_ABC7_

67 6 0
                                    

Sepasang Sepatu———{••★••}———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepasang Sepatu
———{••★••}——

"Kita, layaknya sepasang sepatu. Saling melengkapi di setiap langkah. Bila terpisah, akan bersua kembali seperti sepatu kaca Cinderella."
_Naila Putri Ayu
•••

—————{...★...}—————

Hari yang ditunggu sudah di depan mata, tukang urut akan datang hari ini. Tentunya aku tidak sekolah, jangankan untuk mengayuh pedal sepeda melangkah saja susah.

Menunggu, hanya itu yang dapat kulakukan saat ini. Walaupun ini membosankan, tapi dengan keadaan seperti ini rasanya tidak memungkinkan keluar rumah.

"Non, ayo sarapan dulu!" ujar Bik Kulsum saat memasuki kamarku.

Semangkuk bubur dan air hangat yang ia letakkan di atas nakas. Kemudian mendekat, membantuku duduk. Aku diperlakukan layaknya tuan puteri di sini, meski tak pernah terucap di bibirku. Namun, hati tidak bisa berbohong tentang kasih sayang yang ada.

"Non, dimakan buburnya, tadi Bibik lihat tukang urutnya sudah di bawah," ujarnya tanpa menatapku. Tangannya sibuk mengaduk bubur lalu meniupnya.

"Buka mulutnya, Non. Aaaaa ...,"

Bukannya membuka mulut, aku malah terkekeh melihatnya.

"Bik Kulsum ini lucu, yah!" ucapku kemudian tertawa kecil.

"Apa yang lucu, Non?" tanyanya dengan sendok masih ditanganya.

Aku bersyukur, Tuhan memberiku sosok seperti dia. Walaupun dia di sini hanya pembantu, tapi bisa menjadi teman yang dapat menghiburku dengan kelakuannya.

"Non, ada apa? Kok ketawa mulu, ih! Atau jangan-jangan ...,"

Ia menggantungkan kalimatnya. Mendekat, mengikis jarak yang ada dengan tatapan yang menyelidik. Setelah meletakkan mangkuk ke tempat semula, tanggannya diletakkan di dahiku.

"Aku masih panas kok, Bik. Kan masih hidup," ucapku menyingkirkan tangannya yang bau bawang itu.

"Serius ini lho, Non?" tanyanya dengan wajah sok polos yang membuatku ingin tertawa lagi.

•••

Karena kejadian tadi pagi, alhasil aku tidak sarapan. Salah siapa punya muka lucu amat, kan jadi pengen ketawa, mode jahilku aktif seketika membuat Bik Kulsum lari terbirit-birit keluar kamar. Kan lucu.

Kejadian tadi juga mengingatkanku pada sesuatu, kalau aku pernah sejahil ini dulu. Sampai anak laki-laki itu menangis, mungkin dia sudah seumuranku sekarang. Tapi siapa yah? Aku lupa namanya.

Aku Bukan CinderellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang