22 : emosi

2.9K 511 240
                                    

"Lo ngapain disini?"

Pertanyaan Taeyong bikin Rose kaget, cara bicara sampai cara Taeyong natap Rose, berbeda banget. Gak kayak biasanya. Rose paham, Taeyong pasti masih dimakan emosi, belum lagi Rose datang tiba-tiba dan menghentikan aksinya.

Taeyong paling gak suka kalau diganggu, biasanya hal itu gak berlaku untuk Rose, tapi hari ini untuk pertama kalinya, Taeyong menunjukan kilatan ketidak sukaannya diganggu oleh Rose.

Rose mendekat kearah Taeyong sambil mengatur nafasnya agar tetap tenang, dia menatap satu persatu sahabat Taeyong. Mereka semua terluka, termasuk Taeyong. Hanya saja, Rose lebih khawatir melihat kondisi Hanbin cs. mereka terluka cukup parah.

"Tolong, tolong jaga emosi kamu, yong." ucap Rose, dia sebisa mungkin berusaha menetralkan emosi Taeyong.

"Masalah apapun bisa dibicarakan dengan baik-baik, terus kamu gak lihat mereka? Kasihan yong, udah luka-luka gitu. Lebih baik kamu ber———"

"STOP!" teriakan Johnny memotong ucapan Rose, lelaki itu menghampiri Taeyong dan menepuk pundaknya, tapi mata Johnny tidak beralih dari Rose.

"Yong, gue paham kalau Rose itu pacar lo, lo sayang banget sama dia. Tapi, apa lo bakal nyia-nyiain kesempatan emas yang udah ada didepan mata lo ini?" ucap Johnny, Rose yang mendengar ucapan lelaki itu melongo, bagaimana bisa ada seorang sahabat yang mendukung sahabatnya sendiri untuk membunuh orang.

"KAK JOHNNY!" pekik Rose, dia gak mau kalau pacarnya kehasut sama ucapan Johnny, Rose gak mau juga kalau dimasa depan, Taeyong punya julukan 'pembunuh'.

"Kakak yang harus berhenti ngomong! Jangan hasut Taeyong!" bentak Rose, entah muncul keberanian darimana, tiba-tiba saja Rose berani meninggikan suaranya.

Doyoung yang melihat pertengkaran mendadak dihadapannya itu sangat bingung harus berbuat apa. Bagi Doyoung, apa yang dilakukan Rose adalah kebenaran dan kebaikan. Tapi kalau harus mengingat kejahatan Hanbin pada Taeyong dan mereka semua, itu membuat Doyoung merasa emosi.

"Taeyong, ayo pulang!" ucap Rose, tapi Taeyong tak menjawab, lelaki itu hanya diam, menatap Rose lekat.

Perlahan Taeyong menghembuskan nafasnya dengan berat, dia menoleh kearah Hanbin. Kondisi musuhnya itu memang sangat memprihatikan sih, luka dimana-mana, darah dimana-mana.

Dengan perasaan campur aduk, Taeyong melempar Pisaunya ke sembarang arah. Rose yang melihat hal itu langsung tersenyum lega, sementara sahabat Taeyong, tentu merasa campur aduk, ada rasa lega dan ada rasa kesal didalam hati mereka. Kesempatan emas yang mereka cari, pupus sudah.

"Ayo pul——"

B U G H ! ! !

Ucapan Rose terpotong, matanya membulat, dia terkejut karena secara tiba-tiba Taeyong memukul bagian wajah Hanbin dengan sangat keras. Apalagi itu terjadi saat Hanbin lengah, darah segar keluar dari lubang hidung Hanbin, Rose berpikir pasti tulang hidung Hanbin retak. Pukulan yang dilempar oleh Taeyong sangat keras, sangat sangat sangat keras.

Taeyong menatap Rose dengan tatapan tajam dan dingin, tangannya mengepal, dan tentu tangan kanan yang tadi ia pakai untuk meninju Hanbin, sekarang penuh dengan darah.

"Lo pikir lo bisa ngatur hidup gue, hah?!" tanya Taeyong, matanya tidak beralih dari manik indah milik Rose, langkah kakinya mendekat kearah Rose, membuat gadis itu takut karena menurut Rose yang ada dihadapannya ini bukan Taeyong pacarnya.

"Ck, lo pikir lo siapa?" Taeyong kembali melontarkan pertanyaan, "Karena lo pacar gue dan gue sayang sama lo, lo jadi ngerasa berhak atas gue ya, Rose."

My Bad BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang