bagian 7; pengasuh dadakan

1.5K 69 3
                                    

Mobil yang dikendarai ibu dan anak itu membelah padatnya jalanan ibu kota. Sedan berwarna putih dengan tipe Mercedes-Maybach S560 itu melaju dengan kecepatan sedang. Lagu Baby Shark menggema di dalam mobil mewah itu. Membuat gadis kecil itu menari dan bernyanyi mengikuti irama.

"Baby shark, doo, doo, doo, doo, doo, doo,"

Aquilla tersenyum melihat tingkah anaknya yang sangat menggemaskan. Suara cadelnya benar-benar membuat wanita itu gemas.

Aquilla menengok sekilas pada sang putri. Tangan kirinya mencubit pipi Lala dengan gemas. "Lucu banget sih anak mama,"

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit. Mobil Aquilla tiba disalah satu gedung pencakar langit milik suaminya. Ibu satu anak itu segera turun dari kemudi. Melangkahkan kakinya yang sedang memakai heels ke pintu samping kemudi. Bermaksud membukakan pintu untuk putri kecilnya.

"Ayo sayang udah sampe,"

Pasangan ibu dan anak itu saling menautkan tangan satu sama lain. Melangkahkan kaki mereka kedalam gedung pencakar langit itu. Kedatangan mereka jelas menarik perhatian orang-orang yang ada di dalam kantor itu. Bagaimana tidak? Dari atas sampai bawah yang mereka kenakan adalah barang merk terkenal. Ditambah lagi mereka adalah istri juga putri tercinta dari seorang pengusaha sukses yang tak lain adalah Albert, bos mereka.

'Selamat pagi bu Aquilla!'

'Selamat pagi nona Clarissa!'

Sapaan-sapaan itu terus Aquilla dengar dari memasuki lobi sampai tiba di ruangan sang suami. Wanita itu juga membalasnya dengan ramah. Bahkan ia juga mengajari sang putri untuk membalas sapaan yang memang ditujukan untuk gadis kecil itu.

"Pagi bu Aquilla! Pagi nona Lala!" Riana langsung berdiri saat ia melihat istri dan putri dari bosnya datang.

"Pagi Ri!" Balas Aquilla dengan ramah. Wanita itu beralih menatap sang putri yang ada di sampingnya. "Sayang sapa aunty-nya,"

Lala mengangguk mendengar penuturan sang mama. Tangan mungilnya ia lambaikan kearah sekertaris sang papa. Gadis kecil itu juga tersenyum manis. "Celamat pagi juga onti!"

"Pak Albert ada di dalam?"

"Ada di dalam bu. Saya rasa beliau memang menunggu kedatangan ibu," balas Riana dengan sopan.

"Kalau begitu saya masuk dulu ya? Ayo sayang!"

Riana menunduk hormat pada istri bosnya itu. "Mari silahkan bu."

"Dad sama mom baru aja telfon kalo mereka gak bisa jagain Lala,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dad sama mom baru aja telfon kalo mereka gak bisa jagain Lala,"

"Kenapa?" Tanya Aquilla.

"Mereka baru aja terbang ke Riau, ada masalah di sana. Dan mereka lupa ngabarin kita," jelas Albert membuat Aquilla menghela nafas berat. Mereka tidak mungkin mengajak Lala meeting diluar kota kan?

"Daddy sama mommy juga masih diluar kota mas," Aquilla menatap putrinya yang tengah bermain boneka di kamar yang ada di ruangan suaminya. Kamar itu memang menyediakan segala kebutuhan putri mereka. "Bagaimana kalau kita ajak aja?"

"Bukannya gak mau ngajak Lala sayang. Tapi nanti kita di sana sibuk banget. Gak ada waktu buat jagain Lala. Kamu kan juga ada beberapa meeting sama klien juga ngecek beberapa cabang butik di Bandung kan?"

Penjelasan Albert tak urung membuat Aquilla bingung. Lalu bagaimana nasib putri kesayangannya?

"ALBERT!"

