I Love You Too

88 17 0
                                    

"Aku mencintaimu."

Ada jeda beberapa detik setelah Lee Jin Hyuk mengatakan itu kepadamu. Kau membeku di tempatmu, sepertinya kau benar-benar terkejut dengan pengakuannya yang tiba-tiba itu, sampai kau tidak tahu harus merespon bagaimana.

"Aku tahu ini cukup mengejutkan untukmu, terburu-buru tepatnya. Aku sengaja, supaya  kau segera mengetahui perasaanku."

Kau semakin tidak paham akan arah pembicaraan Jin Hyuk. Apalagi tatapannya berhasil menguncimu.

"Kau tidak harus menjawabnya sekarang. Karena aku juga ingin menunjukkan sesuatu padamu sebagai bukti. Tunggu saja."

Demikian sekelumit memori terakhir kebersamaanmu dan Jin Hyuk beberapa minggu lalu yang terus-menerus berputar dalam otakmu akhir-akhir ini. Lee Jin Hyuk adalah teman Song Yu Vin, tetangga depan rumahmu yang pecicilan. Kalian saling mengenal setelah Yu Vin mengajak Jin Hyuk mendatangi rumahmu untuk menumpang wifi sebab milik Yu Vin sedang rusak.

Tidak ada yang istimewa dari pertemuan pertama kalian. Hanya obrolan biasa yang mengalir begitu saja. Kemudian keesokkan harinya, kau mendapati seseorang mengirim pesan kepadamu dan ternyata dia adalah Jin Hyuk. Ia mengaku mendapatkan nomormu atas bantuan Yu Vin. Kau sempat ingin memarahi Yu Vin karena sembarangan menyebar nomormu namun Jin Hyuk melarangmu.

Dan begitulah hubungan diantara kalian. Sering berkomunikasi dengan Jin Hyuk membuat kalian menjadi teman dekat. Ditambah sifatnya yang humoris, menyamankanmu mengobrol dengannya.

Namun, kenyamanan itu berganti canggung setelah Jin Hyuk mengunjungi rumahmu tengah malam lalu.  Dia memintamu membuka jendela kamarmu dan kau menemukan pria itu berdiri tepat di depannya sembari membawa setangkai mawar merah.

Siapa sangka, Jin Hyuk lantas mengungkapkan perasaannya kepadamu yang tentu saja mengagetkanmu. Kau bukannya tidak suka pada Jin Hyuk, kau hanya bingung akan perasaanmu sendiri. Mengingat sudah sangat lama rasanya kau tidak jatuh cinta usai seseorang yang sangat berarti bagimu meninggalkanmu begitu saja beberapa tahun yang lalu.

Kau tidak yakin apakah kau tertarik kepada Jin Hyuk selayaknya gadis pada seorang pemuda. Kau juga takut kalau Jin Hyuk hanya menyukaimu sesaat. Ini pula yang membentengi hatimu untuk tidak mencoba menghubunginya terlebih dahulu.

Dan sialnya, kau merasa ada yang kurang saat Jin Hyuk mendadak menghilang begini. Apakah kau rindu padanya? Bahkan kata-kata terakhir Jin Hyuk setia mengusik pikirammu setiap saat.

"Noona kau kenapa memukuli kepalamu begitu? Nanti otakmu geser malah menginap di rumah sakit jiwa."

Kau melempari Yu Vin yang sibuk dengan game-nya menggunakan bantal sofamu. Pemuda itu justru meraih bantal lemparanmu dan menaruhnya di atas paha guna dijadikan alas sikunya.

"Fokus saja pada kesayanganmu itu! Kalau kau kalah, mulutmu juga geser-geser. Dasar  pemuda single, pantas tidak ada gadis yang menyukaimu."

Kau tak mau kalah mengatai tetangga tak tahu diri itu.

"Apa yang baru bicara juga mempunyai pasangan? Kurasa tidak, eh, Jin Hyuk hyung, apa?!"

"Song Yu Vin bodoh!!"

.

Berulang kali tangan kananmu mencoba meraih benda pipih yang tergeletak rapi di atas nakas. Namun, setiap akan menyentuh kurang dari lima sentimeter, kau menariknya kembali. Perasaanmu kacau sekali. Kau hanya ingin tahu kabar tentang Jin Hyuk kenapa harus seragu ini untuk menghubunginya? Pikiranmu sudah tercampur aduk dengan berbagai spekulasi, bahkan sebelum kau bisa melakukan sesuatu.

Tidak. Kau harus mengalahkan kebimbanganmu kali ini. Tidak akan ada yang berubah kalau kau terus mengikuti ketakutanmu.

