32. Perhatianmu Menggoyahkan Pertahananku

124 11 0
                                    

Aku kangen kamu yang cerewet dan perhatian kayak gini



Happy Reading

Aku baru membuka mata setelah suara-suara itu lenyap. Sebenarnya apa yang terjadi denganku sampai Mas Chandra mendonorkan darahnya?

"Ma," panggilku.

Orang pertama yang aku lihat saat membuka mata adalah Mama. Hanya Mama, entah kemana Papa pergi. Karena tadi aku sempat mendengar suara Papa.

"Sayang, kamu udah sadar? Mau minum?" tanya Mama.

Aku mengangguk karena tubuhku masih lemas. Kemudian Mama memberiku minum. Apa aku harus menanyakan kebenaran dari apa yang aku dengar. Tapi aku yakin Mama nggak akan memberitahu semudah itu.

"Ma, Mas Chandra kemana?" tanyaku langsung.

Mama terlihat salah tingkah dan tidak menjawab pertanyaanku. Tiba-tiba Papa masuk ke dalam ruang rawatku. Raut wajah Papa tidak bisa dibaca, tapi aku yakin pasti tadi Papa sempat cekcok sama Mas Chandra.

"Nggak usah cari laki-laki itu, dia udah pergi," ujar Papa.

"Pa, yang bawa aku kesini itu Mas Chandra. Kalau nggak ada Mas Chandra, entah apa yang terjadi sama aku," balasku.

Papa terdiam

"Ma, Mas Chandra mana? Aku mau berterima kasih sama dia," ujarku kepada Mama.

"Dia balik ke kantor Nav. Katanya nanti pulang kantor mau kesini lagi," jawab Mama.

Alhamdulillah aku kira Mas Chandra nggak akan kesini lagi. Awas aja kalau nggak kesini, aku bakal musuhin dia. Hehehehe nggak kok bercanda doang aku tuh, ya kali mau musuhin atasan.

"Aku kenapa sampai kayak gini?" tanyaku.

Mungkin kalau dipancing kayak gini, orangtuaku mau mengatakan yang sebenarnya terjadi.

"Maag kamu kambuh sama tekanan darahnya rendah banget, sampai harus dapat donor darah," jelas Mama.

"Siapa yang mendonorkan darahnya untuk Nav?" tanyaku lagi.

"Ada orang baik yang mau melakukan itu. Golongan darah kamu memang sama dengan Mama, tapi Mama nggak bisa mendonorkan karena HB Mama juga rendah," jawab Mama.

"Apa yang melakukan itu Mas Chandra?" tanyaku.

Kedua orangtuaku terdiam. Jadi benar kalau Mas Chandra yang mendonorkan darahnya untukku.

"Siapapun itu yang penting kamu fokus sama kesembuhanmu dulu," balas Papa.

Aku tak mau mendebat lagi. Biar nanti saja kalau Mas Chandra kesini akan aku tanyakan langsung.

***

Sudah hampir Maghrib tapi Mas Chandra kenapa belum datang? Apa dia emang nggak niat datang?

"Nav, kamu makan gih," suruh Mama.

"Nanti aja Ma, belum lapar. Tadi kan habis ngemil roti," jawabku.

Sesungguhnya aku menanti kehadiran laki-laki itu. Tapi sepertinya keinginanku itu hanya akan jadi angan-angan saja.

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Ternyata orang itu adalah laki-laki yang aku tunggu dari tadi.

"Assalamualaikum," salamnya.

"Waalaikumasalam,"

Mas Chandra menyalami Mama dan Papa. Tapi memang gengsi Papa itu tinggi, jadi nggak mau membalas uluran tangan dari Mas Chandra.

Cinta Simpul Mati 2 Where stories live. Discover now