Aquilla dan Albert saling bertukar pandang setelah mengetahui siapa yang dengan lancang memasuki ruangan CEO tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Mereka saling berkomunikasi lewat sorot mata satu sama lain. Hingga senyum miring tersungging di bibir keduanya. Sehati bukan?

"Eh hai Gavin!" Sapa Aquilla dengan ramah dan tersenyum manis.

Ya. Dia Gavin. Dan pria itu menatap aneh Aquilla yang sedang tersenyum manis kepadanya. Sahabatnya itu selalu dalam mode ganas saat bertemu dengannya. Lalu kenapa wanita itu terlihat ramah padanya? Perasaan Gavin jadi tidak enak.

Ada apa-apa nih pasti.

"Ngapain lu senyum kek gitu? Serem gue liatnya." Gavin mengangkat bahunya seolah ngeri melihat Aquilla. Membuat ibu satu anak itu melempar heels-nya kalau saja tak sedang membutuhkan bantuan makhluk jadi-jadian dihadapannya.

"Senyum salah jutek salah." Gumam Aquilla bersungut-sungut emosi.

"Ada apa? Lu gak sibuk kesini?" Tanya Albert menengahi perdebatan istri juga sahabatnya. Sebelum perdebatan mereka lebih panjang lagi.

Gavin mendudukkan bokongnya di sofa sebrang pasangan suami-istri itu. Lalu pria itu menggeleng. "Enggak. Gue lagi males syuting. Lawan mainnya jelek,"

PLUK.

Gavin melotot kearah Aquilla yang tengah memakan chocolate ball dengan santai. Padahal wanita itu yang jelas-jelas melempar makanan manis pembangkit mood itu ke wajah tampannya.

"Kenapa?" Tanya Aquilla polos.

Gavin ingin sekali melempar wanita itu dari lantai 14 ini. Melihat wajah sok polos Aquilla membuat aktor itu harus banyak bersabar. Apa ia harus mengonsumsi banyak mentimun agar tidak cepat darah tinggi?

"Gue mau minta tolong." Ucap Albert to the point. Niatnya meminta tolong akan gagal kalau terus membiarkan sepasang mantan kekasih itu. Waktunya akan terbuang percuma dengan perdebatan tak penting mereka.

"Apaan?"

"Tolong jagain Lala selama 2 hari."

"WHAT?!!"

Tuh kan bener firasat Gavin!

"Gak usah lebay anjing." Aquilla kembali melempar chocolate ball kearah wajah Gavin yang terlihat konyol karena terkejut.

Gavin memilih untuk tak memperdulikan umpatan Aquilla yang memang ditujukan untuknya. Pria itu lebih memilih mendengar penjelasan dari Albert. "Gue gak salah denger kan?"

"Gue serius Vin. Gue sama Aquilla--"

"Tunggu-tunggu! Lu mau nitipin anak lu 2 hari sama gue? Terus lu berdua mau kemana?" Pria itu membenarkan letak duduknya yang tak senyaman tadi.

"Gue sama Aquilla ada urusan penting di Bandung. Gak bisa ditunda ataupun diwakili. Nyokap sama bokap kita juga lagi di luar kota,"

"Bukannya gue gak mau nih. Tapi lu berdua kan tau gue gak berpengalaman sama hal begituan. Kalo sekedar jagain sih gue bisa tapi kalo masalah keperluan gue gak yakin," penjelasan Gavin membuat Aquilla memutar bola matanya malas.

"Satai bro! Nanti gue tulis detail segala keperluan Lala. Sampai takaran susu bahkan waktu tidur deh. Gimana?" Aquilla melipat kedua tangannya di depan dada. Satu alisnya terangkat.

Sahabatnya itu meminta tolong tapi gayanya songong banget.

Gavin terlihat berfikir. Ia ingin membantu tapi ia juga takut.

"Lu harapan kita satu-satunya Vin."

"Kalo lu mau, gue juga bakal minta Riana bantu lu jagain Lala. Gimana?"

Gavin langsung menatap Albert. Jelas sekali dari tatapannya kalau pria itu tertarik dengan usulan Albert.

"Deal!"

Tugas negara menanti Gavin!

[TMS #2] IMPERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang