[5] Penjual Tisu

47 4 0
                                    

Engkau telah mengerti hitamDan merah jalan iniKeriput tulang pipimuGambaran perjuanganBahumu yang dulu kekarLegam terbakar matahariKini kurus dan terbungkukNamun semangat tak pernah pudarMeski langkahmu kadang gemetarKau tetap setia(Ebiet G Ade - ...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Engkau telah mengerti hitam
Dan merah jalan ini
Keriput tulang pipimu
Gambaran perjuangan
Bahumu yang dulu kekar
Legam terbakar matahari
Kini kurus dan terbungkuk
Namun semangat tak pernah pudar
Meski langkahmu kadang gemetar
Kau tetap setia
(Ebiet G Ade - Titip Rindu Buat Ayah)

---

Sudah sejak tadi mentari pagi mulai bersinar di luar. Namun, belum juga diizinkan masuk oleh sang pemilik kamar. Usai shalat subuh, Saka memilih tidur kembali. Dan sekarang anak itu masih belum bangun juga, sampai ada suara yang mengusiknya.

"Mas Saka. Bangun, mas." Mbak Wati mengusap bahu Saka.

Saka masih enggan untuk bangun. Kepalanya terasa pening.

"Mas, bangun. Di bawah udah ada Mas Davi."

Mendengar ucapan Mbak Wati itu, Saka terlonjak, lantas kemudian membuka matanya.

"Davi? Emang sekarang jam berapa, mbak?"

"Jam sembilan kurang lima belas menit, mas."

Mampus. Secepat kilat Saka bangkit dan berlari menuju kamar mandi. Mbak Wati hanya memperhatikan Saka sambil tersenyum dan geleng-geleng kepala.

Selesai mandi dan bersiap, Saka menghampiri Davi yang ternyata sudah menunggunya di ruang keluarga. Davi memang sudah seperti keluarga sendiri. Tidak lagi dianggap sebagai tamu.

"Woi, Vi!" sapa Saka. "Cepet amat lo."

"Abisnya dari tadi gue chat lo gak dibales. Gue pikir lo belum bangun, makanya gue langsung ke sini, sekalian bangunin lo. Ternyata bener belum bangun." omel Davi.

"Ya sorry. Gue kira masih jam tujuh."

"Jam tujuh pala lo peang!"

Saka mengajak Davi untuk sarapan sebelum berangkat.

"Masak apa, mbak?" tanya Davi saat melihat Mbak Sri yang sedang sibuk di dapur.

"Eh Mas Davi. Itu, mas, saya masak nasi bakar ayam kesukaan Mas Saka." jawab Mbak Sri sembari menunjuk makanan yang sudah disajikan di meja makan.

"Widih, mantap! Enak nih pasti."

Davi memang begitu. Sudah tidak jaim lagi ketika main ke rumah Saka. Numpang makan, numpang mandi, menginap, sudah seperti rumahnya sendiri. Semua pekerja di rumah itu pun sudah hafal dengan sosok Davi.

"Yuk, makan."

***

Rani tengah bersiap di depan cermin. Menyisir rambut dan merapikan bajunya. Semalam Nana meneleponnya lagi. Nana bilang ada salah satu teman papanya yang sedang buka lowongan di restonya. Hari ini Rani diminta datang ke resto itu.

MaharAksa [COMPLETED]✔Where stories live. Discover now