"Sayang? Sudah tidur ya? Temanmu sedang menunggu di depan."

Hampir saja kau berhasil meraih ponselmu ketika ibumu tiba-tiba membuka pintu kamarmu. Beliau menyemburkan kepalanya ke dalam guna memeriksamu. Kau menghela nafas panjang.

"Teman? Siapa, eomma?"

"Entahlah. Dia bilang kalau dia temannya  Yu Vin juga. Temui saja, biar eomma siapkan minuman."

Jin Hyuk kah itu? Sialan. Kau bercermin sebentar dan merapikan rambutmu seadanya. Paling tidak kau tidak boleh terlihat berantakan di depannya.

Tapi, tunggu. Kenapa kau begini? Ah, sudahlah, ini bukan saat yang tepat untuk memikirkannya. Lebih baik kau segera menemui orang tersebut.
Sesampainya disana kau menemukan seorang laki-laki mengenakan hoodie hitam dipadukan celana jeans biru langit. Dari belakang tampak mirip dengan Jin Hyuk.

"Jin Hyuk oppa?"

.

Lee Jin Hyuk masih menggandeng tanganmu hingga kalian mencapai bukit yang lumayan tinggi itu. Begitu tiba di atas puncak, kau merasa takjub. Benar disana tidak ada penerangan selain cahaya rembulan, namun sebagai pemanis, bukit tersebut menghadap ke arah kota Seoul dimana lampu-lampu kota mampu memancarkan cahaya yang tidak kalah indah.

Jin Hyuk menepuk rerumputan di sebelah tempatnya duduk saat ini sebagai isyarat untukmu mendudukinya. Kau menurut.

"Bukit ini jauh lebih indah ketika malam hari, kau setuju denganku?"

Kau mengangguk.

"Bagaimana kau menemukan tempat ini, oppa?"

Jin Hyuk mengalihkan pandangannya ke depan. Senyum tipis terpatri pada bibirnya.

"Kekasihku yang mengajakku pertama kali."

Kekasih katanya? Lalu kenapa Jin Hyuk mengutarakan perasaannya padamu? Jika boleh jujur, hatimu lumayan patah rasanya mendengar jawaban Jin Hyuk. Dasar laki-laki, mereka semua sa-

"Sekaligus yang terakhir."

Apa maksud Jin Hyuk sebenarnya?

"Permintaan terakhirnya adalah pergi berkencan denganku ke bukit ini. Dan aku bersyukur bisa meloloskannya kala itu."

"Wait. You mean she died?"

"Yes. She has cancer."

Kau menutup mulutmu seketika. Tak percaya atas pernyataan baru seorang Lee Jin Hyuk.

"And you are very similar to her. But, I don't want you to have the same ending with her."

Kemudian Jin Hyuk membuka hoodie miliknya, membuatmu sedikit panik. Jin Hyuk berdiri beberapa langkah darimu sehingga kau dapat melihat tubuh bagian atasnya secara jelas. Dia memutar tubuhnya sampai dia bisa menghadap ke arahmu lagi.

"Kau pernah bilang kalau kau tidak suka laki-laki bertato, oleh karena itu, dua minggu ini aku menghilang untuk menghapus semua tato di tubuhku. Tapi, aku menggantinya dengan menulis ini."

Jin Hyuk kembali menghampirimu dan memperlihatkan tato baru yang diukir pada bagian bawah tulang selangka. Tulisannya adalah namamu. Kau terperangah.

"Oppa-"

"Sebenarnya, tidak masalah jika kau tidak mencintaiku kembali, tapi paling tidak, aku sudah berhasil membuktikan perasaanku untukmu melalui suatu usaha kecil. Terimakasih banyak telah memberiku kesempatan."

Jin Hyuk tersenyum, lagi. Bukan hanya jantungan, kau malah ingin menangis rasanya.

"So, can i hear your answer -"

"You stupid. I love you too, Lee Jin Hyuk."

Kau memeluknya erat. Tak peduli fakta bahwa kau sesungguhnya tidak nyaman melakukannya karena Jin Hyuk sedang tidak mengenakan atasan apapun. Jin Hyuk balas memelukmu sembari mengulas senyum terbaiknya. Ia benar-benar lega, teka-teki tentang perasaannya terjawab sudah.

Lee Jin Hyuk. Laki-laki ini berbeda. Dia mengambil hatimu dengan cara yang unik dan kau bisa merasakan ketulusannya.

.
.
.









Jinhyuk gak punya tato deh kayaknya, tapi anggep aja gitu🤭. Next imagine, ada saran gak cast cowoknya siapa? Komen yaa😁, thank you guys🙏

Lee Jinhyuk Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang