[12] Kepergian Aksara

71 4 2
                                    

Waktu seakan tak menungguKu tak bisa melawan ituSelamanya kau pergi tanpaku

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Waktu seakan tak menunggu
Ku tak bisa melawan itu
Selamanya kau pergi tanpaku

Mungkin aku masih harus di sini
Masih tersisa panggilan hidupku
Hingga suatu saat nanti nafasku terhenti
Temukanmu dalam jalan pulangku

(Ifan Seventeen - Masih Harus Di Sini)

---

Drrtt...drrtt...

Ponsel Rani bergetar, menandakan sebuah panggilan telepon masuk. Pada layar ponselnya tertera nama "Kak Saka". Berhubung sekarang sedang jam istirahat, Rani bisa menerima panggilan telepon itu.

"Halo? Assalamu'alaikum. Ada apa, kak?"

"Wa'alaikumsalam." Bukan, suara itu bukan suara Saka. "Rani, ini saya Yudha, papanya Saka."

"Oh iya, om. Ada apa ya?"

"Aksa meninggal."

Deg. Rani yang mendengar itu merasa seperti dunia berhenti berputar sejenak, dalam beberapa detik. Ia seolah tak percaya, karena kemarin masih bertemu dengan Aksara.

"Innalillahi wa inna ilaihi roji'un. Kapan om?"

Nana yang penasaran pun bertanya, "Siapa, Ran?" Tapi Rani tidak menjawab.

"Tadi pagi sebelum subuh. Om minta tolong kamu ke sini ya, temani Saka."

"Iya, om, nanti Rani ke sana."

"Terima kasih ya. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Usai memutus sambungan telepon, Rani menatap Nana sejenak dengan mata yang berkaca-kaca.

"Siapa?!" tanya Nana sekali lagi.

"Aksara meninggal, Na."

Nana yang terkejut langsung menutup mulutnya kemudian memeluk Rani erat.

Setelah mendapat kabar itu, Rani dan Nana langsung ke ruangan kepala sekolah untuk memberitahukan kabar tentang meninggalnya Aksara. Rani meminta kepala sekolah mengumpulkan semua murid di lapangan supaya ia bisa mengumumkan kabar duka ini. Kepala sekolah pun menyetujui.

Semua murid kini sudah berkumpul di lapangan. Bukan hanya murid, tapi juga para guru. Tak mau buang-buang waktu, kepala sekolah langsung menyampaikan pengumuman itu. Kepala sekolah juga mempersilakan Rani untuk bicara.

"Buat kalian semua yang ada di sini, saya tau banyak di antara kalian yang pernah merasa sakit hati terhadap perbuatan maupun ucapan Aksara."

Rani menghela napas panjang, menyiapkan jiwa dan raganya untuk menyampaikan suatu hal.

MaharAksa [COMPLETED]✔Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon