16. Lantai 12

1.8K 192 4
                                    

Si Mama melirik anak sulungnya yang hari ini tampilannya agak berbeda. Kusut banget. Bajunya aja yang rapih, mukanya kusut. Rambutnya juga acak-acakan. Rai lantas duduk di meja makan. Siap untuk sarapan bersama Mama dan Papanya. Btw, Seminggu yang lalu Rendra balik ke Malang. Jadi, sekarang Rai kayak anak tunggal lagi di rumah hahahaha...

"Kusut banget muka kamu, Rai. Gak bisa tidur semalem?" tanya Mamanya.

"Hmm.. gitu deh Mah.." jawab Rai malas-malasan.

Gak cuma males sarapan. Rai juga sebenarnya malas kerja juga hari ini. Malas ngomong sama orang juga. Sayangnya kantor gak ngeluarin kebijakan gak boleh masuk kantor kalo lagi galau. Jadi dia kudu tetap masuk kantor hari ini. Kekusutan dan kemalasan dia hari ini tentu karena berita yang di bawa Setya kemarin malam. Haduh.. senep banget mikirin itu pagi-pagi.

Jujur, sampai sekarang Rai masih bingung harus bagaimana. Dia masih belum bisa mikir dan kasih keputusan yang tepat untuk Setya. Huh, nanti ajalah mikirin soal itu. Kerja dulu deh biar gak kacau!

Tapi itu hanya sebatas niat gak pasti. Karena selama kerja pun Rai masih kepikiran. Untungnya dia tetap bisa fokus walau gak penuh. Selama dia pacaran sama Setya, ini keributan pertama mereka yang membuat Rai bener-bener males ngapa-ngapain dan kepikiran banget. Galau segalau-galaunya.

Namun kegalauan ini bukan hanya terjadi pada Rai. Tapi juga kepada Setya. Bedanya, Rai masih bisa fokus, Setya enggak. Kerjanya hari ini banyak yang salah. Banyak ngelamun. Untungnya bos nya gak ada di tempat hari ini. Jadinya masih aman. Meski beberapa seniornya melototin dia kalau dia buat kesalahan. Dan itu baru saja terjadi. Fidi memelototinya karna Setya menumpahkan air di kubikelnya sendiri. Meski kubikelnya yang kebasahan, tapi teman-teman yang kursi kerjanya berdampingan dengan Setya ikut merasakan kegaduhan yang dibuat Setya.

Pasalnya, berulang kali gerak Setya malah bikin jadi berantakan bukan makin rapih. Misalnya sedang ngelap meja yang basah tangannya gak sengaja jatuhin notes Setya sendiri yang letaknya di ujung meja dan sebagainya. Fidi yang awalnya hanya melototinya, akhirnya membantu Setya untuk membereskan kegaduhan tersebut.

"Lo lagi kenapa sih, Set? Banyak pikiran?" tanya Fidi seraya membantu Setya membereskan meja.

"Kurang tidur doang gue." alibinya.

"Yaudah, ke toilet dulu gih.. cuci muka biar seger."

Setya mengikuti saran dari Fidi untuk cuci muka. Selain itu, Setya juga touch up ulang agar keliatan lebih cakep aja. Dia juga menata rambutnya menjadi lebih rapih. Setelah selesai semua, dia melihat penampilannya di kaca. Tampak lebih enak dilihat. Tinggal tambah senyum aja. Itu yang sulit sekarang buat Setya. Dia lagi males banget buat senyum.

Setelah obrolannya dengan Rai semalam, Setya memang lega karena unek-uneknya tersalurkan juga. Tapi saat sudah sampai kamar, sendirian, menjelang tidur, Setya jadi overthingking memikirkan perasaan Rai. Dia salah ngomong gak sih, dia keterlaluan gak sih, dia terlalu menuntut Rai gak sih?! Untuk yang terakhir, Setya yakin dia emang jelas banget nuntut. Dia sadar. Oke!

Sejak obrolan malam, dia dan Rai juga gak chatan seperti biasanya. Terkahir chat dari Rai cuma dia ngabarin kalau udah sampai rumah. Setelah itu enggak ada lagi. Hari ini pun tidak ada kabar-kabaran. Gak dari Rai. Gak juga dari dirinya. Hm, Setya kan kalau ngambek emang milih diam aja.

Saat ingi balik ke kubikelnya, ponsel Setya bergetar tanda ada chat masuk. Setya udah ngarep itu datangnya dari Rai. Tapi nyatanya pesan itu datang dari orang yang sangat-sangat tidak Setya harapkan. Dari Geo.

+6281245338909

Set, maksi bareng yuk

aku di gedung kamu nih

SETYA BELUM AKADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang