23. Luna Sakit

16 3 0
                                    

Hari ini adalah hari pertemuanku dengan Ken. Aku sudah berada di tempat perjanjianku yaitu di taman. Aku juga mengajak Luna seperti permintaannya. Akira bilang sebentar lagi dia menyusul datang. Mobilnya mendadak tidak bisa dinyalakan, mungkin akinya bermasalah.

Tadinya Akira memintaku menunggunya selesai memperbaiki mobilnya baru pergi menemui Ken. Dia takut aku bertemu dengan penguntitku yang mungkin saja bermaksud jahat. Namun, setauku taman selalu ramai ketika hari Sabtu jadi aku memberanikan diri untuk pergi ke taman sendirian. Jika ada orang jahat aku hanya perlu berteriak. Semakin siang juga udara akan terasa panas yang bisa membahayakan untuk Luna.

Seperti biasa kulihat banyak orang yang beraktifitas di taman pagi hari ini. Ada yang berlari, senam dan juga berkumpul hanya untuk mengobrol.

“Hai, Han.” Suara Ken tiba-tiba terdengar di belakang tempatku duduk. Aku tersentak kaget dan menengok ke belakang. Kulihat Ken tampak tampan seperti biasanya. Dia mengenakan kaos oblong dan jeans. Hanya saja kali ini jantungku sudah tidak berdebar lagi  melihatnya. Sudah ada Akira yang mengisi hatiku.

“Hai, Ken. Silahkan duduk.” Aku membalas sapaannya kemudian mempersilakan Ken untuk duduk di sebelahku. Untung bangku di taman ini panjang, sehingga kami tidak perlu duduk berdekatan. Aku juga meletakkan pet cargo Luna di tengah-tengah. “Ada apa mencariku?” aku memberanikan diri untuk langsung bertanya. Aku tidak ingin berlama-lama bertemu dengannya.

“Maafkan aku, Han. Anton sudah menceritakan semuanya. Dia memarahiku habis-habisan,” ucapnya dengan raut wajah menyesal.

“Aku juga minta maaf karena pernah menggantungkan ucapan cintamu. Itu bukan karena pria lain, tapi murni karena aku tidak tau harus menjawab apa. Yah walaupun kenyataannya kamu mendekatiku hanya main-main, aku tetap harus menjelaskan hal ini. Aku tidak mau dituduh yang bukan-bukan,” jawabku tegas.

“Iya, maafkan kelakuan jahatku. Aku sudah mempermainkanmu,” ucap Ken dengat raut wajah menyesal.

“Baiklah aku maafkan. Jadi masalah kita sudah selesai sampai di sini. aku ingin pergi bila sudah selesai,” ujarku sambil beranjak bangun.

Namun, Ken menahan tanganku supaya aku tidak jadi berdiri. “Tunggu, Han. Jangan pergi dulu.”

“Ada apa lagi, Ken?” tanyaku penasaran.

“Boleh aku menggendong Luna?” tanya Ken sambil tersenyum.

Dahiku mengerut dalam. “Mengapa kamu memintaku membawa serta Luna, Ken?”. Seingatku Ken tidak terlalu menyukai Luna.

“Karena dia sangat menggemaskan dan aku ingin menggendongnya untuk terakhir kalinya. Bolehkah, Han?” pinta Ken kepadaku. 

Aku menghembuskan napasku. Mungkin saja penilaianku salah dan Ken betul-betul menyukai Luna. “Baiklah, sebentar.” Aku mengeluarkan Luna lalu memberikannya kepada Ken untuk digendong.

Ken terlihat sudah tidak canggung lagi. Dia dengan luwes menerima Luna lalu memangkunya. Ken mengelus-elus kepala Luna dan Luna terlihat menikmatinya. “Nah, Luna, ini aku bawakan wortel kesukaanmu.” Ken mengeluarkan wortel dari dalam kresek yang dipegangnya.

Luna langsung memakan wortel yang diberikan oleh Ken dengan lahap. Wortel memang salah satu makanan kesukaan Luna selain selada dan timun.

“Good girl,” ucap Ken sambil mengelus kepala Luna dan tersenyum puas. “Ya sudah kalau begitu aku pergi dulu ya, Han. Terima kasih karena sudah mengijinkanku menggendong Luna.” Ken menyerahkan Luna kembali kepadaku beserta dengan wortelnya. “Bye Luna,” ucapnya pada Luna sambil Ken mengelus kepala Luna sekali lagi sebelum dia beranjak pergi.

My Cupid is My Guinea Pig (END)Where stories live. Discover now