Hari Baru

78 9 9
                                    

****

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

****

"Yah, ayok! Cepetan, ini Anin bentar lagi masuk."

Anin terus menatap jam di dinding, sesekali menghentakkan kakinya. Biasanya ia pergi sekolah bersama Ardan, tetapi entah kemana Ardan hari ini.

"Makanan Ayah belum habis, Nin," sahut Ayah. "Lagian, Ardan mana? Tumben kamu gak bareng dia."

Anin menggeleng, pertanda ia tidak tahu. Kemudian, melihat jam tangannya. "Bu, Anin bisa telat nih," rengeknya.

"Udah tungguin aja, Nin. Kamu juga, aneh banget, biasanya juga kan bareng Ardan," jawab Ibu sambil menyodorkan minum ke Ayah.

Anin mencebik, tidak membalas ucapan Ibu. Ia hanya pasrah menunggu Ayah. Sambil sesekali ia mengecek hpnya. Memastikan jika ada notif dari teman-temannya. Sejujurnya, Anin juga heran karena Ardan sama sekali tidak mengabarinya.

Tetapi, ia mencoba abai akan hal itu. Dan benar, ia terlambat bangun. Hanya karena bingung memikirkan Ardan.

"Ayah udah selesai, kami pergi dulu ya Bu."

"Anin pergi, Bu." Anin berjalan meninggalkan Ayahnya.

Mobil melaju lambat membelah jalan ibukota ini yang dipenuhi drama macet berkepanjangan. Tuhan sedang tidak berbaik hati hari ini. Tampaknya, ia dan ayahnya akan telat sampai ke sekolah nanti.

Setelah melalui waktu yang cukup panjang. Akhirnya Anin sampai ke sekolah. Ia berpamitan pada ayah dan turun dari mobil. "Hari pertama sekolah yang buruk," gumamnya sembari berjalan.

Anin melangkah gontai menuju kerumunan itu. Ia melewati berkumpul dengan teman-temannya. Semua orang berdesakan, mengerumuni papan pengumuman. Kelas akan diacak lagi.

"Anin!"

Ia tetap berjalan tak menghiraukan panggilan itu.

"Anin!"

Anin tersentak karena tarikan yang tiba-tiba. "Apaan sih!"

"Dipanggilin juga daritadi. Gak noleh-noleh!"omel Reina.

"Ya gimana lagi, aku tuh telat. Mana papan udah dikeluarin. Awas! Aku mau ke situ." Anin melanjutkan langkahnya.

Reina menahan pergelangan tangan Anin dan menggeleng, "Gak perlu. Kita sekelas lagi." Ia menunjuk ke rombongannya. "Itu, mereka di sana," sambung Reina sambil menarik tangan Anin.

Anin diam saja saat tangannya ditarik dan dia mengikuti temannya itu.

"Nin, tumben telat?" sapa Ina sesaat melihat Anin.

Anin mendengkus, "Tadi bangunnya kesiangan. Geser dong, aku mau duduk."

"Oh iya, Nin. Peliharaanmu mana? Biasanya juga selalu ngekor ke mana pun," heran Nayara.

Anin menatap tajam ke arah Nayara. Dia tidak suka, apa-apaan sih. Ardan tuh bukan peliharaannya. "Mulutmu cantik banget. Minta ditabok ya!" protesnya.

Mereka bertiga hanya tertawa mendengar omongan Anin yang tak terima Ardan dibully.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Dec 20, 2023 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Relativitas Cinta (New Version) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora