𖤐 . temaram mataram

442 119 18
                                    

layung sambekala selasa itu
sorak-sorai memekik rungu
terlukis sabit dalam tustelku
kau menyihirku bak perindu

diiringi tepukan tangan yang mengudara, para pemuda membungkuk sebagai penutup pertandingan bola. satu diantara ratusan anak muda, diam diam memotret apik setiap gerak gerik pemuda di depan sana.

aksa namanya. siapa yang tidak mengenal tuan jenggala? sudah tampan menawan, anggota kelas unggulan, hanya saja, semua itu hanya sebatas rasian si puan.

bak lirik lagu "garis terdepan" yang selalu ia nyanyikan di setiap penghujung malam; yang sulit tertampik, yang sukar tergapai. entah puan rembulan bisa dikatakan seorang pengecut, atau tuan jenggala yang tidak peka terhadap eksistensi nona seribu angan.

"aksa, lo keren banget. bangga gue jadi temen lo." aksa mengulas sabit tipis, membuat kadar ketampanannya berlapis.

"lo juga keren, ric. coba lo lihat tribun penonton, spanduk nama lo gede banget kayak mau kampanye presiden," lantas, eric mengalihkan pandangannya menuju selatan.

benar kata aksa, namanya terpampang secara nyata berhiaskan pada pemudi selaku penggemarnya.

"tapi enggak dibeliin gacoan juga gue, sa."

sebenarnya, ia iri dengan tuan jenggala. pasalnya taruna adipati penggemar nomor satu mie kenamaan ini. aksa hanya tertawa, membuat debaran abstrak dalam daksa puan dahayu.

lekas ia tersipu malu, membawa kedua suku menuruni tangga biru dengan lugu. jujur saja, tuan putri ingin melebur menjadi miliaran debu.

menumpang sejenak pada tuan bayu, lalu menjadi awan kelabu, yang luruh bernamakan presipitasi ruang rindu.

syahdu, namun sedikit menyembilu.

pemuda praja istimewa
senyawa asma bahagia
terpatri dalam daksa anindya
perihal mantra tuan jenggala

"gila, damagenya bukan main."

wanita itu menelisik hasil potretan apik akhir dina ini. benar-benar melelahkan, pikirnya. akan tetapi, ia seharusnya berterima kasih kepada tuhan yang telah mengirimkan sang rajendra.

"namanya siapa ya?"

dilihatnya raga itu berulang tanpa bosan, bahkan sampai pagi menjelang, ia takkan bosan. bahkan kini jarinya tengah menelusuri akun sosial milik pasukan futsal sekolahnya, eka janardana.

aktivitasnya terhenti, nampaknya ada sebuah eksistensi yang memikat si tuan putri.

"aksa jenggala?"

adibintang eka janardana
di bawah baswara arunika
izinkan nona dahayu mencinta
terhadap taruna rekaannya

"kemarin jadi nonton futsal?"

pemudi dengan jaket hitam menghampiri di pagi ini. memberi pertanyaan pada tuan putri, seraya memainkan kunci di jari.

adibintang, gowon juyeon.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang