Maaf

728 124 8
                                    

Syifa sedikit kaget saat melihat motor ayahnya sudah terparkir cantik di depan teras kecil rumahnya. Tidak biasanya ayahnya pulang ke rumah lebih awal. Biasanya paling cepat dia tiba di rumah pukul sepuluh. Apa masuk angin lagi? Syifa mempercepat langkahnya masuk ke rumah.

"Oh maaf, Ayah...," seru Syifa saat melihat ayahnya sedang menjemur pakaian di samping dapur. Dirga hanya tersenyum melihat kedatangan Syifa. Syifa baru sadar bahwa sebelum dia diajak pergi Shaun ke rumahnya, dia sudah memasukkan pakaian kotor di mesin cuci. Dia benar-benar lupa.

"Nggak papa, Syifa. Tadi Wanda ngasih tau kalo kamu pergi ninggalin cucian di mesin cuci. Bunyi mesinnya terdengar sampe ke sebelah," ujar Dirga yang tampak sudah selesai menjemur baju. Syifa benar-benar merasa bersalah.

"Gimana? Senang main ke rumah Shaun?," tanya Dirga yang kini duduk di meja makan. Lalu membuka tudung saji dan memulai makan malam seadanya.

"Ya. seneng. Rumah Kak Shaun nggak jauh,"

Syifa duduk di hadapan ayahnya.

"Kamu kayaknya capek? Main apaan?," tanya Dirga.

"Disuruh nari sama Kak Shaun. Keasyikan nari. Sampe capek...,"

Dirga menatap anaknya lamat-lamat sambil terus mengunyah makanan. Syifa jadi salah tingkah.

"Paan sih, Yah,"

"Nggak papa. Tadi ayah liat Arya jalan sama cewek. Mungkin Rumi. Dia sudah jarang main sama kamu...,"

Syifa tergelak.

"Ya iya. Orang mereka jadian, Yah,"

"Oh..., kamu? Kapan?," tanya Dirga dengan wajah usil. Dirga memang kadang suka menggoda Syifa. Dia tidak pernah membatasi Syifa berteman dengan siapa saja. Karena dia tahu Syifa mampu memilah teman yang pantas dia temani. Apalagi sekarang, Syifa sudah gadis remaja. Dia tidak harus mengekang Syifa. Yang terpenting baginya Syifa tetap berterus terang dengan siapa saja dia berteman, khususnya laki-laki.

"Ayah..., Kak Shaun nggak bilang apa-apa sama Syifa. Tadi cuma diajak main ke rumahnya. Hm..., ke kamarnya...,"

Syifa menggantungkan kalimatnya. Mendengar pengakuan Syifa, Dirga menghentikan suapannya.

"Syifa nari di kamar kak Shaun. Nggak ngapa-ngapain, Ayah. Kalo meluk juga paling di atas motor. Soalnya dia ngebut..., trus tadi diajak mamanya makan malam bareng. Dan pulang...,"

Dirga tersenyum. Lega saat Syifa menyebut ada Mama Shaun di rumah Shaun.

"Katanya dia sudah punya pacar?,"

Syifa mengangguk.

"Ok...,"

Dirga menghela napas.

"Menurut Ayah? Ayah kan cowok. Memangnya ada cowok begitu? Sudah punya pacar, terus deketin cewek lain?,"

Dirga terbahak-bahak. Dia menutup mulutnya dengan punggung tangannya sesaat. Duh, Syifa, banyak yang belum kamu tahu tentang hidup ini, pikirnya.

"Banyak, Sayang. Tapi kata kamu dia belum ngomong apa-apa tentang maunya apa sama kamu. Nembak misalnya. Kalo dia nembak, saran Ayah jangan mau. Dia kan sudah punya yang lain. Nggak bagus. Tapi kalo sekadar bersahabat. Yah, oke-oke aja. Lumayan ada yang bersedia antar jemput. Atau yah..., sekadar jagain kamu juga,"

Syifa manggut-manggut. Sedikit galau perasaannya. Sepertinya dia mulai menikmati saat bersama-sama dengan Shaun. Apalagi ketika berduaan di kamar Shaun. Jatuh cinta? Sepertinya. Tapi tetap dia bingung. Soalnya Shaun sudah punya kekasih. Dia juga belum bilang apa-apa tentang hubungan keduanya secara gamblang.

SHAUN DE SYIFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang