28. Stasiun gaib jakarta-bogor part 2

57 19 0
                                    

Waktu itu hari rabu, menjelang akhir tahun 2015.

Aku masih ingat sekali, karena hari rabu adalah hari di mana aku harus berkeliling ke beberapa kantor cabang di Jakarta untuk audit kecil.

Kegiatan ini memang rutin selalu dilaksanakan pada hari rabu di setiap minggunya, wajib dilaksanakan.

Pada hari rabu inilah aku hampir selalu pulang malam, karena kegiatan audit gak bisa dilakukan terburu-buru dan kantor cabang yang harus dikunjungi juga cukup banyak dan berjauhan jaraknya.

Biasanya aku baru selesai kunjungan pada sore hari, setelah itu hampir selalu aku akan balik lagi ke kantor pusat untuk langsung menyusun laporannya, dengan tujuan keesokan pagi aku tinggal menyerahkan hasilnya kepada atasan.

Pembuatan laporan hasil kerja ini juga sangat memakan waktu, paling cepat aku baru bisa pulang pada jam sembilan malam, itu kalau gak ditemukan masalah di laporan cabang. Kalau kebetulan ada masalah yang harus ditelusuri penyebabnya, aku akan baru bisa pulang lebih malam lagi.

Nah, hari itu termasuk hari yang lumayan melelahkan, banyak temuan janggal pada laporan kantor cabang yang mana aku harus mencari penyebabnya. Cabang yang harus dikunjungi juga berjauhan, membuatku baru bisa kembali ke kantor lagi nyaris menjelang jam tujuh malam.

Sesampainya di kantor pusat pun aku harus menyusun laporan hasil kunjungan, belum bisa pulang.

Benar-benar hari yang melelahkan.

Singkat kata, sekitar jam setengah sebelas malam pekerjaan baru selesai.

“Lo ikut gw aja yuk Di, tapi ke Manggarai, gak mau ke Sudirman gw ah.” Daniel menawarkan tumpangan ketika aku masih berdiri di pos sekuriti menunggu ojek untuk mengantarku ka stasiun.

Tawaran Daniel cukup membuatku mempertimbangkannya, karena sama sekali gak melihat ada ojek yang mangkal.

Sementara aku mulai sedikit panik karena malam semakin larut, khawatir gak akan terkejar naik kereta terakhir menuju Bogor.

Daniel menawarkan tumpangan menuju ke stasiun Manggarai karena memang itu searah dengan jalan pulangnya, bukan ke stasiun Sudirman tempat aku biasa setiap hari naik turun kereta.

“Ya udah, gw ikut lo deh Dan, Manggarai juga gpp kok. Hehe.” Jawabku.

Beberapa detik kemudian aku sudah duduk manis di jok belakang motor Daniel.

Masih jam 22.40, masih ada waktu untuk mengejar kereta terakhir yang kalo gak salah jam 23.15.

Motor Daniel melaju dalam kecepatan normal, kira-kira dalam 15 menit seharusnya aku sudah sampai di stasiun Manggarai.

Dan benar, jam hanya tinggal beberapa menit lagi jadi pukul 23.00 ketika akhirnya sampai di stasiun Manggarai, aku turun dari motor, sementara Daniel melanjutkan perjalanan pulang menuju rumahnya.

Jam sebelas malam, masih ada beberapa orang yang terlihat berseliweran di stasiun ini. Tentu saja gak seramai di jam normal dan jam sibuk, malahan tergolong sangat sepi buatku.

Pulang menjelang tengah malam seperti ini cukup jarang aku jalani, seperti yang sudah aku bilang di awal tadi, biasanya paling malam jam sembilan aku sudah duduk manis di dalam kereta.

Malam itu layaknya malam normal seperti biasanya, geliat kota Jakarta masih berdenyut menandakan kalau dia selalu hidup. Pengapnya udara sedikit berkurang ketika hari beranjak terus menuju puncaknya, udara yang terhirup sedikit lebih segar dari pada jam-jam sebelumnya.

Tapi ya tetap saja keringatku mengalir ketika harus berjalan kaki menuju peron tempat menunggu rangkaian kereta datang.

“Kereta Bogor masih ada kan Pak?”

Aku bertanya kepada Pak Sekuriti yang masih setia menjaga, memastikan kalau kereta terakhir masih ada, belum lewat.

“Masih ada mas. Barusan yang lewat juga kereta ke Bogor, naik yang berikutnya aja, tapi bakalan agak telat, katanya tadi ada gangguan di Tanah Abang.” Begitu penjelasan Pak Sekuriti.

Ah, agak menyesal aku karena tadi sedikit terlambat, jadi gak sempat naik kereta jam sebelas, ketinggalan beberapa menit saja. Dengan begitu, harapanku hanya tinggal menunggu kereta terakhir.

“Ok pak, makasih ya.”

Setelah itu aku melangkah menuju peron, mencari tempat duduk sambil menunggu kereta datang.

Tubuh sangat lelah, karena kegiatan yang dilakukan sepanjang hari. Ditambah dengan mata sudah mulai mengantuk. Sambil memeluk tas, aku duduk di kursi besi, memperhatikan sekeliling, anehnya sudah sangat sepi, aku pikir keadaan seperti ini gak seperti biasanya, ini terlalu sepi.

Iya, sangat sepi,

Aku melihat dua orang sekuriti yang berdiri di kejauhan, mereka menjaga pintu penyebrangan orang ketika harus menyebrangi rel kereta.

Selain mereka, ada dua atau tiga orang lagi yang terlihat, sepertinya sama sepertiku, menunggu kereta ke Bogor, karena berdiri di sisi yang sama walau jarak kami berjauhan.

Untuk sekelas stasiun Manggarai, yang notabene letaknya ada di Ibu kota negara, situasi seperti ini agak janggal, karena sangat sepi. Benar-benar sepi..


#Next Part 3

Kisah Tanah Sunda || Mini ExpeditionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang