22. Kenapa Aku Berbeda? (Last)

364 44 0
                                    


Tak peduli apa kata orang tentang dirimu
Yang aku pedulikan hanyalah dirimu.

Jeongin duduk bersandar diayunan besi yang cukup dinaiki 4-5 orang.
Sesekali ia menggerakkan besi yang menjadi tumpuan agar bergerak maju dan mundur.

"Jeongin" seruan seseorang mengalihkan pandangannya, ie lantas menoleh dan melihat mamanya mendekatinya.

Wait

Mama?

Mendekatinya?

Gak salah?

Jeongin langsung berdiri dan membungkukkan sedikit badannya.

"Kenapa malah berdiri? Duduk saja,  mama juga ingin ikut bergabung denganmu, bolehkah?".

Tak butuh waktu lama, Jeongin mengangguk-anggukan kepala lantas duduk kembali, kali ini berhadapan dengan mamanya.

Ia menunduk tak berani menatap mamanya,

"Kok nunduk terus? Gak suka ya mama disini?".

Jeongin lantas buru-buru menjawab, "Bukan ma, bukan seperti itu".

Mama tersenyum, ia menggerakkan tangannya kedepan untuk mengusak rambut Jeongin.

Sementara Jeongin terdiam dan sibuk mencerna seseuatu, kenapa mamanya terlihat berubah?

"Jeongin udah besar ya sekarang, udah keliatan makin pintar" ujar sang Mama, ia menatap sendu Jeongin.

Jeongin hanya memberikan senyum tipisnya.

Demi membuat papa mama senang dan bangga, batin Jeongin.

"Mama dengar kamu udah punya pacar ya? Kok gak dikenalin sama mama?".

Jeongin gelagapan, tentu saja.

Mamanya tau dari mana?
Siapa yang memberi tau?

Mama terkekeh begitu melihat raut wajah puteranya ini yang terlihat diam dan seperti bingung untuk menjawabnya.

"Mama punya insting, lagipula kamu sejauh apapun sama mama, mama tetap mengawasi gerak gerikmu nak" ujar sang Mama, kembali Jeongim rasakan usakan tangan dari mamanya ini.

Hatinya sedikit menghangat, selama ini mamanya selalu sibuk dan telihat engan mengurusnya atau bahkan sekedar mengobrol lama juga terlihat engan.

Namun sekarang? Mamanya yang dulu rasanya kembali lagi, selalu berujar dengan sangan lembut, mengusak kepalanya, menggenggam tangannya.

Terlintas sedikit memori dikepalanya, ketika kata-kata papanya muncul begitu saja.

"Kalau kau ingin papa bangga padamu, tunjukkan pada papa apa yang kau dapat disekolah ketika kenaikan kelas atau sehabis ujian".

"Papa malu punya anak seperti mu Jeongin, begitu bodoh! Apa yang bisa papa harapkan? Kau tidak seperti anak-anak rekan papa".

"Jika bisa memilih, papa lebih memilih tidak memilikimu daripada memilikimu yang bodoh ini, membuang waktu saja, tapi kau terlanjur hadir ya mau bagaimana lagi?".

"COBA SEDIKIT SAJA KAU TIDAK MENGGANGGU PAPA BISA? KAU BISA MAIN SENDIRI! PERGILAH!!".

"Tak sudi aku memiliki anak seperti mu".

Begitulah kata papanya dulu, sayangnya tidak pernah dilupakan oleh Jeongin bahkan sampai sekarang.

Ia menunduk kala airmatanya tak sengaja keluar dari matanya, menelusuri pipinya.

Mama menatapnya khawatir dan sedikit bingung, "Jeongin, kenapa nak? Hei..." mama berpindah duduk kesamping Jeongin dan mengarahkan wajah anakknya untuk menatapnya.

(✔) Oneshoot || Random All About HyunJeongWhere stories live. Discover now