BAB 9 - Saat Ke Rumah Kaca

207 61 4
                                    

BAB 9

SAAT KE RUMAH CAKA

Pagi ini, gue membongkar lemari berisi pakaian. Gue juga membuka beberapa tas berisi make up yang sebenarnya udah jarang dipakek. Saat kerja di toko, biasanya gue hanya menggunakan pelembab, bedak tipis, dan lipstik berwarna netral. Sekarang, gue merasa harus totalitas dengan keadaan diri. Gue mau kencan sama seorang HRD sebuah perusahaan. Masa gue nggak dandan sih?

Gue menemukan sepotong kaus lama berwarna pink, tapi jarang dipakai. Setelah dipikir-pikir, gue hanya perlu memakai baju bersih dan rapi. Nggak usak pakek pakaian yang ribet juga. Ini sesuai dengan gaya gue yang lebih senang pakaian casual. Sementara bawahannya mengenakan jins berwarna biru, yang dibeli saat lebaran tahun lalu.

Gue berdiri di depan kaca. Hmm, ternyata cantik juga. Ucul banget. Mirip Zaskia Gotik saat nyanyi lagu Bang Jono. Andai gue punya keberuntungan seperti Zaskia, mungkin sekarang udah jadi artis papan atas yang seksi dan bohai. Ya, meskipun bersyukur sih jadi kasir minimarket. Kalau nggak kerja di toko, mungkin gue nggak bakal ketemu cowok cakep seperti Caka.

Setengah jam selanjutnya, gue menarik tas mini dan keluar dari kosan. Bertepatan dengan itu, gue bertemu dengan Mbak Isna. Dia sedang menjemur pakaian di depan kamar kosan.

"Mau ke mana nih, Mbak?" Mbak Isna berbicara sambil mengaitkan pakaian di tambang yang dibuat oleh Bapak Kos. "Nggak kerja?"

"Iya nih, mau ketemuan. Kebetulan, aku shift siang, jadi bisa santai pagi ini." Gue menjelaskan dengan percaya diri. "Mbak nggak jalan sama cowoknya?"

"Bosenlah, Mbak. Tiap hari telepon. Paling malam minggu ketemu lagi."

Sombong amat, Mbak!

Gue pergi dari lingkungan kosan setelah berbasa-basi. Bermaksud untuk memesan ojek online di pinggir jalan raya. Ngomong-ngomong soal Mbak Isna, gue jadi semakin yakin untuk bisa menyainginya. Gue akan balas dendam sama dia karena suka ngeganggu malem-malem. Desahan manjanya saat ngobrol dengan sang kekasih bikin eneg dan membuat gue pengin melakukan perlawanan. Tunggu saja, gue pasti bisa teleponan saam Caka. Mungkin kedepannya, akan ada pertarungan antara gue dan Mbak Isna untuk menjadi wanita dengan desahan termanja.

Setengah jam kemudian, gue sampai di rumah Caka. Gue dianter Kang Ojek yang lumayan ganteng dan ramah. Beberapa kali, dia bertanya tentang status. Usut punya usut, ternyata dia ngajakin gue jadi istri kedunya. Ampun deh Bang, gaya lo selangit banget gitu ya? Penghasilan ojek lo berapa sampe-sampe berniat punya istri kedua? Haduh, orang sekarang memang aneh-aneh. Mereka kadang-kadang nggak lihat situasi dan nggak ngaca. Hooh, mirip gue. Gue juga nggak ngaca. Gue berharap bisa bersama dengan seorang cowok ganteng yang mirip orang Korea, padahal gue hanya bubuk rengginang.

Satpam rumah Caka menyambut dengan senyum tiga jari. Katanya, Caka sudah memberikan amanat untuk menyuruh gue masuk. Suer, gue deg-degan. Hingga kaki ramping sang ibu kasir benar-benar berhasil menginjak teras rumah yang berbahan marmer. Lantai dengan bahan halus dan mengilat. Jelas lantai rumah ini lebih berkelas ketimbang ubin kosan gue yang keras nan kasar.

Gue disambut asisten rumah tangga rumah. Dia memperkenalkan diri sebagai Ibu Sum. Sekilas, dia mirip Enyak. Hampir seumuran juga sepertinya. Gue jadi ngebayangin Bu Sum yang harus kerja di rumah sebesar ini untuk memenuhi kebutuhan. Ya ampun, berat pasti. Di usianya yang sudah tua, dia harus banting tulang kayak gini. Ah, jadi inget Enyak yang kerja banting tulang. Gue harus bisa segera menghentikan beban Enyak yang berat.

Saat masuk ke dalam rumah, pemandangan pertama yang gue lihat adalah lemari-lemari besar yang diisi oleh beberapa hiasan yang terbuat dari kaca. Ada piring-piring mengilat, ada mangkuk, ada gentong, juga beberapa patung cantik yang terbuat dari kayu. Sementara di dinding ruangan depan terdapat beberapa pigura hiasan, juga pigura berisi foto Caka dengan kedua orangtuanya. Waw, terlihat berkelas sekali keluarga mereka. Tapi, tapi, kok gue belum lihat Caka ya?

Customer Sharelove (Sudah Terbit)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt