"Terimakasih juga atas kunjungannya, hati-hati di jalan,"
Ucap ramah wanita pemilik toko bunga begitu sang pelanggan mengucapkan terimakasih setelah menerima buket bunga aster merah muda pesanannya.
Si wanita menatap punggung pelanggannya yang menjauh dengan senyuman senang menghiasi wajahnya. Ia pun berbalik untuk mempersiapkan beberapa pesan buket bunga yang sudah masuk melalui email tokonya.
Klingg
Si wanita berbalik dan tersenyum menyapa seorang pria tua yang masuk ke tokonya.
"Annyeonghaseyo harabeoji, anda datang sendiri hari ini?"
"Oo, Na Rae-ya. Tentu aku datang sendiri. Apa pesanan ku sudah selesai?"
"Ne, tunggu sebentar,"
Wanita yang dipanggil Na Rae itu bergegas untuk mengambil pesanan buket bunga mawar merah pria tua itu.
"Harabeoji," panggil Na Rae sambil menyerahkan buket bunga itu pada pria tua di depannya yang tersenyum senang menerima pesanannya. "Aku merangkai ini dengan penuh cinta untuk ulang tahun halmeoni. Jadi, harabeoji harus memberikannya dengan penuh cinta juga,"
"Tentu tentu, hahaha, terimakasih Na Rae-ya,"
"Ne," jawab si wanita ikut tersenyum lebar.
"Baiklah kalau begitu, aku harus segera kembali sebelum istriku pulang,"
"Ne, hati-hati di jalan harabeoji. Biar aku antar sampai kedepan,"
"Tentu tentu, hahaha,"
Pria tua itu berbalik dan melangkah pelan keluar dari toko bunga diikuti Na Rae dengan senyum merekah di wajahnya.
"Na Rae-ya, aku pergi dulu,"
"Ne harabeoji,"
Na Rae melambaikan tangannya pada pria tua yang berjalan tertatih menjauh dari toko bunga miliknya.
"Hh, romantis sekali," gumam Na Rae kagum pada pelanggan tetap nya itu.
Sudut matanya menangkap beberapa orang yang terlihat memperhatikannya dari beberapa titik lokasi. Na Rae yang saat itu memakai celana jeans panjang, sweater merah muda kebesaran yang masing-masing lengannya ia gulung sampai siku, rambut coklat panjangnya yang ia gulung ke atas menggunakan sepasang sumpit dan juga memakai apron bermotif bunga memilih untuk tidak terlalu memperlihatkan rasa curiganya meskipun ia sudah yakin 100% dengan apa yang terjadi di sekitarnya.
Drrtttt drtttt
Na Rae mengambil ponselnya dari dalam saku apron yang ia pakai.
Gil Han Calling
Na Rae hanya memutar matanya dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku apron memilih kembali masuk ke dalam tokonya tanpa mempedulikan orang-orang yang mengawasinya beberapa hari belakangan ini.
***
"Apa Na Rae masih tidak mau mengangkat ponselnya?" tanya pria paruh baya bertubuh sedikit gempal duduk di kursi membelakangi beberapa komputer yang ada dibelakangnya.
Gil Han yang masih terus mencoba menghubungi Na Rae hanya menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan atasannya. Gil Han menatap layar ponselnya lagi dan menekan angka dua yang langsung terhubung dengan nomor Na Rae. Tapi kali ini, justru operator lah yang menjawab.
"Hah, kali ini dimatikan lagi," desah Gil Han langsung mendudukkan diri di dekat Se Joon yang duduk tidak jauh dari tempat duduk atasannya.
"Timjang-nim, Na Rae nuna sudah tidak pernah menjawab panggilan kita setelah pekerjaan terakhir kita seminggu yang lalu," kesal Gil Han sambil memberikan tatapan menyalahkan pada pria paruh baya yang sekarang ikut menatapnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kissing In The Moonlight
Fanfiction"Wah, sungguh diluar dugaan. Kau benar-benar mengerahkan seluruh anak buahmu hanya untuk menemukan orang yang menciummu saat kegelapan sedang melanda seluruh kota. Kenapa? Kau ingin aku menciummu lagi?" -Song Na Rae- "Kenapa kau bisa menyimpulkannya...