15. He's Want To Marry Me

2K 210 7
                                    

Kemarin malam, Geo harus terbang ke Singapura untuk urusan kerjaan. Di usai menjelang tiga puluh akhir, bisa di bilang karier Geo cukup cemerlang. Kisah cintanya aja yang sangat suram.

Di usia sekarang, Geo berhasil mendirikan perusahaan konsultan yang telah dia rintis dari nol hingga sukses seperti sekarang. Bukan hal yang mudah dan tidak langsung sukses. Semua ini karena kegigihan dan keseriusan Geo. Jatuh bangun telah Geo lewati hingga akhirnya bisa sampai saat ini.

Kegigihan yang sama dia lakukan untuk mendapatkan hati Setya. Apapun akan dia lakukan untuk mendapatkan hati gadis itu. Meski jatuh bangun harus dia lewati. Demi Setya, dia lakukan pokoknya.

Malam ini dia pulang ke Jakarta. Sebelum pulang, Geo berencana untuk membeli oleh-oleh dulu untuk Setya. Karena rencananya hari minggu nanti dia akan main ke rumahnya Setya. Padahal Geo termaksud orang yang malas sekali belanja oleh-oleh. Lebih baik waktunya dia gunakan untuk istirahat. Cuma kali ini beda.

Demi Setya, Geo jalan sendirian ke sebuah mall yang ada di Singapura. Membelikan beberapa cemilan untuk Setya dan keluarga. Tidak hanya itu, Geo juga membelikan satu dress casual bermotif floral dan satu tas branded yang harganya gak murah untuk Setya seorang.

Saat mau keluar dari mall, Geo melewati sebuah toko perhiasan. Kalau di pikir-pikir, Geo mau ngelamar anak orang tapi belum punya cincin. Akhirnya, Geo mampir sebentar untuk lihat-lihat di toko tersebut. Namun, belum ada lima belas menit, Geo menemukan sebuah cincin yang cantik sekali dengan satu berlian diatasnya.

Geo yakin pasti jika cincin tersebut dipasangkan di jari manis Setya akan tambah cantik. Tanpa menunggu lama, Geo langsung minta dibungkuskan dan membayarnya. Barulah dia balik ke hotel dan bersiap untuk pulang ke Jakarta malam nanti.

**

Lama-lama Setya gila deh kalau menyimpan rahasia ini sendirian. Rahasia bahwa Geo melamarnya langsung di depan kedua orang tuanya. Setya juga belum berani cerita ke Prisa dan Jihan. Soalnya takut aja mulut keduanya lemes dan Rai jadi tau. Bisa aja mereka keceplosan waktu lagi ngobrol sama Reno atau Tio lalu lemes ke Rai. Akan lebih menyakitkan jika Rai tau informasi itu dari orang lain. Bukan dari dirinya langsung.

Apalagi Setya gak bisa banget simpan rahasia dari Rai. Pacarnya itu selalu tau kalau Setya ada sesuatu yang disembunyikan. Ini karena Rai lagi sibuk-sibuknya aja jadi kurang ngeh kalau Setya lagi nyembunyiin sesuatu.

"Neng Setyaa.. boleh bagi notes gak? notes gue abis nih." Yuna menghampiri kubikel Setya. Si empunya kubikel sedang melamun di depan laptop. "Sett.." Yuna panggil lagi sambil menggoyang-goyangkan bahu Setya.

"Ehh.. iyaa.. kenapa Mba Yun?"

"Bagi notes, punya gue abis." ulang Yuna.

Dengan gerak cepat dan sedikit panik, Setya mengambil notes satu pack lalu memberikannya pada Yuna. "Thankss, Setyaa."

"Sama-sama, Mbaa."

Tidak langsung pergi. Hasrat kepo Yuna terpancing ketika Setya kembali melamun. Yuna lalu menarik kursi milik Dean yang sedang sholat Ashar untuk mendekati Setya. "Kenapa sih daritadi ngelamun aja? masih bingung soal yang kemarin?"

Dengan begitu saja, Setya mengangguk. "Apalagi yang dipusingin??"

"Gak tau, ngeganjel ajaa. Kalo Rai belum tau tuh masih ganjel gue." lirihnya. "Karena udah biasa apa-apa sharing sama Rai, jadi kalo ada satu yang gak di sharing, ganjel gitu."

"Yaudah atuh, cerita sama Rainya. Kali aja cerita-cerita berhadiah." usilnya.

Setya mengerutkan dahi tidak mengerti apa maksud dari Yuna. Lantas Yuna menjelaskan kembali. "Kali aja abis lo cerita ke Rai kalau ada yang ngelamar lo, dia juga jadi pengen ngelamar lo juga biar lo gak di ambil orang."

SETYA BELUM AKADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang