Part 1

25 5 1
                                    

Beberapa hari yang lalu saat membuka laman aku sosial media, tidak sengaja ada sebuah status yang terselip di sana dan cukup menarik perhatian bagi banyak orang.

Kenapa?

Aku tidak tahu pasti karena tidak membacanya, tapi satu komentar tidak sengaja terlihat dan terbaca olehku. Kemudian aku melihat jumlah komentarnya di kolom komentar, lumayan menurutku. Isi dari satu komentar itu bisa menunjukkan isi postingan didalamnya. Postingan mengenai keburukan orang lain yang ditimpali oleh komentar-komentar dari pengikut sipemilik akun. Mengerikan sekaligus heran.
Bagaimana tidak, kebanyakan orang lebih meyukai postingan jenis ini tertimbang postingan mengenai hal lain yang lebih bermanfaat. Ilmu syariat mungkin.

Ya walaupun mungkin untuk sebagian orang postingan itu juga ada manfaatnya. Tapi untukku postingan itu tidak lain hanya sebagai hujatan dan membuang-buang waktu saja.

Aku tidak memperdulikannya, dan langsung saja ku skip. Tidak biasa pula hari itu muncul postingannya di berandaku, karena biasanya tertimpa oleh postingan-postingan lain.

***

Hari ini, Sebuah kabar sampai ketelinga mengenai postingan yang beberapa hari itu sempat aku lihat. Menurut yang aku dengar postingan itu ditujukan padaku.

"Apa? Jadi postingan itu untuk aku." Aku hampir melompat kebelakang saat mendengarkan penuturan salah satu tetangga yang ternyata diapun ikut menimpali postingan tersebut

"Loh, kok aku sebagai tokoh utamanya gak sadar ya kalo itu mengenaiku." Timpalku kembali.

Dasar bodoh memang aku ini. Heran juga bagaimana bisa aku menjadi tokoh utamanya.
Karena rasa penasaran, kubuka kembali beranda akun sosial medianya dan mencari postingan kemarin.

Kali ini aku membacanya --BENAR-BENAR MEMBACANYA, membaca postingan dan komentarnya.

"WAW." itu hal pertama yang keluar dari mulutku ketika usah membaca postingan dan komentar dari berbagai khalayak umum disana.

Ada apa dengan isi postingan ini? Apa yang sudah aku perbuat sampai memicu orang untuk menulis dan berkomentar seperti itu, atau malah aku sudah menyakiti hati orang tanpa aku sadari sendiri?  Pertanyaan itu terus terngiang ditelinga, mencoba memikirkan sesuatu hal sudah aku lakukan yang mungkin saja terlewat olehku.

Beberapa postingan lain menyusul, dan setelah aku tahu yang jadi perbincangan itu aku. Sepertinya isi postingan lainpun masih bersangkutan.

Aku tidak meninggalkan jejak ataupun ikut berkomentar. Karena aku tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Atau apa yang sudah aku perbuat.

Tiga buah komentar cukup pedas, berasal dari orang-orang yang aku kenal.

Aku rasa mereka tahu dan sepertinya ada cerita lain dibalik postingan itu.

Jadi bisa ceritakan detailnya apa yang sudah aku perbuat? Ingin rasanya aku menanyakan hal itu pada mereka.

***

Tadi malam suara berisik terdengar dibelakang rumah.
Entah apa, karena tidak terlalu jelas untuk didengar. Asumsiku berkata mungkin ada maling. Karena beberapa waktu itu para tetangga membicarakan hal demikian.

Secepat kilat aku mengambil ponsel yang sengaja kuletakan tidak jauh dari tempatku berbaring. Mencari sebuah nama dalam daftar kontak untuk dihubungi kemudian mengetikkan pesan padanya.

Beberapa menit kemudian baru dia membalas pesanku. Dan isinya berhasil membuatku ingin melarikan diri.

"Ini malam terakhir. Jadi nikmati saja waktu tidurmu."

Pesan itu sudah menjelaskan semuanya.

Ini malam terakhir, itu artinya besok adalah hari penyembelihan.

Tubuhku bergetar, pikiranku mulai kembali melayang pada postingan-postingan yang pernah aku baca waktu itu.

Sebuah postingan yang menurut temanku ditujukan padaku.

Sebuah postingan yang bila dilihat oleh kami adalah sebagai hinaan, namun bila dilihat oleh manusia, itu seperti sebuah candaan.

Postingan yang mengikutinya adalah postingan tentang kami dalam bentuk yang mengerikan, namun dapat mengundang reproduksi air liur berlebih bagi manusia.

Tubuhku semakin kuat bergetar, membayangkan apa yang akan terjadi besok dan bagaimana rupaku nanti bila sudah berada ditangan tuanku.

Sebersit pemikiran untuk melarikan diri muncul, kubuka kembali ponsel dan mulai menjelajah tentang rute jalan yang harus kutempuh.

Aku membuat strategi dan mulai mengumpulkan barang yang akan aku bawa, tidak banyak, hanya seperlunya saja.

Semua sudah siap. Tapi kemudian kembali aku berpikir.

Mau lari kemana? Kemanapun aku lari pasti akan berakhir dipiring saji. Kalau bukan dipiring saji tuanku sudah pasti dipiring saja orang lain.

Jadi apa yang harus aku perbuat sekarang? Aku hanya bisa duduk terdiam dan merenungi nasibku besok.

Tbc.

😊 Tolong vote dan komennya ya teman-teman, biar aku lebih semangat lagi untuk melanjutkan ceritanya.

CHICKENWhere stories live. Discover now