Hadiah untuk Tuan Putri

376 60 5
                                    

Selamat membaca mohon krisarnya terimakasih ❤️

Sagara Rafardhan

Sagara Rafardhan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Sar lo kemana aja kemaren kenapa gak masuk?" Tasya langsung menarik lengan Sarla yang masuk ke dalam kelas dengan langkah gontai. Wajah Sarla pucat. Bawah matanya hitam. Sarla hanya diam, bola matanya menatap ke arah Tasya. Bibirnya yang pucat sama sekali belum membuka suara.

"Sar lo kenapa? Lo sakit?" Raut wajah Tasya menunjukkan kekhawatiran, punggung tangannya terangkat menyentuh kening Sarla. Suhu badan Sarla normal. Menandakan Sarla baik-baik saja.

"Guys gue mau cerita." Bunga berlari memasuki kelas menghampiri Tasya dan Sarla yang duduk menatap ke arahnya.

"Loh Sar lo kemaren kenapa gak masuk? Bolos lagi, gak kayak biasanya."

Sarla tidak menjawab, perempuan tersebut terlihat malas. Kepalanya ia letakkan di atas meja.

Bunga menatap ke arah Tasya lalu beralih menatap ke arah Sarla. Keningnya berkerut. Berbicara tanpa suara seolah bertanya 'Sarla kenapa?' sementara Tasya yang tau apa maksud Bunga mengangkat kedua bahunya.

"Sarla lo kenapa? Sini cerita, ada masalah sama bunda lo?"

Sarla menggeleng cepat. Wajahnya masih berada di atas meja. Matanya terpejam.

"Gue mau cerita Sar, tapi yaudahlah gue cerita ke Tasya aja."

Bunga duduk di bangkunya. Ia duduk sendiri di barisan paling belakang, sementara Tasya dan Sarla satu bangku duduk tepat di hadapan Bunga.

"Kemaren waktu di perpus gue liat orang aneh, Sya gue takut anjir. Posisinya gue sendirian di situ, makanya hari ini gue sengaja gak berangkat pagi."

Bunga mengoceh, menceritakan kejadian kemarin, bagaimana ia merasa takut saat sendirian di perpustakaan. Bagaimana saat ia melihat orang dengan pakaian aneh yang berkeliaran di dalam perpustakaan.

"Orang aneh?" Satu alis Tasya terangkat, matanya fokus menatap ke arah Bunga.

"Iya aneh, pake pakaian serba hitam, mukanya gak jelas karena ketutup masker."

"Paling orang yang sengaja ke perpus, perpus kita emang biasanya buat umum." Tasya menenangkan Bunga, menepuk bahu Bunga beberapa kali.

"Sya masalahnya mana ada orang pake serba item begitu, udah kaya teroris gimana gue gak curiga. Bisa aja dia penjahat gitu, apalagi gue sendiri di perpus, kalo ada apa-apa kan siapa yang nolongin, makanya gue takut banget waktu itu."

"Orang pake item-item." Sarla menegakkan tubuhnya, memutar tubuhnya ke belakang, menatap wajah Bunga.

"Iya Sar gue liat jelas dengan mata kepala gue sendiri!" Bunga berseru meyakinkan.

"Gue juga liat." Kali ini Sarla berucap lirih. Wajahnya masih pucat. "Pertama kali dia ngikutin gue waktu pulang sekolah, terus pas di toilet gue juga liat buat yang kedua kalinya."

The SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang