BAB 7 - Bertemu Cowok Ngeselin

271 64 4
                                    

BAB 7

BERTEMU COWOK NGESELIN

Setelah pulang dari toko, terpaksa gue harus nganterin KTP milik cowok itu. Alamat yang tertera di KTP bisa dibilang dekat. Hanya berjarak lima kilometer dari kosan. Gue pikir, mending identitas itu dianter dulu sebelum pulang ke Jakarta. Habis nganterin KTP, gue bisa tenang menghadapi Enyak dan mungkin calon menantunya.

Kalau dipikir-pikir, cowok itu termasuk kriteria gue. Gue bercita-cita untuk dapetin seseorang yang mirip dengan aktor di drama Korea atau boyband Korea. Minimal, gebetan gue punya wajah putih, badan tinggi dan tegap, kemudian memiliki kharisma lebih dibandingkan cowok pada umumnya. Dan cowok yang marah-marah itu, salah satunya. Meskipun gue nggak yakin bakal tahan sama dia. Auto sakit hati deh kalau denger omelan tuh cowok tiap hari. Ngomong-ngomong, gue kepedean banget gitu bisa mikir sejauh ini. Lo siapa Ve? Agnes monika? Dia mah artis. Siapa saja bisa suka sama kecantikannya. Kalau lo mah Agnes mongaca kali. Haduh-haduh, parah.

Sekitar lima belas menit, gue sampe di sebuah perumahan elit di sekitaran Tambun Selatan menggunakan ojek online. Si Mamang Ojek sudah sangat mengerti dan tahu alamat itu. Selain karena memang ada di peta ponselnya, dia juga bilang kalau dirinya sering mendapatkan orderan dari salah satu warga yang tinggal di sana. Syukurlah, pikir gue. Ada tuh supir ojol yang nggak tahu sama sekali. Gue pernah diturunin di sembarang tempat. Kadang-kadang, titik antar dan lokasi di kenyataan berbeda beberapa ratus meter.

"Sampai Neng," katanya.

Gue mengembuskan napas.

"Ke sini mau ngelamar kerja ya, Neng?" Gue yang sedang melepaskan helm, hanya tersenyum. "Sayang lho Neng, cewek cantik seperti Eneng mah cocoknya jadi model, bukan pembantu."

Gue yang habis nyodorin helm melongo sejenak. Enggak si Agus, enggak si Daffa, enggak si Kang Ojol, semuanya pada sok tahu. Masa dikira mau ngelamar jadi pembantu di sini? Huhu. Tapi cukup seneng saat si Kang Ojol bilang kalau gue cocoknya jadi model. Mungkin itu akan jadi salah satu cita-cita gue.

Setelah dibayar, Kang Ojol membiurkan motor. Sementara, gue menghampiri satpam yang sedang berjaga di depan. Pantes Kang Ojol nganggep gue mau ngelamar kerja di sini. Rumahnya aja super besar. Nyaris mirip seperti bangunan di sinetron azab yang besar dan bertingkat itu. Selain ada pos satpam di depan, halaman rumahnya juga luas dan ditumbuhi berbagai tanaman. Nggak kebayang kalau gue masuk ke dalam rumah itu.

"Pak, ini bener rumahnya Caka Kanendra?" tanya gue tanpa basa-basi.

Satpam rumah ini menatap gue dari atas sampai bawah. Sial. Mungkin dia lagi mikir: cewek ini kok bisa-bisanya tahu sama bos gue? Huhu, wajah gue emang agak kampungan. Yah, nggak apa-apa sih. Gini-gini, gue adalah ibu negara di minimarket.

"Pak ...," gue membuyarkan tatapannya yang dalam itu.

"Eh, iya Neng. Ada janji sama Pak Caka?" tanyanya.

Gue menggeleng. "Cuman mau ngembaliin KTP-nya yang jatuh di toko tempat saya kerja."

"Oh, iya-iya." Wajah Pak Satpam terlihat lega. "Itu Pak Caka. Kebetulan banget."

Mata gue mengarah ke mobil yang baru keluar dari garasi. Enggak salah lagi, emang cowok itu yang punya KTP ini. Mobilnya aja sama. Gue bisa bernapas lega saat bisa ngasih barang ini langsung. Semoga saja gue nggak dimarahin seperti yang dia lakukan waktu di toko.

"Pak Caka ...." Mobil berhenti di mulut gerbang. "Itu ada yang mau ketemu Bapak. Katanya mau mengembalikan KTP."

Gue buru-buru menghampiri cowok itu, lalu berdiri di depan pintu mobil Caka. "Ini gue mau ngembaliin KTP lo. Kayaknya jatuh waktu beli minuman di toko gue."

Customer Sharelove (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang