Assalamualaikum
Wellcome back to my story
Selamat membaca 😊
"Sekuat apapun usaha kita untuk mendapatkan apa yang diinginkan, takkan mampu melewati benteng takdir yang telah ditetapkan. Ini bukan tentang bagaimana kuatnya cara kita mendapatkannya, tapi tentang bagaimana mengikhlaskan yang
terjadi dan menerimanya lapang dada"🌺🌺🌺
Bugh
Devina mengikuti arah dari sumber suara itu, dari jarak beberapa meter ia melihat seorang pria bertarung dengan seorang preman yang ia yakini telah membawa paksa tas miliknya.
"Wait, lelaki itu mirip dengan tunangan Kak Fina," ujarnya.
Flashback on
Aku merasa senang sekali berada di samping ibu. Malam ini aku sedang menyaksikan sebuah acara di televisi. Aku lihat ibu berjalan dari arah dapur membawa nampan yang di atasnya. terdapat beberapa cemilan tertata dengan rapi, tak lupa juga ibu membawa minuman kesukaan aku yaitu ice lemon tea. By the way, kok ibu tau ya minuman favorit aku ?
"Yeay, minuman favorit aku."
"Jadi kamu juga suka ice lemon ?"
Aku mengangguk dan berkata," Syukaa banget."
"Berarti kamu dan Davina sama sama suka ice lemon tea."
"Oh ya, kok bisa samaan gitu ya bu ?"
"Mungkin karena kalian saudara kembar."
"Hihi bisa jadi tuh bu."
"Bu, aku boleh tau wajah tunangannya Kak Fina gak ?"
"Boleh, ibu masih simpan fotonya di hp ibu."
Ibu memberikan handphonenya padaku. Tampak disana Kak Fina tengah berdiri berhadapan dengan lelaki yang telah melamarnya. Mereka berdua tampak serasi. Dari pancaran matanya, mereka terlihat sangat bahagia.
Flashback off
🌺🌺🌺
"Gak salah lagi, dia itu Haidar tunangannya Kak Fina."
Baru beberapa pukulan yang Haidar berikan, preman itu sudah menyerah dan pergi begitu saja. Lantas Devina menghampiri Haidar untuk mengucapkan terimakasih kepadanya. Namun Haidar belum menyadari kedatangan Devina itu.
"Emm, kak itu tas aku. Makasihhh banget udah nolongin aku sampe keringetan gitu gara gara bantuin aku hehe."
1 detik
"Wajah itu yang sudah lama tidak pernah aku lihat," batin Haidar
3 detik
"Suara itupun sudah lama aku rindukan."
10 detik
"Oh Allah, apa ini mimpi ? Jika iya, jangan bangunkan aku dulu ya Allah." Sambil mencubit lengannya sendiri, dan rasanya sakit.
"Helloo, kak ?"
"Eh iya ?"
"Makasihh banget kak udah nolongin aku. Gak tau deh kalo gak ada kakak, nasib aku kek gimana gak kebayang dah," celotehnya.
"Sudah menjadi kewajiban sesama umat muslim untuk saling tolong menolong. Mba gapapa kan ?"
Saling tolong menolong sudah menjadi hal yang tak bisa di hilangkan dari yang namanya kehidupan. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak mampu berdiri sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain.
Tak hanya bantuan fisik yang masuk ke dalam "tolong menolong disini", anjuran dalam kebaikan, nasihat menasihati pun masuk ke dalam kategori "tolong menolong".
Yang perlu di ingat disini adalah manusia hanya sebagai perantara dari setiap pertolongan apapun. Semua petolongan datang dari Allah Yang Maha Pemberi Pertolongan.
Rasulullah shallahu 'alaihi wassalam bersabda, yang artinya: "Mukmin yang satu dengan yang lainnya bagaikan sebuah bangunan yang saling menguatkan antara sebagian dengan sebagian lainnya. (Rasulullah Saw. sambil memasukkan jari-jari tangan ke sela jari-jari lainnya) (HR. Bukhari)
"Jangan panggil mba dong, berasa tua aja aku haha. Kenalin aku Devina. Panggil aja Dev," sambil mengulurkan tangannya.
Devina, mirip sekali dengan nama dia, pikirnya.
"Emm, saya Haidar," Haidar menelungkupkan kedua tangannya.
"Dugaanku benar ternyata," batin Devina sambil tersenyum sinis.
"Sebagai ungkapan terimakasih aku, gimana kalau aku traktir makan di restoran favorit aku ? Kebetulan deket dari sini," ajaknya.
Belum sempat Haidar menjawab ajakan dari Devina, gawainya berdering menandakan ada panggilan masuk. Buru-buru ia menekan tombol berwarna hijau dan menempelkan gawainya di telinga sebelah kanan nya.
"...."
"Apaaa ?"
Bersambung
Makasih buat semuanya yang udah setia nunggu cerita ini up. Semoga bermanfaat :)
Jangan lupa follow akun wattpad author, vote, comment dan share yaaa..
Wassalamualaikum
KAMU SEDANG MEMBACA
Seuntai Doa di Sepertiga Malam ( When The Heart Says )
Spiritual[TELAH TERBIT] Shakila Najwa Mufida, gadis berparas cantik dan cerdas yang selalu terlihat dengan jilbab pasminanya. Dia menjadi seorang dosen Universitas ternama di Kota Bandung, sesuai dengan cita-citanya sejak SMA. Berawal dari pertemuannya denga...