Cerita ini sudah TAMAT di KBM dan Karyakarsa ya.
Username: aniswiji atau link ada di bio
Adrian POV
Pagi ini akan menjadi momen yang tidak akan pernah aku lupakan. Pagi yang cerah yang menyambut dan akan mengantarkanku ke status baru kehidupan, dimana aku akan mempersunting pujaan hatiku, Viona Andarizky.
Setelah badai cobaan yang aku lalui, akhirnya aku bisa melabuhkan hati di ikatan suci pernikahan yang sah di mata agama dan negara. Bukankah pernikahan merupakan perwujudan bukti keseriusan cinta. Cinta yang akan menuntun kami mengarungi perahu rumah tangga.
Aku sudah tidak sabar untuk melalui hari ini. Ya, sebagai laki-laki, aku juga merasakan rasa gugub tak berkesudahan. Rasa dimana aku seperti takut akan melakukan kesalahan ketika akad nanti, misalnya salah sebut nama. Ah, rasa ini membuatku kalut, kucoba mengurangi rasa ini dengan mengambil napas dan kubuang perlahan. Sekitar lima menit aku melakukannya, alhamdulillah mengurangi sedikit rasa gugub.
Jam di nakas menunjukkan pukul tiga lebih tiga puluh menit, yang artinya masih ada waktu untuk melaksanakan sholat tahajut. Sebenarnya aku jarang menunaikan ibadah sunah ini, bukannya tidak mau tetapi rutinitasku yang padat membuat tubuh ini sulit untuk bangun pagi. Paling pagi sekitar pukul lima. Dimana sudah masuk waktu subuh.
Kulangkahkan kaki ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, setelah selesai aku mengambil baju koko dan sarung yang sudah tadi aku siapkan. Kutunaikan sholat tahajud dengan khusyuk, aku berdoa semoga niat baik ini diijabah Allah dan semoga tidak ada halangan dalam prosesi ijab nanti. Aku juga berharap semoga kami bisa menjadi keluarga syakinah, mawadah, dan warohmah yang mampu membimbing anak-anak kami kelak.
Aamiin
Setelah selesai berdoa, aku membersihkan tubuhku. Tubuh ini membutuhkan rasa segarnys air dingin, agar aku tidak mengantuk lagi. Takut jika aku tertidur kembali, nanti bangun kesiangan, sekalian juga menunggu azan subuh. Setelah membersihkan badan dan menunggu waktu shubuh. Sekitar tiga puluh menit aku menunggu, akhirnya waktu memasuki subuh, kulebarkan sajadah untuk menghadap sang Maha Pencipta.
Selesai menunaikan ibadah sholat, Mama mengetuk pintu kamar, ku langkahkan kaki untuk membuka pintu kamar.
"Ada apa Ma?" Ujarku ketika membuka daun pintu.
"Kirain Mama kamu belum bangun, Nak. Kalau sudah bangun, kamu mandi terus siap-siap kita berangkat lebih awal takutnya macet. Soalnya ini masih hari kerja." Perintah Mama, yang aku balas dengan anggukan dan senyum di bibirku.
"Iya Ma, Adrian mau siap-siap. Nanti habis acara aku menginap di rumah Viona dan besok mau ke pulau Bali." Aku ingin memberitahu rencana yang sudah aku susun kemarin.
"Kalau baju-baju kamu yang buat ke Bali, Mama sudah siapkan di koper besar itu. Tapi kalau buat di Viona Mama belum siapkan, kirain Mama kamu balik ke rumah ini dan berangkat dari sini ke bandara besok."
"Nanti biar Adrian siapkan sendiri Ma. Nggak, Adrian nggak enak sama orangtua Viona, kalau langsung pulang. Sekarang, Mama siap-siap saja sama Papa." Ujarku, agar nanti kami selesai bersama. Aku tahu jika Mama lama kalau sudah berkutat dengan make up-nya.
Menurut penilaianku, Mama masih cantik di usia yang sudah menginjak kepala lima. Papa juga jago dalam memperlakukan Mama sehingga Mama awet muda atau uang Papa ya bekerja dengan perawatan yang mahal?
"Yasudah, Mama turun dulu."
Sehabis itu, aku bergegas mencari jas yang akan aku kenakan buat acara akad. Sebenarnya untuk Viona sendiri sudah aku siapkan gaun yang pastinya akan cocok dengan jas yang aku kenakan. Karena aku sudah menyesuaikan warnanya agar kelihatan serasi.
Kutatap pantulan cermin yang menunjukkan pakaian yang melekat pas di tubuhku. Baju yang menawan ditambah badan yang pas membuat kesan sempurna. Betapa aku sangat bersyukur memiliki tubuh ini dan juga memiliki muka yang diatas rata-rata. Poin plus yang terkadang membuat banyak gadis rela merebutkanku. Tetapi aku acuh kepada mereka, aku sangat sadar jika aku sangat mencintai Viona, maka dari itu aku harus menjaga kepercayaan Viona.
Bukan begitu?
Semua yang ada ditubuh ini semua titipan-Nya, aku takut jika aku berlaku sombong maka Allah akan mengambil anugerah ini.Sebelum aku turun ke bawah, aku mempersiapkan baju yang akan aku kenakan untuk di rumah Viona nanti. Karena acara hanya sekitar satu jam, aku pikir hanya membutuhkan kaos dan celana setelah acara. Di acara ini tidak ada resepsi mewah hanya ada acara santai yang kekeluargaan. Aku berharap setelah acara ini, keluargaku dengan keluarga Viona semakin dekat dan akrab.
Ku turunkan koper di ruang tamu, jadi jika nanti berangkat, sekalian aku bawa masuk ke mobil. Mama menghampiriku dan menyuruh untuk sarapan bersama terlebih dahulu.
❄❄❄
Mobil melaju ke rumah Viona, tak henti-henti aku merasa gugub, keringat dingin keluar dari telapak tanganku. Mama yang tahu apa yang kurasakan, berusaha menguatkanku dengan mengenggam tangan ini. Mama selalu berbisik bahwa aku bisa melewati ini.
Berbanding dengan Papa, Papa selalu mencoba mengejek. Bahkan Papa berujar "Laki itu harus berani, jangan lembek kaya kamu. Baru mau nikah sudah demam panggung." Mama yang mendengar ucapan Papa, akhirnya menceritakan waktu dulu Papa mau meminang Mama.
"Dulu Papa belum setegas sekarang. Waktu mau akad, Papa juga gugub sampai melafalkan akad sebanyak dua kali dan tangan Papa waktu bersalaman dengan tangan Mama basah akibat keringat. Mungkin terlalu gugubnya Papa kamu waktu itu." Suara tawa Mama menggema di dalam mobil.
"Papa aja gugub apalagi aku Pa." Ujarku.
"Ya seharusnya jangan over kaya kamu, gugub boleh tapi jangan berlebihan." Kata Papa menanggapi ucapanku.
"Papamu bisa bilang kaya gitu, padahal dulu wujudnya sama kaya kamu. Hahaha." Suara tawa Mama pecah, aku yang dari tadi gugub akhirnya bisa tertawa dan mencoba melupakan sejenak rasa gugub ini.
Tak terasa obrolan yang absurd menemani kami sampai di halaman rumah Viona. Memang acara akad akan dimulai sekitar dua puluh menit lagi. Sontak aku dilanda demam panggung, Mama selalu bilang untuk menarik nafas dan menghembuskan perlahan. Sejak lima menit aku sudah melakukan itu, tetapi Mama selalu aja menanggapi jika aku belum melakukan kiat yang diajari Mama.
Bahkan saat Mama menyuruhku masuk, detak jatung ini serasa berdetak tak teratur. Sebelum melangkah masuk, kuucapkan bismillah di dalam hati. Sampai akhirnya aku duduk di depan penghulu dan Papa Endro. Kutatap semua yang hadir disini yang menunjukkan jika mereka mendukung sepenuhnya acara ini.
Prosesi akad nikah akan dimulai, aku menjabat tangan Papa Endro selaku wali nikah Viona. Ketika Papa Endro melafalkan ijab maka aku melafalkan dengan khobul.
"Saya terima nikahnya dan kawinnya putri saya sendiri Viona Andarizky binti Endro Winarto dengan Adrian Wiranata bin Seno Wiranata dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas 20 gram dibayar tunai." Ucapan lantang Papa mertuaku yang ku sambut khobul.
"Saya terima nikahnya Viona Andarizky binti Endro Winarko dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
"Sah? Sah?" Ucap penghulu dan disambut ucapan para saksi nikah.
"Sah. Alhamdulillah."
----Alhamdulillah part empat belas selesai.
Jangan lupa vote bintang dan komen dibawah ini.
Jangan lupa follow akun ini ya.
See you next chapter.

YOU ARE READING
Our Wedding ✔ (Karyakarsa dan KBM)
RomanceCerita di privat, silakan follow dulu. Gadis cantik, karir okay, punya usaha dibidang kuliner. Kurang apalagi coba, dibalik kesuksesannya dia memendam sakit hati terhadap sahabatnya. Gadis yang bernama Viona Andarizki sangat menyayangi sahabatnya y...