26. Tragedi

551 68 3
                                    

Kisah ini aku tamatin di KBM applikasi dan Joylada

"Baiklah kalau itu keinginanmu, akan kupenuhi, Bila. Tapi tolong jangan pernah menyesali keputusan gilamu ini!" ancam Kak Sabiru dingin. Selanjutnya, pria itu berlalu pergi tanpa menoleh lagi.

Aku hanya bisa menghembus napas resah setelahnya. Lelah. Kata itulah yang mendorongku untuk mengikhlaskan Kak Sabiru menikahi Kiara. Tekanan demi tekanan yang mendera membuatku goyah.

Dadaku sesak setiap kali teringat permintaan Tara. Pemuda itu amat tertekan. Dia masih belum terlalu dewasa untuk memikul beban menghimpitnya.

Kakak dan ibunya yang biasa menjadi penopang hidup telah tumbang. Sementara masih ada dua gadis yang perlu dibiayai. Sedangkan Tara baru juga lulus beberapa bulan lalu. Pemuda itu masih minim pengalaman.

Meraba hal itu terbit rasa iba di dada. Di tambah pula desakan dari Tante Santi yang memaksa Kak Sabiru menikahi Kiara, dengan dalih amanat Tama. Wanita paruh baya itu sampai terkena stroke demi memperjuangkan keinginannya.

Menilik dari kejadian demi kejadian yang menimpa, mantap kuputuskan untuk menyanggupi permintaan Tara dan keluarganya. Walau entah bagaimana nanti praktek di kehidupan nyata.

Berbagi suami. Mendengarnya saja sudah membuat bulu kuduk ini meremang. Namun, semua itu harus kucoba demi mengakhiri konflik panjang yang tidak berkesudahan ini.

Atau malah mungkin menciptakan masalah baru lagi? Entahlah! Dari awal Kak Sabiru menolak mentah-mentah permintaan yang menurutnya terlampau berat itu.

Kini dengan sedikit memaksa, Kak luluh juga. Pria itu menyanggupi dengan syarat aku tidak boleh menyesali keputusan ini.

Bod*h! Mungkin sebagian orang akan mengolokku demikian. Tak apalah. Aku sudah cukup penat menghadapi rong-rongan keluarga Tante Santi. Mungkin dengan berbagi suami inilah secercah ketenangan akan kucecap.

*

Setelah kemarin malam kuutarakan kemauan, Kak Sabiru menjadi lebih pendiam. Dia seolah menghindar setiap kali kudekati. Dirinya juga hanya sesekali meluangkan waktu bercengkrama dengan Keanu.

Aku maklum kenapa dia berbuat demikian. Pasti dia tengah dilema. Kubiarkan saja sikap dinginnya beberapa hari terakhir ini.

Sayangnya, ketidak harmonisan hubungan kami terendus oleh Ibu. Entah Nasya yang melapor atau Kak Sabiru sendiri yang bercerita, tiba-tiba sore ini beliau berkunjung ke rumah. Aku yang tengah merenung sendiri sembari menunggu kepulangan Kak Sabiru di ruang tengah, tentu saja senang menyambut kehadiran Ibu. Sayangnya tanpa basa-basi wanita itu menanyakan keadaan rumah tangga kami, pasca ujian yang melanda bertubi-tubi.

Sebagai anak yang baik tentu saja kujawab dengan sejujurnya. Bahwa memang benar kami sedang ada jarak. Jurang yang tercipta setelah aku mengutarakan niat untuk berbagi suami.

Mendengar itu sontak Ibu kesal. Wanita langsung mencak-mencak murka. Menurutnya ideku sungguh gila.

"Jangan hanya karena terpengaruh omongan orang-orang luar, kamu mengorbankan kebahagianmu sendiri, Bila!" sergah Ibu senewen. "Ribuan wanita di luar sana memilih bercerai dari pada dimadu, dan kamu malah justru menginginkannya. Itu aneh, Bila!" lanjutnya sengit sekaligus gusar. "Ada banyak cara untuk menjadi orang baik, tapi bukan dengan cara seperti ini." Kini suara Ibu mulai terdengar sumbang. Benar saja wanita itu mulai menangis.

"Ibu tidak bisa menyangkal jika kamu anak dan istri yang sholeha. Tetapi untuk keinginanmu yang satu ini, Ibu tidak ridho, Bila. Tidak!" tandas Ibu tegas sembari mengesatkan air matanya dengan punggung tangan. "Di alam sana Kamila juga akan menangis jika Sabir menikah lagi," pungkas Ibu tidak terbantahkan.

Terlanjur CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang