Dunia terbalik b.

1K 20 9
                                    

"Biii ....!" teriak seorang gadis cantik di sebuah pagi. Tubuh ramping nan moleknya masih meringkuk di bawah selimut. Matanya pun masih terpejam. Untuk beberapa saat, tak ada tanda-tanda orang yang dipanggil datang.

"Bi Ijah!" teriaknya lagi, kali ini lebih keras dari yang pertama.

"Tolong ambilkan minum, aku haus!" Tenggorokannya saat ini kering, mungkin karena terlalu lama tidur. Hawa kamar juga terasa sangat panas dan membuat kulit gadis ini berkeringat. Entah AC dia setel berapa derajat Celcius hingga tak terasa dingin sama sekali.

Gadis itu mengubah posisi yang semula berbaring telentang lurus kini miring ke bagian kanan. "Kok kasurnya enggak empuk, ya?" Ia sedikit merasa asing tidur di kasur ini, kasur miliknya begitu empuk dengan seprai yang lembut dari bahan sutra.

"Ini Bi Ijah ke mana, sih? Lama banget," keluhnya. Ia ketergantungan pada bantuan orang lain karena sudah biasa dilayani oleh pelayan. Ia cukup memanggil satu kali, pasti sudah ada yang menghampiri. Hari ini jadwalnya Bi Ijah, besok Bi Mumun dan lusa beda lagi. Ia punya beberapa pelayan yang bekerja secara shift untuk memastikan dirinya dilayani selama dua puluh empat jam full.

Karena merasa bosan sekaligus penasaran, akhirnya ia meraba-raba seprai kasur. Rasa kantuk masih bergayut kuat sehingga ia enggan membuka mata. Jemarinya merasakan sesuatu yang asing. Sensasi seprai ini tidak seperti seprai yang biasa ia gunakan, terasa kasar dan tipis. Padahal ia selalu memilih bahan kualitas impor yang lembut dan halus. Siapa pelayang yang berani mengganti pilihan seprai tanpa meminta izinnya? Awas, akan ia hukum orang itu nanti!

Tangannya meraba jauh lagi. Kali ini ia menemukan sesuatu yang menarik. Sebuah benda yang permukaannya tinggi dan terasa keras, namun bukan guling atau pun bantal. Setelah ia raba-raba, benda itu terasa seperti lekukan otot.

Apa? Lekukan otot?

Saking penasarannya, gadis itu membuka kedua netra yang masih lengket dan memfokuskan pandangan. Sepasang mata besar yang indah karena dihiasi bulu mata panjang itu seketika melebar saat menyadari apa yang ada di hadapannya. "Aaaaaa ...!" teriaknya kencang karena sangat kaget.

Pemandangan yang terpampang di depan mata terlihat asing. Sangat jelas ia bukan berada di kamarnya. Ukuran kamar ini kecil dan sederhana dengan dinding yang bercat putih. Ranjang yang ia tempati pun kecil. Ke mana belasan boneka kesayangannya? Mengapa tak terlihat satu pun?

"Omaygat .... Omaygat!" Ia atur napas yang memburu. Tiba-tiba jantungnya berdetak begitu kencang saat melihat apa yang ia pegang tadi. Seorang pria tengah tertidur pulas, tepat di sisinya!

"Oh astaga ...! Apa pria ini menodaiku?" tanyanya panik. Ia segera terduduk sambil menarik selimut untuk menutup tubuhnya sampai dada.

Jemari lentiknya bergerak membuka selimut untuk memastikan sesuatu. Ternyata ia dalam keadaan memakai baju lengkap. Namun sayangnya, baju yang ia kenakan berbeda. Ia hanya mengenakan kaus berwarna putih dengan bawahan celana bahan yang panjang.

"Tunggu. Kenapa aku tidur pakai baju kek gini? Enggak banget, deh. Iuuhhh!"

Pandangannya bergulir ke samping, ke punggung pria tadi.

"Jangan-jangan semalam dia memperkosaku, lalu pakaianku dia ganti dengan ini. Hiiiih! Pria kurang ajar!" Pikirannya lari ke sana dan kemari, mereka-reka asal muasal kondisi aneh ini. Kepalanya terasa berat dan sedikit pusing.

"Duhh ...!" keluhnya sambil memijat pelipis. "Jangan-jangan orang ini ngeracunin gue."

Bukan Teman Tapi Sekamar? 21+ (Zona Dewasa)Where stories live. Discover now