Kali ini makhluk itu telah murka, emosinya telah sampai batas, tak ada lagi maaf atas apa yang Kalana ucapkan, tangan besar dan dinginnya memegang erat leher Lana, menancapkan kuku-kukunya hingga menusuk kedalam daging mengangkat nya ke atas

"Mulutmu itu telah KURANG AJAR! Kau tak pantas berkata seperti itu dasar manusia rendah!!!"
Kalana telah sekarat dalam genggamannya, kakinya menendang-nendang berharap makhluk ini memberikan sedikit ruang untuk nya bernafas, darahnya telah mengucur hingga lantai, nafasnya telah habis direnggut ruang

Lalu makhluk itu menghempaskan dirinya kelantai dengan keras, membuat suara tulang-tulang itu remuk tak tersisa

"Kita lakukan sekarang, biar aku yang membacakannya"

Suara itu terdengar jelas, mengintimidasi dan tegas. Makhluk itu sudah hilang kesabaranmu

"Retorciéndose una culebra ensangrentada, en la piedra derramo, juramento a mi poderoso señor. Más malo es entre los universos, más fuerte que el que nunca es humilde. Desollado por piel humana, mezclé sangre y carne con un demonio con cuernos circulares. Maldición maldición maldición! Lo hice esclavo desde el amanecer hasta el final del terrible último día. lleno de karma maligno, el cruel esclavo de Satanás !!"¹

Sesaat setelah kalimat itu selesai, Kalana kejang kejang, matanya membelalak, pupilnya menghitam lalu mengeluarkan darah, tangan dan kakinya mengeras, mengeluarkan urat-urat yang tak tahan untuk keluar

"Satanás !!"²

Teriakan itu memenuhi ruangan, menghadirkan makhluk-makhluk besar yang semakin banyak berdatangan ke ruangan itu, semakin banyak hingga penuh sesak, Sanjana di tarik paksa keluar dari ruangan itu dengan teriakan yang tak kalah keras, suara yang terdengar menyakitkan, leher, tangan dan kakinya di belenggu oleh rantai tajam yang menusuk hingga daging, menyisakan darah yang menetes di lantai ruang

"Kalana. Tuanku"

Kalana berdiri tegap di atas lingkaran yang masih sama sedari tadi, merentangkan tangannya seraya mengucap mantra dengan samar. Lalu tersenyum lebar hingga melebihi telinga nya, kemudian tertawa nyaring yang membuat semua makhluk itu tertunduk sujud di hadapannya

TAMAT

Akhirnya selesai juga😭
Terimakasih banyak untuk kalian yang udh nunggu update cerita ini yang lelet banget, terimakasih tas dukungannya dari kalian.
Terimakasih banyak telah meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini

Semoga cerita ku bisa menghibur kalian semuaaa

Babay🔥

KUTUK!! (TAMAT)Where stories live. Discover now