01. Daira Adesta

187 69 87
                                    

Daira menatap jam dinding yang menempel di dinding kamarnya. Terpampang jelas jam sudah menunjukkan pukul enam pagi dan kini Daira sudah bersiap dengan seragam putih abu-abunya.

Rambutnya ia biarkan tergerai bebas. Setelah semua siap, Daira segera menyambar tas ranselnya lalu keluar dari kamar. Daira menuruni anak tangga satu-persatu karena letak kamarnya ada di lantai dua.

Sampainya ia dibawah, Daira langsung mampir ke ruang makan. Disana seluruh keluarga sudah kumpul. Daira duduk di bangku yang kosong diantara kakaknya dan juga adeknya.

"Tumben udah bangun mbak yu." ucap Gio adek anehnya. Daira mengatakan aneh, sebab ia selalu di panggil dengan sebutan 'mbak yu'. Wong Jawa aja kagak.

"Yee kusel, aku setiap hari bangun pagi elah."

"Ah masa sih? kemarin aja harus di bangunin sama aku." ledek Gio lagi. Diam-diam Papanya melirik Gio yang saat ini akan mulai menjahili kakaknya.

Daira menggaruk lehernya yang tak gatal. "Itukan kemarin emang lagi ngantuk banget."

"Hilih, mbak yu alesan."

"Lo bisa gak sih, pagi-pagi jangan buat gue jengkel aja."

"Hah apa mbak yu, jengkol? perasaan aku gak bikinin mbak yu jengkol deh." ledeknya lagi, membuat Daira menjadi tambah kesal.

Sang Bunda terkekeh kecil sedangkan Revan sang Papa dan juga Carina hanya tersenyum tipis.

Sifat Daira dan Sergio memang sebelas duabelas 'lah.

"Sesuka hati lo dah." pasrah Daira sambil menghembuskan nafas malas. Emang ya kerjaan Gio kalau gak usulin Daira ya ngegangguin.

"Hayo main lo gue terus, kena marah bunda sama papa loh, bicara sama adek gak sopan banget sih."

"Udah-udah! Gio jangan bikin kakak kamu marah deh. Dan kamu Daira bicara yang baik, jangan ngajarin dia ngomong gitu." lerai Salsa sang Bunda.

"Udah yo, makan!" ucap Carina Kakaknya. "Kamu juga Daira makan, nanti terlambat loh."

"Iya iya mbak yu aku yang cantik." jawab Daira tersenyum lebar.

Sergio menoleh kearah Daira "Eh, mbak yu Dai nyolong kata-kata aku!!" kesal Gio sambil cemberut.

"Biarin!"

Gio mencebik. Lalu melanjutkan menyuapkan sendok pada mulutnya.

Sedangkan itu Daira menghela nafasnya pelan. Ia melihat jam di ponselnya, lalu ia bangkit. Membiarkan nasinya yang masih di sentuh beberapa sendok.

"Em, aku berangkat dulu bun, yah." Daira menyambar tasnya lalu berjalan menuju Salsa.

"Gak di habisin dulu makanannya sayang?" tanya Salsa yang melihat piring Daira yang baru di makan sedikit.

Daira menggeleng. Beralih mencium punggung tangan bundanya. "Gak Bun, udah kenyang."

Daira kini beralih mencium punggung tangan Revan. Lalu melambaikan tangan pada kakaknya dan adek ngeselinnya. "Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam." Serempak semuanya.

Hendak ingin berbalik, tiba-tiba Carina memanggilnya.

"Dai jangan lupa nanti mampir ke kafe kakak, acara manggungnya akan di buka malam ini, buat peresmian." ucap Carina.

DAIRA || Fierce LeaderWhere stories live. Discover now