#BdB-26

327 57 10
                                    

Kebablasan yutub-an sampe lupa update heheh semoga suka!!! xx





*********

Pukul enam sore, Calan sudah sampai di apartemennya.

Hari ini, dia menyelesaikan semua pekerjaannya secepat yang ia bisa. Satu-satunya hal yang paling diinginkannya adalah segera sampai di apartemen sehingga dia juga bisa segera bertemu dengan Adisa. Dalam perjalanan menuju apartemennya tadi, dia tidak berhenti tersenyum. Entah membayangkan apa, yang jelas, dia senang ketika membayangkannya.

Tapi Calan harus menelan rasa kecewa karena saat ia tiba di apartemennya, dia tidak menemukan sosok Adisa di sana. Mungkin wanita itu belum pulang. Mendesah kecewa, Calan akhirnya merebahkan diri di sofa seraya memejamkan mata.

Dia jadi tidak semangat sama sekali. Mau mandi saja malas. Jangankan mandi, beranjak untuk berganti posisi saja dia enggan.

Calan bertahan di posisinya hingga tiga puluh menit ke depan. Sudah pukul setengah tujuh, tapi Adisa tak kunjung datang. Dengan malas-malasan, Calan akhirnya melangkah ke kamarnya hendak membersihkan diri. Dia kan mandinya agak lama, mungkin nanti setelah ia mandi, Adisa sudah duduk di dapur sambil meneguk segelas air. Ya, siapa tau, kan?

Sengaja Calan berlama-lama di kamar mandi. Ada mungkin lima puluh menit ia membasuh diri, tujuh puluh menit jika diakumulasikan dengan berpakaian dan memakai beberapa krim dan serum untuk wajah, lalu ia kembali ke luar kamar.

Lah, kenapa Adisa masih tidak bisa ditemukannya? Sebenarnya wanita itu pergi jalan-jalan ke mana sampai malam begini belum juga pulang?

Calan kembali ke kamarnya, mengambil ponsel yang ia letakkan di atas kasur. Ia melihat notifikasi, siapa tau ada nama Adisa di sana, memberitahu ke mana ia akan pergi hari ini dan jam berapa ia akan pulang. Tapi nihil. Tidak ada satupun pemberitahuan yang berasal dari Adisa.

Ponsel Calan menempel di telinga kanannya setelah ia memutuskan untuk menghubungi Adisa terlebih dulu. Loh, kok malah suara mbak-mbak operator yang menjawab panggilannya?

Tidak menyerah, Calan menghubunginya sekali lagi. Hasilnya sama seperti sebelumnya.

Nomor ponsel Adisa tidak dapat dihubungi.

Tenang, Cal. Jangan panik. Dulu pas Adisa 'ngilang' dan lo panik-panik tai seharian ternyata ponsel Adisa kehabisan daya. Tenang, tenang. Calm, okay?

Ya, ya, mari menganggap kalau ponsel Adisa lagi-lagi kehabisan daya. Apa yang bisa Calan lakukan sekarang? Tentu saja menunggu sampai wanitanya pulang. Entah sampai kapan.

Perutnya tiba-tiba berbunyi. Ah, benar. Terakhir Calan mengisi perutnya dengan nasi adalah tadi siang jam dua belas. Tidak mau repot, Calan memilih layanan ojol.

Ada dua hal yang ia tunggu sekarang; Adisa dan makan malamnya.

Mari kita lihat, siapa yang akan tiba lebih dulu?

Dua puluh lima menit kemudian, ponselnya berdering. Ada nomor baru yang terpampang di layarnya. Setelah berkata 'halo' Calan jadi tau kalau yang meneleponnya adalah Abang ojol yang mengantarkan makanannya.

Dengan langkah lemas dan malas, Calan turun ke lobi, dan langsung kembali ke unitnya setelah semua urusannya dengan Abang ojol selesai.

Calan menghela napas mengingat fakta kalau ia harus makan malam sendirian. Kalau ada Adisa kan, setidaknya meskipun wanita itu tidak ikut makan, Calan tidak merasa sepi dan sendirian.

Hih, Adisa ke mana kamu?!!!!!

Perutnya berbunyi lagi. Tanpa menunda waktu lebih lama, Calan melahap nasi bebeknya—yang menjadi favoritnya dan Adisa. Sesekali mendesis karena sambalnya terasa lebih pedas dari pada biasanya—entahlah, Calan sok tau saja.

Boulon du Bleu [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang