Prologue

6.8K 327 14
                                    

Prologue
————————————————————

Aku adalah gumpalan awan keberuntungan.  Seratus tahun yang lalu saat aku terbawa arus di depan rumah Yue Lao (1), fogyed (ini nama karakter) tiba-tiba mengubahku menjadi entitas spiritual dalam keadaan mabuk. Setelah dia sadar, dia mengelus janggutnya dan mencoba untuk membela diri: "Ah, kamu adalah segumpal awan yang ditakdirkan untuk kekuatan dewa. Mulai sekarang, sebut saja dirimu Xiao Xiang Zi." (2)

(1) Yue Lao - lelaki tua di bawah bulan alias dewa pencari jodoh (makcomblang) yang mengikat pasangan yang ditakdirkan dengan benang sutra merah.

(2) Namanya berarti 'bayi perempuan yang beruntung', tetapi format yang digunakan mirip dengan bagaimana seorang kasim biasanya diberi nama, dimulai dengan Xiao (kecil) dan diakhiri dengan Zi (anak).

Pada saat itu, aku terlalu naif untuk memperhatikan apa yang salah dengan nama yang berikan kepadaku, jadi aku dengan patuh mengangguk.

Setelah itu, aku dalam tubuh wanita dan memiliki nama kasim karena aku tinggal di rumah Yue Lao dan menjadi pembantu lelaki tua itu. Fogy memberiku makan tiga kali sehari ditambah uang saku untuk makanan ringan dan minuman sebagai imbalan atas pengawasanku dari kekacauan benang merah di kuil Yue Lao.

Seiring berjalannya waktu, tanpa disadari aku telah bekerja untuk Yue Lao selama ratusan tahun. Kupikir hari-hari ku dijalani dengan duduk di depan kuilnya dan menghitung gumpalan awan putih yang melayang. Tapi aku diberitahu oleh semua orang yang menjaga kuil sebelumnya bahwa cerita yang membosankan akan menyia-nyiakan waktu berharga pembaca. Karena itu aku akan memastikan untuk tidak mengecewakan siapa pun.

Hari itu, seorang pria mengerikan jatuh dari Surga-tahu-seberapa-jauh di atas dan terjun ke atas karpet awan merah di depan kuil Yue Lao, membuat suara-suara seperti yang aku buat setiap kali perutku mencerna makanan dan mengeluarkan kentut.

Karena aku sedang tertidur saat itu, aku hanya mengedipkan matanya beberapa kali dengan mengantuk. Anak laki-laki berbaju merah berjuang untuk menarik kepalanya keluar dari karpet awan merah, menatap lurus ke arahku, dan kemudian tiba-tiba mengamuk: "Bocah bodoh, berhenti duduk di sana untuk menonton. Apakah kamu tidak membantu? "

Teriakannya membangunkan ku. Aku menatapnya dengan mata terbelalak sejenak: "Bukankah kamu sudah keluar?"

Dia memelototiku dengan kesal, lalu berdiri sambil menepuk pakaiannya sebelum menatapku dengan jijik. "Sekali lihat dan aku tahu kau adalah pelayan dari tanah Yue Lao yang miskin. Kamu bahkan tidak punya mata!"

Aku menguap malas dan menggoyangkan pantatku untuk mendapatkan posisi duduk yang lebih nyaman di atas batu loncatan.  "Tidak ada kotoran mata," kataku sambil menggali kupingku, "tapi aku punya banyak kotoran telinga. Lihat!" dan menjentikkan sesuatu dari jariku.

Anak laki-laki itu membungkuk ke samping dengan jijik, penghinaan memenuhi matanya.  "Apa yang bisa dihasilkan oleh tuan yang miskin adalah pembantu pengemis?"

Meskipun aku biasanya tidak suka pemabuk tua yang berkeliling untuk mencuri minuman keras, dia tetaplah bos ku yang telah memberiku makan selama beberapa ratus tahun. Setidaknya di permukaan, dia adalah keluarga. Keluarga bisa saja saling membenci, tetapi keluarga tidak boleh membiarkan orang luar menjelek-jelekkan kita meskipun hanya setengah suku kata.

Sambil menyipitkan mata, aku memandang anak laki-laki itu dari atas ke bawah dan berkata, "aku mendengar semua orang dari perkebunan Dewa Pagi suka berhias dan bersolek. Di antara dua belas pria gay di sana, laki-laki selanjutnya lebih cantik dari yang sebelumnya. Awalnya aku tidak percaya, tapi kamu benar-benar membuka mataku dengan penampilanmu itu." Aku melihat wajah anak laki-laki itu membiru karena marah dan memberinya senyuman puas. "Bolehkah aku bertanya gay yang mana kamu dari semua laki-laki tersebut?"

(END) Seven Unfortunate Lifetimes, All Thanks to a Single Moment of ImpulseOnde histórias criam vida. Descubra agora