bagian 8; misi rahasia Albert!

1.2K 63 6
                                    

Aquilla berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan tinggi badan sang buah hati. Tangannya mengelus puncak kepala Lala dengan sayang. Wanita itu kemudian mengecup kening dilanjut kedua pipi chubby milik gadis berambut panjang itu.

"Lala sayang, inget kamu gak boleh nakal. Harus selalu dengerin om Gavin sama aunty Riana. Lala paham?"

Lala mengangguk. "Paham mama."

"Mama sayang sama Lala," Aquilla merengkuh tubuh mungil itu. Rasanya tak rela harus berjauhan dengan gadis kecilnya.

"Lala juga cayang mama." Gumam Lala disela leher jenjang Aquilla.

"Lala gak boleh nakal ya? Kalo waktunya tidur harus tidur."

Lala mengangguk dengan patuh. "Iya mama,"

"Lala sayang?"

Lala beralih menatap sang papa. Gadis kecil itu ikut tersenyum saat melihat Albert tersenyum padanya. "Iya papa?"

Albert berjongkok. Memegang kedua bahu sang putri. "Lala harus inget kalo anak pintar enggak manja."

"Lala gak bakal manja pa."

Albert mengelus puncak kepala Lala dengan lembut lalu mengecupnya. "Good girl."

Lala melingkarkan kedua tangannya dileher Albert. Bermaksud memeluk sang papa. "Lala cayang papa."

"Papa juga sayang sama Lala." Albert mengelus punggung Lala dengan lembut.

"Mama sama papa pergi dulu ya sayang?"

"Iya mama."

Aquilla kembali berdiri. Menatap Gavin yang berdiri di belakang tubuh putrinya. "Jagain Lala. Awas kalo lu macem-macem sama anak gue."

Gavin menatap Aquilla jengah. "Yang ada anak lu yang bakal macem-macem sama gue."

Aquilla melotot mendengar ucapan manusia jadi-jadian itu. Enak saja. Ia kira Lala apaan?

"Awas lu!"

"Titip anak gue. Kalo ada apa-apa langsung kabarin gue." Albert menepuk pundak Gavin dua kali lalu mendekat pada pria itu. "Gunakan kesempatan sebaik mungkin." Lanjutnya di samping telinga sahabatnya itu. Agar istrinya juga Riana tak mendengar apa yang ia ucapkan.

"Sip! Percaya sama gue!"

"Saya titipin Lala sama kamu ya Ri? Kalo nakal marahin aja gapapa," Pesan Aquilla pada sekertaris suaminya.

"Baik bu. Terimakasih sudah mempercayakan nona Lala pada saya." Riana tersenyum tipis.

"Kalau begitu saya berangkat dulu."

Riana tersenyum tulus. "Hati-hati pak, bu,"

"Hati-hati lu berdua! Jangan lupa oleh-oleh!"

"Lu kira gue mau liburan?" Sahut Aquilla dengan sinis. Matanya melotot kearah Gavin.

Gavin tersenyum konyol. "Bayaran karena gue udah mau jagain anak lu,"

"Sinting!" Ucap Aquilla tanpa suara. Karena ia tak ingin sang buah hati mendengar ucapannya.

"Dadah Lala sayang!"

"Dadah mama! Dadah papa!"

"Dadah sayang!"

"Sekarang Lala mau kemana?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sekarang Lala mau kemana?"

Lala menengok pada Riana yang ada di sebelah kirinya. Gadis kecil itu harus mendongak untuk menatap wajah gadis yang menggenggam erat tangannya. "Lala lapel onti,"

"Mau makan?"

Lala mengangguk dengan antusias. "Mau es klim stobeli onti!"

"Tapi harus makan nasi juga ya?" Riana membuat perjanjian dengan gadis cantik itu.

"Iya onti."

"Lala mau om Gavin gendong?"

Lala beralih menengok kearah kanannya. Menatap Gavin dengan tersenyum lalu mengangguk. "Mau om kuda!"

"Om Gavin Lala, masa om kuda sih?" Gavin berucap lirih. Berakting seolah sedang sedih.

Lala menggeleng keras. "Om kuda panggilan cayang Lala buat om Gavin."

"Ihhh belajar gombal dari siapa sih? Dari mama nih pasti!" Gavin langsung mengangkat tubuh mungil itu. Mencium kedua pipi Lala dengan gemas. Membuat gadis itu tertawa.

"Gombal itu apa om?" Tanya Lala dengan polos.

"Gak usah ngajarin anak kecil yang gak bener."

Lala dan Gavin langsung menengok sumber suara. Disana berdiri Riana yang menatap malas kearah Gavin.

"Iya sayang maafin,"

Riana langsung melotot mendengar ucapan Gavin. Enak saja sayang-sayang! Dia kira, dia siapanya Riana? Gadis itu memilih melangkahkan kakinya meninggalkan Gavin yang tengah menggendong Lala.

"Sayang tungguin!" Teriak Gavin tak tahu malu. Penampilannya yang serba hitam mampu membuatnya menjadi pusat perhatian. Apalagi topi hitam juga kacamata hitam itu. Bahkan wajahnya tak terlihat jelas.

Maklum Gavin kan sekarang artis.

"Lala sayang, aunty Riana marah sama om. Lala harus bantu bujuk aunty ya?" Ucap Gavin pada Lala yang ada di dalam gendongannya.

Gadis kecil itu mengangguk. "Siap om!"

Gavin kembali mencium pipi Lala dengan gemas. "Anak pinter! Nanti om beliin es krim strawberry yang banyak deh,"

"Makacih om kuda!"

[TMS #2] IMPERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang