26 - New

3.3K 356 76
                                    

Sequel dari chap 11 - New. Harap baca chapter itu terlebih dahulu.

🌹🌹🌹

Pelampiasan? Apakah kamu ini termasuk pelampiasannya Chanhee ketika ia sedang ada masalah dengan gadisnya? Apakah kamu ini termasuk pelampiasannya Chanhee ketika ia sedang membutuhkan kekasihnya tetapi kekasihnya itu tak bisa hadir?

Ribuan pertanyaan tercipta di kepalamu membuat sebuah tanda tanya besar di kepalamu. Pertanyaan-pertanyaan itu tak kunjung menemukan jawaban dan malah menimbulkan pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Perlakuan manisnya, prioritasnya yang selalu menomor satukanmu, dan keberadaannya yang hampir setiap saat di sisimu di saat ia telah memiliki kekasih patutlah dipertanyakan. Bagaimana bisa seseorang lebih mementingkan sahabatnya daripada kekasihnya sendiri?

Apakah seharusnya kamu senang diperlakukan seperti itu atau tidak?

“Berhenti mikirin itu. Gak akan ada habisnya, sumpah. Percuma,” monologmu lalu menenggelamkan kepalamu ke dalam bantal yang sedang kamu peluk.

Ting!

Kamu menghela napas. Sudah bisa kamu tebak, itu pasti Chanhee.

Chanhee

|ppiw
|lagi di mana?
|gua ke rumah, ya
|gua beliin boba sama cilok
|gak terima penolakan

Di rumah|
Gua mana pernah nolak sih, haha|
Oke, gua tunggu|

Namun, terlepas dari kemungkinan bahwa laki-laki itu bisa saja menjadikanmu pelampiasan, kamu tetap menyukainya. Kamu tetap ingin ia selalu ada dan kembali kepadamu. Kamu tetap tidak akan bisa membencinya.

🌹🌹🌹

“Nih boba sama ciloknya.” Chanhee lantas menghempaskan dirinya ke sofa yang berada di ruang tamu rumahmu lalu memenaikkan kedua kakinya ke atas meja. Kebiasaan kurang sopan dari laki-laki itu yang sering ia lakukan jika orang tuamu tidak ada.

“Makasih, Chan.” Kamu tersenyum. Mulutmu langsung fokus mengunyah cilok yang masih hangat itu.

Chanhee terkekeh kemudian menepuk puncak kepalamu lembut. “Makan yang banyak ya, Kudanilku.”

“Sialan,” umpatmu. “Oh, iya. Lo lagi ada masalah sama cewek lu ya?”

“Nggak, kok. Kenapa emangnya?”

Kamu mengerutkan dahi. “Biasanya lo kan macem-macem gini pas ada masalah sama pacar lo.”

Chanhee mendecak. Tangan yang tadinya menepuk puncak kepalamu jadi berubah mengacak-acak rambutmu. “Heh, emangnya gue ke lo kalau pas lagi berantem doang? Kesannya kayak lo pelampiasan gua, njir.”

Kamu hanya mengangguk sambil berusaha menyingkirkan tangan Chanhee yang semakin membuat rambutmu berantakkan. Karena kesal, kamupun mencubit tangannya sekuat tenaga tanpa rasa kasihan.

“Eh-ADUH! Sakit banget sumpah! Lo mah kalau nyubit gak main-main!” omel Chanhee yang kesakitan akibat cubitanmu yang luar biasa sakitnya.

“Makanya, lo jangan sok-sokan acak-acak rambut gua!”

“Iya-iya, maaf! Nih gua benerin lagi,” gerutu Chanhee. Ia mulai menyisir rambutmu dengan jari-jarinya.

One Shots [𝑻𝑯𝑬 𝑩𝑶𝒀𝒁]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang