Part 42

22.5K 1.9K 42
                                    

Vote cuma satu detik, jadi jangan males.

Happy reading 👣


Vio melajukan mobilnya menuju apartemen dirinya, jika ia membawa pulang Angkasa kerumahnya bisa-bisa nanti Angkasa dimarahin sama orang tuanya. Kalo Vio bawa kerumah dirinya, bisa-bisa di coret dari kartu keluarga! Pulang malam bawa cowok plus lagi mabok pulak.

Vio sesekali melirik ke arah Angkasa yang berada disampingnya lalu fokus kembali ke arah depan.

"Eughh...." Lengguh Angkasa.

"Kalian jahat!! Kalian gak bisa ngertiin Angkasa! Kalian egois, kalian hanya mikirin tentang bisnis." Tiba-tiba Angkasa meracau tidak jelas.

"Eh matanya merem tapi kok ngoceh? Lagi debat sama siapa tuh di mimpi?" Ucap Vio. Situ ngelawak neng?

"Jahat!!! Egois!!" Angkasa semakin berteriak.

Keringat dingin mulai membasahi pelipis Angkasa, lalu Vio menempelkan punggung tangannya untuk mengecek suhu tubuh Angkasa.

"Buset panas banget! Kek ngeliat pacar jalan sama yang lain, " Ucap Vio mulai ngawur.

Vio langsung melaju dengan kecepatan tinggi agar ia sampai di apartemen dirinya.

Akhirnya Vio sampai juga di apartemennya, setelah tadi menjadi Rossi dadakan.

Vio memapah Angkasa menuju apartemennya, ia menaiki lift untuk kelantai enam.

Ting

Pintu lift terbuka, lalu Vio keluar dan segera menuju kamarnya. Ia merebahkan tubuh Angkasa di kamar miliknya, Vio emang memiliki satu kamar di apartemennya tapi ia tidak akan tidur bareng dengan Angkasa. Vio lebih memilih tidur di sofa ruang tamu.

"Buset berat banget! Kebanyakan dosa apa gara-gara sering makan batu si." Vio berdecak kesal.

"Gue kompres aja dulu kali y? Biar demam nya turun, " Vio menuju ke dapur untuk merebus air ia juga mencari handuk kecil.

Lima menit kemudian, Vio sudah siap dengan sebaskom air hangat beserta handuk kecil untuk mengompres Angkasa.

Vio duduk di pinggir ranjang kasurnya, ia meletakkan baskom yang berisi air hangatnya seraya mencemplungkan handuk kecil. Ia memeras handuk kecil tersebut dan mengompres kening Angkasa.

"Nah, kalo tenang gini kan ganteng!" Ucap Vio terkekeh geli.

"Selamat tidur kulkas berjalan....." Vio beranjak dari duduknya, merapikan baskom lalu ia pergi keluar dari kamar.

23.00 WIB

"Hoamm..." Vio merentangkan kedua tangannya seraya menguap.

Biasanya Vio sudah tertidur sejak dua jam yang lalu, tetapi jika ia membaca novel dimalam hari sudah dipastikan ia pantang tidur sebelum selesai membacanya.

"Capek bener.... Mending gue tidur ah, mata gue tinggal 10 Watt, " Vio langsung menuju sofa untuk tidur dan tak lupa selimut untuk membungkus tubuhnya saat hawa dingin mulai menyerang.

Dengkuran halus sudah terdengar pertanda Vio sudah masuk kedalam mimpinya.

****


Angkasa mengerjakan matanya, perlahan matanya membuka sempurna. Ia bersandar pada ranjang saat kepalanya terasa pening, Angkasa  mengerutkan keningnya saat ia berada di kamar yang menurutnya asing. Ini bukan kamar dirinya apalagi kamar kedua temannya.

Untung hari ini libur sampe besok, jadi Angkasa tidak khawatir karena bangun kesiangan.

"Ckk, gue dimana si?!" Sungut Angkasa kesal, lalu ia keluar untuk mengecek ia berada dimana.

Angkasa (Proses Penerbitan)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora