Real Eyes, Realize, Real Lies

417 18 6
                                    

“Vivilia apakah kau sudah menunggu lama ?”

Vivilia menggeleng.

“Baiklah teman-teman perkenalkan ini adalah ibuku. Sekumpulan awan gelap, burung gagak dan hal lain yang mengerikan tadi adalah hal wajar jika ras devil turun ke bumi. Jadi santai saja.”

“Lalu untuk apa kau mengundang ibumu ke sini ?” Angel benar-benar tidak mengerti. Beberapa saat yang lalu Jeremy, Vivilia bahkan Stanley memojokkan Lolita. Sekarang Ibu Vivilia sampai harus turun ke bumi. Angel benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini.

“Lebih baik kau simpan saja pertanyaanmu dulu Angel. Oh iya, ibu jadi mengundang Tuan Mikail kesini kan ?”

DEG !

Keringat dingin mendadak mengucur deras di pelipis Lolita. Baru mendengar nama Tuan Mikail saja sudah sukses membuat Lolita merinding dan mati kutu. Asal kalian tahu saja, Tuan Mikail adalah penguasa ras Malaikat jadi siapapun pasti akan tunduk kepada Tuan Mikail.

“Hei apa yang kau lakukan ! Bukankah itu sangat lancang membuat Tuan Mikail harus repot-repot turun ke bumi ? Apalagi kau itu ras Devil ! Tidak sepantasnya kau melakukan itu kepada ras Malaikat ! Terutama kepada Tuan Mikail !” Amarah Lolita yang tak terkendali mulai meluap-luap. Sedari tadi ia menunjuk-nunjuk Vivilia karena ia merasa Vivilia adalah dalang dibalik semua ini.

“Memangnya kami sebagai ras Devil tidak boleh memanggil Tuan Mikail ? Asal kau tahu, perbedaan besar antara ras Devil dan ras Malaikat adalah hanya gelap dan terang. Dimana ras devil selalu identik dengan nuansa gelap sedangkan ras Malaikat selalu identik dengan nuansa terang dan keindahan. Sudah itu saja, sisanya sebenarnya kita itu sama. Dan tolong hentikan sikap rasismu itu.”

Satu untuk Vivilia, kosong untuk Lolita. Ia menang untuk saat ini.

Lolita terdiam dan hanya bisa mencibir di dalam hati mengetahui dia saat ini kalah dengan Vivilia. Tapi Lolita berjanji akan membalas kekalahan itu.

Tak lama kemudian burung merpati –yang muncul entah dari mana- mulai terbang kesana kemari. Tentu saja, jumlah burung merpati tidaklah satu. Awan gelap yang tadi mendominasi tergantikan oleh awan putih. Jeremy, Angel dan Lolita sudah bisa menebak bahwa sebentar lagi akan ada ras Malaikat yang datang.

“Veronica, untuk apa kau memanggilku ke sini ?”

“Jangan panggil aku dengan nama Veronica, berapa kali harus kubilang padamu.” 

Veronica adalah nama dari Ibu Vivilia. Veronica dan Mikail sudah berteman sejak mereka kecil. Tak heran mereka sudah sangat akrab satu sama lain.

“Hahahaha maaf-maaf. Baiklah apa yang terjadi disini ?”

“Sebelumnya saya ingin minta maaf kepada Tuan Mikail. Bukannya saya ingin ikut campur urusan ras Malaikat, tetapi menurut saya ini sudah keterlaluan.”

Keringat dingin Lolita mulai bercucuran, ia tahu bahwa Vivilia sangat menyebalkan. Tapi ia tidak percaya bahwa Vivilia akan menjadi sangat menyebalkan.

Lolita bahkan mulai bisa menerka kata-kata apa yang akan diucapkan oleh Vivilia. Lolita mulai menunduk dan berharap agar Vivilia menghentikan semua ini.

Sayangnya, hal itu tidak mungkin terjadi.

“Keterlaluan ? Maksudnya ?”

“Hmmn untuk selanjutnya akan dijelaskan oleh Angel karena ia adalah korban.”

DEG !

Angel tidak mungkin membeberkan semuanya kepada Tuan Mikail kan ?

“Ini mengenai senior Lolita...” Kalimatnya mengambang, antara ya-atau-tidak Angel akan membeberkan ini kepada Tuan Mikail.

Hentikan !

Batin Lolita terus berkecamuk, pikirannya pun mulai campur aduk. Tubuhnya mulai lemas, semua tenaganya seolah terbang bebas meninggalkannya.

“Senior Lolita mendorongku dari Jembatan Sanrisco ketika aku sedang menjalankan tugas sehingga aku terjatuh ke bumi.”

Akhirnya Angel berhasil mengatakan kalimat itu. Meskipun awalnya ia harus berdebat dengan dirinya sendiri antara ya-atau-tidak untuk mengucapkannya.

“Bohong !”

Angel, Vivilia, Jeremy dan Stanley langsung menoleh ke arah Lolita.

“Kalian....kalian semua memang membenciku kan ? Kalian jika tidak suka kepadaku tak apa, setidaknya jangan bawa-bawa Tuan Mikail dan membeberkan kebohongan konyol ini !”

“Apa kebohongan ? Justru itu kau yang berbohong untuk menutupi kebusukanmu itu bitch !” Bahkan Vivilia mulai emosi, sangat emosi. Bisa-bisanya orang se-munafik Lolita bisa menjadi ras Malaikat.

“Sudah-sudah kalian ini. Baiklah kalau memang yang dikatakan Angel itu benar, tolong disertai buktinya bahwa Lolita mendorong Angel dari Jembatan Sanrisco.”

“Iya benar yang dikatakan Tuan Mikail. Kalau menuduh itu disertai bukti ya !” Lolita sengaja menekankan pada kata menuduh seolah-olah ia adalah korban.

“Kau ingin bukti ?”

“Ya aku mau melihat buktinya, jangan seperti tong kosong nyaring bunyinya.”

“Yakin ?”

“Tentu saja, cepat tunjukkan buktinya.”

“Aku tidak punya buktinya.”

 “Kau gila ! Kita sudah sejauh ini dan kau tidak mempunyai bukti ?” Jeremy mulai emosi. Ia melihat ke arah Lolita, dimana senyum Lolita kini mulai terlihat. Bukan sembarang senyum, tetapi senyum jahatnya.

“Dasar bodoh ! Aku tidak tahu ada orang sebodoh ini.” Hujatan itu Lolita berikan untuk Vivilia. Kini ia tertawa lepas, mentertawai kebodohan Vivilia.

“Aku memang tidak mempunyai bukti. Oleh karena itu aku mengundang ibuku kesini, karena ia yang mempunyai bukti.”

---------

Author Note :

Aku udah ngebut banget nih update nya.

Gimana nih menurut kalian ? Udah greget belum ?

Aku hari senin nanti ada ujian pembekalan dan langsung disusul dengan ukom (ujian kompetensi). Jadi aku mencoba bener-bener maksimal dalam mengupdate cerita ini sebelum ujian-ujian itu datang.

Doain aku biar lancar ya ujiannya :)

Btw aku ucapin makasih banget buat reader aku yang udah ngikutin Fallen Angel dari awal sampe sekarang. You the real MVP xD

Oh iya, jangan lupa vote dan comment ya !

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 14, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fallen AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang