Kalian bisa baca cerita ini di KBM atau Karyakarsa ya. Dengan harga yang dijamin murah.
Username: aniswiji atau link ada di bio.
Selamat Membaca
Seno Wiranata menatap taman melalui kaca jendela yang menunjukan indahnya tanaman angrek yang dirawat sang istri. Tanaman yang indah, yang mampu membuat seorang Seno Wiranata terpukau akan keindahan ciptaan-Nya. Meskipun dalam pikirannya masih banyak tanda tanya mengenai peristiwa kemarin, ia harus mampu menguasai logika berpikirnya, bukan emosi atau amarah. Ia harus berpikir rasional untuk mencari jalan keluar yang terbaik untuk anaknya maupun nama besar keluarganya.Di depan pintu kerja Seno Wiranata, telah berdiri tegak seorang Adrian Wiranata. Ia masih takut untuk masuk, tetapi otaknya menyuruhnya masuk agar permasalahannya cepat selesai. Akhirnya, Adrian mengambil nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan untuk mengurangi rasa gugupnya. Setelah di rasa cukup, Adrian mengetuk pintu kerja sang Papa untuk meminta izin masuk.
"Masuk." Ucap Seno, Papa Adrian.
"Kamu duduk dulu di sofa, Papa minta Bi Sumi untuk membuatkan teh dulu."
Seno duduk di kursi kerjanya dan kembali berkutat dengan laporan perusahaan yang harus diselesaikan. Sedangkan, Adrian duduk di sofa depan meja kerja dengan tertunduk kepala, merasa beban yang dipikulnya sangat berat.
Setelah sepuluh menit, akhirnya Bi Sumi datang membawakan teh pesanan tuan-nya. Meletakkan teh di meja depan Adrian dan meminta izin untuk undur diri.
Papa Adrian berdiri, berjalan mendekat ke arah sofa dekat dengan tempat duduk Adrian. Sambil mencecap teh buatan Bik Sumi dan membuka topik pembicaraan.
"Apa yang mau kamu jelaskan sama Papa?" Kata Seno memulai pembicaraan.
"Adrian, mau minta maaf Pa. Kemarin Adrian membuat nama besar keluarga hancur dan membuat Papa Mama malu. Ini semua di luar kendali Adrian." Ujarnya sendu.
"Hmmm, Papa bisa memaafkan kamu. Tapi apa keluarga Viona mau memaafkan kamu?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Seno Wiranata yang mampu menohok hati kecil Adrian.
"Aku nggak tahu apa yang harus aku lakukan terlebih dahulu Pa, aku takut membuat Viona tersakiti kembali. Aku sadar aku salah." Setelah mengutarakan ketakutannya, Adrian menceritakan kembali kronologi kejadian.
Flasback On
Jam dinding menunjukan pukul dua belas malam. Waktu yang seharusnya dibuat untuk terlelap di dalam mimpi. Adrian yang merasa gugup karena besok ia akan mengucap janji sehidup semati dengan sang pujaan hati, Viona.
Adrian yang belum terlelap tidur, dikagetkan dengan suara dering ponselnya.
Ting!!
Adrian sontak membuka chat yang berasal dari sahabat Viona, Sarah. Adrian berfikir kenapa Sarah menghubunginya malam-malam seperti ini. Sekian detik memikirkan hal-hal yang tidak-tidak, akhirnya Adrian membaca pesan yang masuk, betapa kagetnya melihat Sarah mabuk dan sudah tidak sadarkan diri di meja bartender di salah satu club malam di Jakarta.
Hal ini membuat sisi kemanusiaanya mendominasi akal sehatnya. Padahal Adrian tahu kalau Sarah sudah memiliki seorang pacar. Adrian menanyakan dimana alamat Club tersebut, setelah dibalas ia langsung tergesa-gesa mengenakan jaket dan menyambar kunci mobil di nakas.
Sekitar dua puluh menit mengendarai mobilnya dengan kecepatan maksimal, karena waktu yang sudah larut malam membuat jalanan lenggah.
Adrian sampai di parkiran Club dan masuk Club tersebut. Karena kondisi Club yang sangat gelap, dipenuhi suara bising dari musik dan banyak orang yang sudah tak sadarkan diri meliukan tubuhnya mengikuti alunan musik yang disuguhkan. Seolah permasalahan hidup akan hilang dengan meminum minuman keras. Hal ini membuat Adrian kesusahan mencari keberadaan Sarah. Sekitar sepuluh menit, akhirnya Adrian mengetahui posisi Sarah.
Adrian bergegas menuju meja bar untuk menemui Sarah dan mengantarkan ke apartemennya. Ia bukan laki-laki yang akan mengambil kesempatan disaat sang wanita sedang tidak sadarkan diri. Adrian tipe laki-laki bertanggungjawab. Sebelum mengajak Sarah pulang, Adrian bertanya terlebih dahulu kepada bartender apakah Sarah sudah membayar minumannya. Ketika bartender menjawab sudah, Adrian menuntun tubuh Sarah menuju ke parkiran mobilnya.
Sesaat keluar Club, Sarah merasakan akan memuntahkan isi perutnya tetapi Adrian tidak sempat menghindar. Membuat baju Adrian kotor. Ia melepaskan jaketnya yang kotor dan membuangnya di bagasi mobil. Setelah menunggu beberapa menit dan melihat kondisi Sarah yang sudah membaik. Adrian mengajak ke mobilnya.
Sekitar sepuluh menit, Adrian sampai di apartemen Sarah dan menuju ke unit apartemen Sarah. Sampai di depan pintu, Adrian yang tidak tahu passwordnya menanyakan ke Sarah.
Hasilnnya nihil, Sarah tidak bisa berkomunikasi karena kondisi Sarah yang masih didominasi alkohol. Akhirnya Adrian memutuskan untuk memesan kamar hotel yang terletak tidak jauh dari apartemen Sarah.
Sampai di kamar hotel, Adrian menidurkan tubuh Sarah. Ia bimbang, mau meninggalkan atau menemaninya sampai pagi. Akal Adrian berbicara untuk pulang tetapi hatinya berbicara sebaliknya. setelah perpikir panjang, Adrian memutuskan untuk tidur di hotel dengan menggunakan sofa kamar.
Tetapi ketika ia bangun, ia sudah berada satu ranjang dengan Sarah. Posisi Sarah yang tidak menggunakan sehelai benangpun dan Adrian baru sadar kalau ia hanya mengenakan boxer. Sontak membuat Adrian tertunduk lesu, menyesali keadaan yang tidak berpihaknya.
Flasback Off
Setelah menyelesaikan kronologi kejadian, Adrian tertunduk lesu. Pikirannya hanya berpusat ke Viona. Apa yang harus ia lakukan? Viona terluka akibat perbuatannya. Apakah Viona akan menerimannya kembali? Apa yang harus ia lakukan kalau Sarah berulah kembali. Pikirannya sudah kalut, hal yang bisa membuatnya keluar dari masalah ini adalah Papa-nya. Ia berharap lebih terhadap Papa-nya.
"Kamu nggak ngapa-ngapain Sarah, kan?" Tanya Seno Wiranata yang menanggapi cerita Adrian.
"Aku nggak melakukan apa-apa Pa, aku ingat betul sebelum aku tertidur di sofa." Jawab Adrian jujur.
"Kalau nanti Sarah hamil terus minta tanggungjawab kamu, gimana?"
"Pasti itu bukan anak aku Pa, percaya sama aku. Aku cuma cinta sama Viona. Aku nggak bakal nyentuh seseorang yang nggak aku cinta. Viona aja aku nggak sentuh sampai kami nikah."
"Hmmm, baik. Papa cuma bisa membantu sedikit. Nanti siang, kita ke rumah Viona untuk menceritakan apa yang terjadi. Soal foto itu, di luar kendalimu. Papa yakin kamu nggak akan berbuat seperti itu, tapi keluarga Viona apalagi Viona, mungkin mereka nggak bakal mudah percaya." Ujar Seno Wiranata.
"Baik Pa, kalau Papa maunya seperti itu. Aku nurut aja keputusan Papa, aku sudah kalut. Pikiranku pusing mikirin apa yang harus aku lakukan."
"Yaudah, sana kamu siap-siap. Nanti Papa minta Mamamu untuk siap-siap ke rumah Viona." Ucap Seno mengakhiri pembicaraannya dengan Adrian.
----Alhamdulillah part ke empat selesai.
Semoga kalian suka ya, jangan lupa kasih komen dan vote bintang dibawah ini.
See you next chapter

YOU ARE READING
Our Wedding ✔ (Karyakarsa dan KBM)
RomanceCerita di privat, silakan follow dulu. Gadis cantik, karir okay, punya usaha dibidang kuliner. Kurang apalagi coba, dibalik kesuksesannya dia memendam sakit hati terhadap sahabatnya. Gadis yang bernama Viona Andarizki sangat menyayangi sahabatnya y...